Serangan Siber Terhadap Negara Pendukung Ukraina Semakin Sporadis
loading...
A
A
A
KIEV - Microsoft mengklaim telah mendeteksi intrusi jaringan dari peretas Rusia pada sistem milik lembaga pemerintah, think tank, kelompok kemanusiaan, serta perusahaan telekomunikasi, energi, dan pertahanan. Organisasi dari lebih dari 40 negara itu diduga terkena dampak serangan siber sejak awal perang di Ukraina.
Dikutip dari Techspot, Senin (27/6/2022) menurut laporan Microsoft terbaru, badan-badan intelijen Rusia secara signifikan telah meningkatkan frekuensi serangan siber mereka terhadap negara-negara yang bersekutu dengan Ukraina.
Peretas Rusia tidak hanya menargetkan sistem pemerintah tetapi juga sektor lain yang mungkin memiliki informasi berharga terkait perang, seperti think tank, bisnis, dan kelompok bantuan.
Perusahaan telah mengidentifikasi lebih dari 100 organisasi dari 42 negara di luar Ukraina yang terkena dampak serangan ini. Lebih dari 60 persen kegiatan ini dilaporkan melibatkan anggota NATO, dengan AS menjadi target utama intrusi jaringan Rusia. Penjahat dunia maya juga berfokus pada Polandia karena menjadi pusat pengiriman sebagian besar bantuan militer dan kemanusiaan.
Menariknya, Estonia tidak masuk dalam serangan siber itu karena Microsoft tidak mendeteksi adanya intrusi dunia maya Rusia sejak invasi ke Ukraina. Perusahaan mengatakan ini karena adopsi layanan cloud Estonia, dimana diduga lebih mudah untuk mendeteksi penyusup.
Microsoft menemukan bahwa peretasan Rusia berhasil sebesar 29 persen, dengan seperempat dari serangan yang berhasil ini mengakibatkan pelaku mencuri data dari jaringan organisasi.
Dan yang terakhir, Microsoft memuji upaya Ukraina dalam pengamanan data. Sebelum perang, infrastruktur digital sektor publik negara itu berjalan di server yang secara fisik terletak di dalam perbatasannya, membuat mereka rentan terhadap serangan rudal.
Pemerintah Ukraina dengan cepat menyadari bahwa ini adalah kerentanan besar dan bekerja untuk mentransfer operasi dan data digital vitalnya ke cloud, yang dihosting di pusat data di seluruh Eropa.
Microsoft baru-baru ini mengumumkan pemecatan ratusan karyawannya di Rusia karena bisnisnya di sana akan berhenti. Perusahaan juga baru-baru ini memblokir pengguna di negara itu untuk mengunduh Windows dari servernya.
Dikutip dari Techspot, Senin (27/6/2022) menurut laporan Microsoft terbaru, badan-badan intelijen Rusia secara signifikan telah meningkatkan frekuensi serangan siber mereka terhadap negara-negara yang bersekutu dengan Ukraina.
Peretas Rusia tidak hanya menargetkan sistem pemerintah tetapi juga sektor lain yang mungkin memiliki informasi berharga terkait perang, seperti think tank, bisnis, dan kelompok bantuan.
Perusahaan telah mengidentifikasi lebih dari 100 organisasi dari 42 negara di luar Ukraina yang terkena dampak serangan ini. Lebih dari 60 persen kegiatan ini dilaporkan melibatkan anggota NATO, dengan AS menjadi target utama intrusi jaringan Rusia. Penjahat dunia maya juga berfokus pada Polandia karena menjadi pusat pengiriman sebagian besar bantuan militer dan kemanusiaan.
Menariknya, Estonia tidak masuk dalam serangan siber itu karena Microsoft tidak mendeteksi adanya intrusi dunia maya Rusia sejak invasi ke Ukraina. Perusahaan mengatakan ini karena adopsi layanan cloud Estonia, dimana diduga lebih mudah untuk mendeteksi penyusup.
Microsoft menemukan bahwa peretasan Rusia berhasil sebesar 29 persen, dengan seperempat dari serangan yang berhasil ini mengakibatkan pelaku mencuri data dari jaringan organisasi.
Dan yang terakhir, Microsoft memuji upaya Ukraina dalam pengamanan data. Sebelum perang, infrastruktur digital sektor publik negara itu berjalan di server yang secara fisik terletak di dalam perbatasannya, membuat mereka rentan terhadap serangan rudal.
Pemerintah Ukraina dengan cepat menyadari bahwa ini adalah kerentanan besar dan bekerja untuk mentransfer operasi dan data digital vitalnya ke cloud, yang dihosting di pusat data di seluruh Eropa.
Microsoft baru-baru ini mengumumkan pemecatan ratusan karyawannya di Rusia karena bisnisnya di sana akan berhenti. Perusahaan juga baru-baru ini memblokir pengguna di negara itu untuk mengunduh Windows dari servernya.
(wbs)