Ngambek, Meta Ancam Tutup Facebook dan Instagram di Eropa

Selasa, 08 Februari 2022 - 10:19 WIB
loading...
Ngambek, Meta Ancam Tutup Facebook dan Instagram di Eropa
Regulasi Eropa baru tidak memperbolehkan Meta mengirim data pengguna Eropa ke server di Amerika. Foto: Euronews
A A A
JAKARTA - Meta , perusahaan induk Facebook dan Instagram sedang menghadapi masalah besar di Eropa. Tepatnya, sengketa soal transfer/pengiriman data. Gara-gara itu, Meta mengancam menutup layanan Facebook dan Instagram di Eropa.

Masalahnya sebenarnya sederhana. Ada aturan baru di Eropa yang melarang Meta untuk mentransfer, menyimpan, dan memproses data pengguna Eropa di server yang berada di Amerika.

Dalam laporan tahunan ke Komisi Sekuritas dan Pertukaran AS, Meta mewanti-wanti jika Meta tidak ada kerangka kerja baru dan perusahaan tidak dapat lagi menggunakan model perjanjian saat ini, mereka akan mencabut layanan di Eropa.

Pihak Meta mengatakan, bahwa pemrosesan atau tukar menukar data pengguna antar negara sangat penting untuk bisnis perusahaan, juga penargetan iklan.

”Jika kami tidak dapat mentransfer data antar wilayah tempat kami beroperasi, atau jika kami dilarang berbagi data di antara produk dan layanan, maka akan memengaruhi kemampuan kami menyediakan layanan kami, juga cara kami menyediakan layanan kami. Yakni kemampuan untuk menargetkan iklan,” bunyi pernyataan itu.



Meta menyebut bahwa pihaknya berharap mencapai kesepakatan baru dengan regulator di Eropa. Tapi, jika tidak, maka mereka tidak bisa menyediakan produk dan layanan di Eropa, termasuk Facebook dan Instagram.

”Kami tidak ingin meninggalkan Eropa. Tapi, kenyataannya, Meta dan banyak bisnis lain bergantung pada transfer data antara Eropa dan Amerika,”.

Melanggar Privasi
Ngambek, Meta Ancam Tutup Facebook dan Instagram di Eropa

Selama ini, Meta menggunakan kerangka transfer data yang disebut Privacy Shield sebagai dasar hukum untuk melakukan transfer data transatlantik.

Namun, pada Juli 2020, Pengadilan Eropa membatalkan perjanjian tersebut dengan alasan melanggar perlindungan data. Karena dianggap hal tersebut “tidak cukup melindungi privasi warga negara Eropa”.

Dampaknya, perusahaan Amerika dibatasi dalam mengirimkan data pengguna Eropa ke Amerika dan harus bergantung pada SCC (klausul kontrak standar).

Saat ini Uni Eropa dan Amerika sedang mengerjakan versi perjanjian yang baru atau yang diperbarui.

Juru bicara Meta menyebut bahwa pebisnis butuh aturan global yang jelas untuk melindungi aliran data transatlantik dalam jangka panjang. ”Dan itu digunakan oleh lebih dari 70 perusahaan lain di berbagai industri,”. Sebelumnya, Meta mendapat gugatan warga dengan tuduhan mengekploitasi data pengguna untuk profit.

Pekan lalu, saham Meta rontok hingga 25 persen setelah mereka kehilangan pengguna aktif bulanan untuk pertama kalinya dalam sejarah.
(dan)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1607 seconds (0.1#10.140)