TikTok Dikritik karena Perbaiki Wajah Pengguna Tanpa Izin
loading...
A
A
A
JAKARTA - Sosial media TikTok baru-baru ini mendapatkan kritikan keras karena ketahuan mengubah wajah penggunanya tanpa izin. Hal itu terungkap ketika beberapa pengguna TikTok di Amerika Serikat merasa ada yang tidak beres dengan wajah mereka ketika menggunakan TikTok.
Tori Dawn, salah seorang warga Amerika Serika, menyadari hal itu ketika dia merasakan ada yang berbeda dengan dagunya. Dia merasa dagunya tidak selancip dagu yang dihadirkan di video TikTok. "Wajah saya lebih terlihat androgini karena dagu yang sedikit kotak. Di sini dagu saya dibuat lebih lancip," keluhnya.
Bukan tidak senang, Tori Dawn hanya merasa bahwa imaji yang ditampilkan oleh TikTok tidak menampilkan dirinya secara utuh.
Keluhan yang sama juga dirasakan oleh peneliti dari Massachusetts Institute of Technology, Abby Ohlheiser. Dia mengatakan bukan hanya struktur dagunya yang berubah, kulitnya juga jadi lebih halus dari yang dia miliki.
"Saya meminta follower saya di Twitter yang sama untuk melakukan yang sama. Ternyata hal yang sama juga terjadi terutama buat pengguna Android," jelasnya.
Selidik punya selidik ternyata hal itu terjadi karena TikTok mengaktifkan Beauty Filter tanpa sepengetahuan pengguna. Begitu pengguna mengaktifkan TikTok, filter yang membuat tampilan pengguna jadi lebih cantik itu langsung aktif. Walaupun di pengaturan dalam keadaan non aktif, Beauty Filter ternyata masih tetap berfungsi.
Tori Dawn bahkan membuktikannya dengan secara live soal filter yang terus berfungsi itu. Dia melakukannya dengan menutup sebagian wajahnya, terutama dari bagian hidung ke atas. Hasilnya memang terlihat begitu bagian hidung ke kepala tertutup, dagu Tori Dawn kembali ke bentuk aslinya.
"Saya tidak nyaman membuat video karena memang tampilan asli saya tidak seperti ini,"ujarnya.
Disebutkan Technology Review, TikTok mengatakan hal itu terjadi karena adanya kesalahan. Mereka berjanji akan memperbaiki kesalahan itu sehingga pengguna tidak akan terganggu. Hanya saja hingga kini menurut Technology Review, pengaktifan Beauty Filter tanpa izin pengguna masih tetap terjadi.
Amy Niu, peneliti dari University of Wisconsin mengatakan beberapa aplikasi buatan China memang kerap mengaktifkan Beauty Filter tanpa persetujuan pengguna. Selain TikTok beberapa aplikasi lainnya adalah WeChat dan DouYin. "Saat saya menonaktifkan fitur itu, saya masih melihat ada beberapa perbaikan yang dilakukan secara otomatis di wajah saya," ujarnya.
Dia mengatakan memeliki fitur Beauty Filter memang bukanlah hal yang buruk. Namun developer program harus memiliki rasa tanggungjawab sampai sejauh mana filter itu bisa digunakan. Mereka juga harus tahu bagaimana mereka akan mengubah persepsi pengguna ketika menggunakan filter itu. "Apakah mereka nantinya akan secara tidak sadar berupaya mengubah penampilan agar terlihat lebih mirip dengan yang dicitrakan, serta terjadinya perubahan standar kecantikan dan citra tubuh," jelas Amy Niu.
Tori Dawn, salah seorang warga Amerika Serika, menyadari hal itu ketika dia merasakan ada yang berbeda dengan dagunya. Dia merasa dagunya tidak selancip dagu yang dihadirkan di video TikTok. "Wajah saya lebih terlihat androgini karena dagu yang sedikit kotak. Di sini dagu saya dibuat lebih lancip," keluhnya.
Bukan tidak senang, Tori Dawn hanya merasa bahwa imaji yang ditampilkan oleh TikTok tidak menampilkan dirinya secara utuh.
Keluhan yang sama juga dirasakan oleh peneliti dari Massachusetts Institute of Technology, Abby Ohlheiser. Dia mengatakan bukan hanya struktur dagunya yang berubah, kulitnya juga jadi lebih halus dari yang dia miliki.
"Saya meminta follower saya di Twitter yang sama untuk melakukan yang sama. Ternyata hal yang sama juga terjadi terutama buat pengguna Android," jelasnya.
Selidik punya selidik ternyata hal itu terjadi karena TikTok mengaktifkan Beauty Filter tanpa sepengetahuan pengguna. Begitu pengguna mengaktifkan TikTok, filter yang membuat tampilan pengguna jadi lebih cantik itu langsung aktif. Walaupun di pengaturan dalam keadaan non aktif, Beauty Filter ternyata masih tetap berfungsi.
Tori Dawn bahkan membuktikannya dengan secara live soal filter yang terus berfungsi itu. Dia melakukannya dengan menutup sebagian wajahnya, terutama dari bagian hidung ke atas. Hasilnya memang terlihat begitu bagian hidung ke kepala tertutup, dagu Tori Dawn kembali ke bentuk aslinya.
"Saya tidak nyaman membuat video karena memang tampilan asli saya tidak seperti ini,"ujarnya.
Disebutkan Technology Review, TikTok mengatakan hal itu terjadi karena adanya kesalahan. Mereka berjanji akan memperbaiki kesalahan itu sehingga pengguna tidak akan terganggu. Hanya saja hingga kini menurut Technology Review, pengaktifan Beauty Filter tanpa izin pengguna masih tetap terjadi.
Amy Niu, peneliti dari University of Wisconsin mengatakan beberapa aplikasi buatan China memang kerap mengaktifkan Beauty Filter tanpa persetujuan pengguna. Selain TikTok beberapa aplikasi lainnya adalah WeChat dan DouYin. "Saat saya menonaktifkan fitur itu, saya masih melihat ada beberapa perbaikan yang dilakukan secara otomatis di wajah saya," ujarnya.
Dia mengatakan memeliki fitur Beauty Filter memang bukanlah hal yang buruk. Namun developer program harus memiliki rasa tanggungjawab sampai sejauh mana filter itu bisa digunakan. Mereka juga harus tahu bagaimana mereka akan mengubah persepsi pengguna ketika menggunakan filter itu. "Apakah mereka nantinya akan secara tidak sadar berupaya mengubah penampilan agar terlihat lebih mirip dengan yang dicitrakan, serta terjadinya perubahan standar kecantikan dan citra tubuh," jelas Amy Niu.
(wsb)