Anggaran Mahal Tidak Jamin Data Perusahaan Tidak Bisa Bocor

Senin, 01 November 2021 - 13:03 WIB
loading...
Anggaran Mahal Tidak Jamin Data Perusahaan Tidak Bisa Bocor
Anggaran besar untuk membeli piranti lunak dan perangkat mahal tidak serta merta akan mengamankan dari peretasan dan kebocoran data. Foto: Reuters
A A A
JAKARTA - Mengamankan data tidak selalu identik dengan anggaran masif. Sebab, anggaran hanya salah satu faktor mengamankan data.

Sebaliknya, anggaran besar yang dapat digunakan untuk membeli piranti lunak dan perangkat mahal tidak serta merta akan mengamankan dari peretasan dan kebocoran data. Hal tersebut disampaikan pakar keamanan siber Alfons Tanujaya.



Alfons mengibaratkan membeli mobil mahal yang secara mesin jauh lebih cepat akselerasinya dibandingkan bis malam. ”Meski demikian, dalam prakteknya di jalur antar kota akan sangat sulit bagi Anda berpacu mengalahkan supir bis AKAP yang sudah terlatih dan setiap hari pekerjaannya melahap jalanan antar kota,” ungkapnya.

Karena itu, ia menyebut bahwa keamanan situs dan jaringan lebih ditentukan oleh sumber daya yang mumpuni dan kedisiplinan untuk menjalankan langkah yang diperlukan dalam mengamankan data sesuai standar yang telah ditetapkan. Termasuk menggunakan piranti lebih murah seperti komputasi awan dan outsourcing.

Outsourcing Bukan Berarti Lepas Tangan
Alfons menilai, perkembangan layanan outsourcing dan komputasi awan di dunia sekuriti memberikan pilihan efisien, murah dan aman. ”Perlu dipahami bahwa outsourcing bukan berarti lepas tangan dan menyerahkan seluruh pengelolaan sekuriti kepada pihak ketiga. Bukan seperti naik sepeda lepas tangan dan tinggal gowes saja,” ujarnya.

Sebaliknya, menurut Alfons pengelola data atau jaringan tetap harus mengerti dan menjadi jendral dalam menjalankan pengamanan sekuriti yang berada di bawah pengelolaannya.

Sebagai contoh, integrasi komputasi awan ke dalam teknologi pengamanan antivirus tradisional memberi manfaat besar dimana teknologi antivirus cloud NGAV seperti Webroot memangkas ukuran program antivirus yang mencapai puluhan sampai ratusan MB (megabyte) menjadi hanya 5 MB saja. Sehingga sangat ringan dan tidak membebani sistem komputer yang dilindunginya.

Integrasi cloud juga menghapus kebutuhan server antivirus fisik sehingga menghemat biaya untuk mengadakan server antivirus. Namun sebaliknya, perlindungan yang diberikan malah lebih mumpuni karena pengelolaan antivirus tidak lagi dilakukan oleh server antivirus.

Namun dilakukan menggunakan teknologi cloud yang dapat dikelola dari belahan dunia manapun dibandingkan harus mengelola server fisik di jaringan yang di proteksi.

Server Cloud vs Server Lokal
Alfons mengatakan, banyak orang yang beranggapan jika data yang di simpan di jaringan awan lebih rentan dibanding data di jaringan lokal. ”Pandangan seperti ini yang harus diluruskan. Sebab keamanan data tidak ditentukan oleh lokasi penyimpanan data dan sifat data itu maya, berbeda dengan aset fisik seperti motor atau pasangan Anda yang jika Anda bisa lihat maka akan lebih aman dibanding tidak terlihat,” ujarnya.

Yang menentukan keamanan data, menurut Alfons adalah tindakan yang dilakukan untuk melindungi data itu sendiri seperti penerapan kredensial yang baik dan benar, pengamanan server sesuai standar pengamanan, implementasi OTP One Time Password untuk menjaga kredensial dari pencurian.

Mengelola server fisik yang terhubung ke internet justru lebih rumit dan rentan dibanding menggunakan layanan server cloud. ”Sebab, pengelolanya harus tahu cara mengamankan server fisik tersebut dari ancaman peretasan,” ujarnya.


Sebaliknya, pengguna server cloud tetap bisa menggunakan sumberdaya yang dibutuhkan dan hanya membayar sesuai sumber daya yang digunakan tanpa perlu pusing dengan biaya listrik, OS server, mati lampu dan pengamanan server fisik cloud itu sendiri.
(dan)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1839 seconds (0.1#10.140)