Tolak Penyebaran Hoax, Barisan Kantong Mayat Tersusun di Kantor Facebook
loading...
A
A
A
JAKARTA - Para pengunjuk rasa menggelar protes dengan menempatkan sejumlah kantong mayat di luar kantor pusat Facebook untuk mendesak perusahaan teknologi itu berhenti menyebarkan berita bohong tentang vaksin Covid-19.
Seperti dilansir dari The Sun, sekelompok pengunjuk rasa yang dikenal sebagai The Real Facebook Oversight Board menumpuk kantong mayat bertuliskan disinfo kills di sisi jalan di Washington.
Aktivis Shireen Mitchell mengatakan banyak orang membuat keputusan berdasarkan informasi yang disebarluaskan di platform.
“Jika Facebook tidak menghapus informasi atau hanya akan mengeluarkan pernyataan disclaimer. Jadi, pada dasarnya, Facebook juga terlibat dalam kematian akibat Covid-19 ini,” ujarnya.
Mei lalu, dilaporkan sekitar dua pertiga berita palsu dan teori konspirasi terkait antivaksin Covid-19 disebarkan oleh 12 orang yang sama.
Center for Digital Hate Countering (CCDH) yang melacak semua akun individu yang bersangkutan melabeli mereka sebagai selusin disinformasi.
Menurut CCDH, 12 orang bertanggung jawab atas 65 persen pembagian pengiriman anti-vaksin di situs media sosial, termasuk Instagram dan Twitter.
Kepala eksekutif CCDH Imran Ahmed mengatakan kelompok itu menyalahgunakan platform media sosial dengan salah mengartikan ancaman Covid-19 dan menyebarkan berita palsu tentang keamanan vaksin.
Sebelumnya, tim ahli menganalisis lebih dari 812.000 postingan di Facebook dan Twitter yang diposting antara 1 Februari hingga 16 Maret.
Dari 689.000 pengiriman anti-vaksin yang terdeteksi di Facebook, sebanyak 73 persen berasal dari selusin disinformasi
Seperti dilansir dari The Sun, sekelompok pengunjuk rasa yang dikenal sebagai The Real Facebook Oversight Board menumpuk kantong mayat bertuliskan disinfo kills di sisi jalan di Washington.
Aktivis Shireen Mitchell mengatakan banyak orang membuat keputusan berdasarkan informasi yang disebarluaskan di platform.
“Jika Facebook tidak menghapus informasi atau hanya akan mengeluarkan pernyataan disclaimer. Jadi, pada dasarnya, Facebook juga terlibat dalam kematian akibat Covid-19 ini,” ujarnya.
Mei lalu, dilaporkan sekitar dua pertiga berita palsu dan teori konspirasi terkait antivaksin Covid-19 disebarkan oleh 12 orang yang sama.
Center for Digital Hate Countering (CCDH) yang melacak semua akun individu yang bersangkutan melabeli mereka sebagai selusin disinformasi.
Menurut CCDH, 12 orang bertanggung jawab atas 65 persen pembagian pengiriman anti-vaksin di situs media sosial, termasuk Instagram dan Twitter.
Kepala eksekutif CCDH Imran Ahmed mengatakan kelompok itu menyalahgunakan platform media sosial dengan salah mengartikan ancaman Covid-19 dan menyebarkan berita palsu tentang keamanan vaksin.
Sebelumnya, tim ahli menganalisis lebih dari 812.000 postingan di Facebook dan Twitter yang diposting antara 1 Februari hingga 16 Maret.
Dari 689.000 pengiriman anti-vaksin yang terdeteksi di Facebook, sebanyak 73 persen berasal dari selusin disinformasi
(wbs)