Riset Google: Warganet Biasa Gunakan 1 Password untuk 10 Akun
loading...
A
A
A
JAKARTA - Jelang hari belanja tahunan terbesar 11.11, isu keamanan transaksi kembali mengedepan. Google membeberkan betapa buruknya kesadaran keamanan masyarakat Indonesia.
Ini fakta ironis: 2 dari 3 pengguna internet di Indonesia pernah mengalami pelanggaran data pribadi. Tapi, mereka tidak kapok. 92 persen responden yang di survei mengakui bahwa mereka memiliki kebiasaan online yang kurang aman.
Survei itu dihelat oleh Google dan YouGov pada September silam di 13.000 responden di 11 pasar Asia untuk mempelajari kebiasaan digital dan membantu meningkatkan perhatian menjelang hari belanja tahunan terbesar, 11.11. Sebab di hari belanja tahunan itu, aktivitas berbelanja online bisa naik 20 persen dan banyak orang rentan terkena penipuan.
Faktanya, Google mendapati bahwa 79% responden di Indonesia menggunakan sandi yang sama untuk beberapa situs sekaligus. Bahkan, 2 dari 5 orang mengaku melakukannya untuk 10 situs berbeda.
Mengapa melakukan hal itu? 40% mengatakan karena khawatir tidak bisa mengingat sandi/password, 30% beralasan lebih praktis.
Product Marketing Manager Google Indonesia Amanda Chan mengatakan, dari penelitian sebelumnya diketahui bahwa orang yang pernah menjadi korban pelanggaran data memiliki kemungkinan 10 kali lebih besar untuk menjadi korban peretasan.
”Saat kita mengorbankan keamanan demi kemudahan dengan membagikan sandi ke orang lain, menggunakan sandi sama untuk berbagai layanan, dan membuat sandi yang mudah ditebak, kita membuat informasi pribadi kita sangat tidak aman,” ujarnya.
Berikut Tindakan Pengguna Indonesia yang Tidak Aman:
1. 50 persen responden lokal mengaku memakai sandi yang mudah ditebak. Yakni, memadukan hal-hal yang paling gampang diretas. Mulai tanggal penting, nama pasangan, nama hewan peliharaan, hingga kode pos.
2. Hampir 1 dari 4 orang mengaku menyimpan sandi dalam aplikasi ‘Catatan’ di ponsel, yang umumnya tidak dienkripsi secara default.
3. 3 dari 5 responden pernah membagikan sandi kepada teman atau keluarga, khususnya untuk akun platform streaming, layanan pesan-antar makanan, dan situs e-commerce.
4. 3 dari 4 orang mengaku pernah melakukan pembelian di halaman yang tidak ditandai dengan simbol aman.
5. 74% responden yang menyimpan informasi keuangan secara online juga membagikan sandi kepada teman dan keluarga.
6. 67 persen responden ingin mulai menggunakan autentikasi 2 langkah, bahkan jika itu tidak diharuskan.
Menurut Amanda, masih ada kesenjangan antara pengetahuan dan tindakan para pengguna. ”Kuncinya adalah ketersediaan alat-alat yang dapat cukup membekali mereka dengan keamanan sekaligus kemudahan. Kami menyarankan siapa pun memanfaatkan semuafitur Google semaksimal mungkin,” ujarnya.
Ini fakta ironis: 2 dari 3 pengguna internet di Indonesia pernah mengalami pelanggaran data pribadi. Tapi, mereka tidak kapok. 92 persen responden yang di survei mengakui bahwa mereka memiliki kebiasaan online yang kurang aman.
Survei itu dihelat oleh Google dan YouGov pada September silam di 13.000 responden di 11 pasar Asia untuk mempelajari kebiasaan digital dan membantu meningkatkan perhatian menjelang hari belanja tahunan terbesar, 11.11. Sebab di hari belanja tahunan itu, aktivitas berbelanja online bisa naik 20 persen dan banyak orang rentan terkena penipuan.
Faktanya, Google mendapati bahwa 79% responden di Indonesia menggunakan sandi yang sama untuk beberapa situs sekaligus. Bahkan, 2 dari 5 orang mengaku melakukannya untuk 10 situs berbeda.
Mengapa melakukan hal itu? 40% mengatakan karena khawatir tidak bisa mengingat sandi/password, 30% beralasan lebih praktis.
Product Marketing Manager Google Indonesia Amanda Chan mengatakan, dari penelitian sebelumnya diketahui bahwa orang yang pernah menjadi korban pelanggaran data memiliki kemungkinan 10 kali lebih besar untuk menjadi korban peretasan.
”Saat kita mengorbankan keamanan demi kemudahan dengan membagikan sandi ke orang lain, menggunakan sandi sama untuk berbagai layanan, dan membuat sandi yang mudah ditebak, kita membuat informasi pribadi kita sangat tidak aman,” ujarnya.
Berikut Tindakan Pengguna Indonesia yang Tidak Aman:
1. 50 persen responden lokal mengaku memakai sandi yang mudah ditebak. Yakni, memadukan hal-hal yang paling gampang diretas. Mulai tanggal penting, nama pasangan, nama hewan peliharaan, hingga kode pos.
2. Hampir 1 dari 4 orang mengaku menyimpan sandi dalam aplikasi ‘Catatan’ di ponsel, yang umumnya tidak dienkripsi secara default.
3. 3 dari 5 responden pernah membagikan sandi kepada teman atau keluarga, khususnya untuk akun platform streaming, layanan pesan-antar makanan, dan situs e-commerce.
4. 3 dari 4 orang mengaku pernah melakukan pembelian di halaman yang tidak ditandai dengan simbol aman.
5. 74% responden yang menyimpan informasi keuangan secara online juga membagikan sandi kepada teman dan keluarga.
6. 67 persen responden ingin mulai menggunakan autentikasi 2 langkah, bahkan jika itu tidak diharuskan.
Menurut Amanda, masih ada kesenjangan antara pengetahuan dan tindakan para pengguna. ”Kuncinya adalah ketersediaan alat-alat yang dapat cukup membekali mereka dengan keamanan sekaligus kemudahan. Kami menyarankan siapa pun memanfaatkan semuafitur Google semaksimal mungkin,” ujarnya.
(dan)