CEO Nvidia Akui Kehebatan Huawei: Sanksi AS Kurang Tepat, Mereka Kuasai Pasar!
loading...

Bos Nvidia Jensen Huang menyebut Amerika terlalu meremehkan Huawei. Foto: Reuters
A
A
A
JAKARTA - CEO Nvidia Jensen Huang membuat pernyataan berani terkait Presiden Donald Trump. Ia menyebut, Amerika meremehkan pengaruh Huawei yang terus berkembang di bidang kecerdasan buatan (AI), meskipun sanksi membatasi akses perusahaan tersebut terhadap teknologi Amerika.
Huang mengkritik langkah tersebut sebagai tindakan kurang tepat. Huang juga membantah keterlibatan Nvidia dalam konsorsium akuisisi saham Intel.
Pemerintahan Trump baru-baru ini memperketat tindakan keras terhadap Huawei, perusahaan teknologi asal Tiongkok. Namun, menurut CEO Nvidia, Jensen Huang, Presiden AS tersebut mungkin melakukan kesalahan perhitungan yang serius.
Dalam wawancara dengan Financial Times, Huang menggambarkan Huawei sebagai “perusahaan teknologi paling tangguh di China” dan menekankan pengaruhnya yang terus berkembang dalam bidang kecerdasan buatan (AI).
"Kehadiran Huawei dalam AI terus meningkat setiap tahun," ujarnya. "Kita tidak bisa berasumsi bahwa mereka tidak akan memiliki pengaruh yang kecil."
Huang mengkritik langkah tersebut sebagai tindakan kurang tepat. Huang juga membantah keterlibatan Nvidia dalam konsorsium akuisisi saham Intel.
Pemerintahan Trump baru-baru ini memperketat tindakan keras terhadap Huawei, perusahaan teknologi asal Tiongkok. Namun, menurut CEO Nvidia, Jensen Huang, Presiden AS tersebut mungkin melakukan kesalahan perhitungan yang serius.
Dalam wawancara dengan Financial Times, Huang menggambarkan Huawei sebagai “perusahaan teknologi paling tangguh di China” dan menekankan pengaruhnya yang terus berkembang dalam bidang kecerdasan buatan (AI).
"Kehadiran Huawei dalam AI terus meningkat setiap tahun," ujarnya. "Kita tidak bisa berasumsi bahwa mereka tidak akan memiliki pengaruh yang kecil."
Perang Dagang AS-China dan Huawei
Huawei telah menjadi pusat ketegangan perdagangan AS-China selama bertahun-tahun. Pemerintahan Trump pertama kali memasukkan perusahaan tersebut ke dalam daftar hitam pada 2019, membatasi aksesnya terhadap teknologi Amerika dan melabelinya sebagai "ancaman keamanan nasional."Lihat Juga :