Barisan Perusahaan Paling Inovatif di Dunia 2020, Sektor Teknologi Mendominasi

Kamis, 25 Juni 2020 - 09:48 WIB
loading...
Barisan Perusahaan Paling Inovatif di Dunia 2020, Sektor Teknologi Mendominasi
Tampak daftar 50 perusahaan paling inovatif di dunia untuk 2020 versi laporan Boston Consulting Group (BCG). Foto/Ist
A A A
SINGAPURA - Boston Consulting Group (BCG) baru saja merilis jajaran 50 perusahaan paling inovatif di dunia untuk tahun 2020. Barisan nomor 1-10 didominasi raksasa dunia di bidang teknologi. (Baca juga: Lewat Konsorsium, 134 Proposal Riset Covid-19 Didanai Rp60,6 M )

Di urutan pertama ada Apple dan diikuti berturut-turut oleh Aphabet -perusahaan induk Google, Amazon, Microsoft, Samsung, dan Huawei. Menyusul kemudian Alibaba, IBM, Sony, dan Facebook.

Menariknya dari lineup tersebut, Huawei sanggup melompat jauh masuk ke jajaran 10 besar perusahaan paling inovatif versi laporan BCG. Raksasa manufaktur dunia itu menempati peringkat ke-6, atau naik drastis 42 tingkat dari capaian di tahun sebelumnya.

Peringkat ke-6 pada tahun ini juga menjadi peringkat terbaiknya sejak Huawei pertama kali hadir ke dalam daftar perusahaan paling inovatif dunia di tahun 2012.

Pemeringkatan ini didasarkan pada survei terhadap 2.500 eksekutif inovasi global yang menilai kinerja perusahaan berdasarkan empat variabel. Masing-masing variable yaitu Global "Mindshare", disrupsi industri, pandangan dan penilaian dari perusahaan sejawat industri, dan seberapa besar perusahaan tersebut mampu menghadirkan nilai dan manfaat bagi dunia.

Tahun ini, BCG juga menambahkan sejumlah variabel penilaian baru untuk melihat sejauhmana intensitas dan upaya yang dilakukan oleh tiap-tiap perusahaan dalam melahirkan terobosan baru. Plus bagaimana mereka mengambil peran di luar pasar yang sebelumnya bukan menjadi target pasar bagi mereka.

Sebagai pemasok peralatan telekomunikasi terbesar di dunia, Huawei terus menginvestasikan lebih dari 10% dari pendapatan tahunannya ke dalam riset dan pengembangan. Pada 2019, biaya yang dikeluarkan oleh Huawei untuk riset dan pengembangan mencapai CNY131.659 juta atau 15,3% dari total pendapatannya.

Pada dekade terakhir Huawei telah menginvestasikan USD4 miliar untuk pengembangan 5G. Investasi tersebut menjadikannya sebagai sebagai pemimpin global di bidang teknologi generasi mendatang ini.

Untuk adopsi komersial lebih lanjut serta untuk mempromosikan inovasi baru dalam aplikasi 5G, Huawei berkolaborasi dengan operator di seluruh dunia. Mereka juga telah mendirikan pusat inovasi 5G bersama.

Merujuk ke laporan tahunannya, raksasa teknologi Huawei telah mengubah model inovasinya dari Innovation 1.0 ke Innovation 2.0. Artinya, Huawei melakukan terobosan dengan melakukan pengembangan teknologi dasar baru yang didorong oleh visi bersama untuk masa depan.

Terkait peran sertanya yang aktif dalam turut melawan pandemi global COVID-19, Huawei telah melipatgandakan upayanya dalam berinovasi dan meluncurkan sebuah program yang bertajuk Anti-COVID-19 Partner Program. Aksi ini berfokus pada optimalisasi pendayagunaan AI (kecerdasan buatan), kantor jarak-jauh, serta perawatan kesehatan dan pendidikan online, guna membantu dan mendukung masyarakat dunia menanggulangi pandemik.

Solusi AI-Assisted Diagnosis yang dikembangkan Huawei misalnya, telah membantu rumah sakit-rumah sakit dalam menghasilkan kuantifikasi CT dalam hitungan detik dan membantu staf medis yang berada di garis terdepan dalam mendeteksi kasus COVID-19.

Di Indonesia, Huawei mendukung percepatan penanganan COVID-19 di Pertamina Bina Medika IHC dan Rumah Sakit Kepresidenan RSPAD Gatot Soebroto. Sementara untuk solusi e-learning, sejumlah perguruan tinggi seperti Universitas Muhammadiyah Jakarta, Institut Teknologi Bandung, dan Institut Teknologi Del Sumatera Utara telah menerapkannya.

COVID-19 memang belum muncul ketika BCG memulai riset terkait perusahaan paling inovatif di dunia edisi ke-14 ini. Namun, ketika mereka mengeksplorasi data dan berinteraksi dengan klien, menjadi jelas bahwa terkait dengan besarnya skala dan tingkat urgensi pada tiap-tiap pokok dalam hasil riset ini relevan dengan situasi yang saat ini terjadi.

"Di mana para inovator harus mampu beradaptasi dengan tren dalam hal penawaran, permintaan, perilaku konsumen, dan dinamika dalam berbisnis,” kata BCG dalam laporannya.
(iqb)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1774 seconds (0.1#10.140)