Bitcoin Terpuruk Akibat Tesla, Blockchain Tetap Tangani Ratusan Juta Transaksi
loading...
A
A
A
NEW YORK - Harga cryptocurrency (uang kripto) yakni Bitcoin kembali turun., hal ini karena Cuitan CEO Tesla Elon Musk yang mengharamkan Bitcoin untuk membeli produk Tesla.
Namun meskipun demikian, Bitcoin dan cryptocurrency menjadi kata yang paling banyak dicari dalam 90 hari terakhir menurut data dari Google Trend. Namun, pondasi hadirnya mata uang kripto, blockchain lebih sedikit ditelusuri.
Kendati melihat tenarnya Bitcoin dan mata uang kripto lainnya, hanya sebagian kecil developer yang melek terhadap perkembangan blockchain dalam beberapa dekade kedepan.
Hughes, seorang programmer lulusan Y Combinator tahun 2017 membangun Radix yang diklaim tidak menggunakan line code sedikitpun pada Bitcoin dengan modal dana sebesar Rp 14,2 miliar.
Pada dasarnya, teknologi yang digunakan sistem seperti Bitcoin, Ethreum, EOS, IOTA dan lainnya tetap mengadapi trilema blockchain serupa, yakni Skalabilitas, Keamanan, dan Desentralisasi.
Perkembangan Radix jika dibandingkan dengan Augmented Reality atau Artificial Intelligence, serta Hologram, tidaklah berarti. Pasalnya, klaim mengatakan komunitasnya meningkat 100 persen setiap bulan berdasar data web traffic.
“Radix adalah buku besar terdesentralisasi yang merupakan alternatif untuk blockchain berkemampuan menangani ratusan juta transaksi sekaligus,” seperti tertulis dalam keterangan, Rabu (19/5/2021).
Saat ini, Radix telah bergabung dengan sebuah organisasi nirlaba, yaitu GoodFi. Organisasi ini juga diisi oleh jajaran eksekutif di ranah blockchain seperti Chainlink, Aave, Sushiswap, Avalanche dan mStable.
Decentralized Finance atau DeFi adalah topik utama pada perkumpulan anggota organisasi tersebut yang diadakan setiap bulannya.
Mengacu laporan DefiPulse tahun 2020, Total Value Locked (TVL) di sektor DeFi mencapai US$ 79,86 Milyar atau setara Rp 1.139 triliun. Dengan asumsi demikian, mereka yakin bahwa pergerakan DeFi akan meningkat di tahun 2025 dengan target 100 juta pengguna di seluruh dunia.
Vice President of Marketing Ava Labs, Jay Kurahashi-Sofue, mengatakan sistem distribusi yang terbuka memungkinkan kecepatan dan inovasi yang luar biasa.
“Yang hilang adalah grup yang tidak bias yang berusaha menciptakan nilai bersama untuk semua pembangun dan pengguna,” kata pria yang juga menjabat dewan penasihat GoodFi.
Sementara itu, Kepada Strategi Radix DL, Adam Simmons mengatakan DeFi adalah adab baru dalam lingkup blockchain dan aset kripto.
“Dengan jumlah pengguna saat ini semakin bertambah, maka rencana 100 juta pengguna pada tahun 2025, perlu kerjasama yang aktif dengan perusahaan lain di sektor serupa,” katanya.
Bahkan, melihat kemampuan dan perkembangan Radix, peneliti blockchain ternama, Willy Woo memgapresiasi melalui cuitan di akun Twitter pribadinya pada 2018 silam.
“Melihat Radix, sama seperti melihat pertama kali iPhone terlahir kedunia. Akankah dunia blockchain akan semakin canggih dan lebih baik pada era mendatang ? kita tunggu saja,” tulisnya.
Seperti diketahui, Komentar Musk memang sering membuat harga Bitcoin naik turun. Dalam pengajuan Komisi Sekuritas dan Bursa (SEC) Februari, Tesla mengungkapkan bahwa mereka membeli Bitcoin senilai US$ 1,5 miliar (Rp 589 triliun).
Hal ini menyebabkan Bitcoin merosot sekitar 8% menjadi sekitar US$ 44.000 atau setara Rp 624 juta (asumsi Rp 14.200/US$) per koin.
Perusahaan kemudian mengatakan mencatat keuntungan bersih US$ 101 juta (Rp 1,4 triliun) dari penjualan Bitcoin dan membantu meningkatkan laba bersih ke rekor tertinggi pada kuartal pertama. Namun, Musk beberapa pekan terakhir ini mendukung Dogecoin, cryptocurrency yang terinspirasi dari meme.
Tesla minggu lalu juga menangguhkan pembelian kendaraan menggunakan Bitcoin karena kekhawatiran atas penggunaan bahan bakar fosil yang meningkat untuk penambangan Bitcoin. Harga Bitcoin turun sekitar 5% dalam beberapa menit pertama setelah pengumuman Musk.
Namun ia mendorong lebih jauh ke dalam Dogecoin. Usahanya SpaceX mengumumkan akan menerima Dogecoin sebagai pembayaran untuk meluncurkan 'misi DOGE-1 ke Bulan'.
Namun meskipun demikian, Bitcoin dan cryptocurrency menjadi kata yang paling banyak dicari dalam 90 hari terakhir menurut data dari Google Trend. Namun, pondasi hadirnya mata uang kripto, blockchain lebih sedikit ditelusuri.
Kendati melihat tenarnya Bitcoin dan mata uang kripto lainnya, hanya sebagian kecil developer yang melek terhadap perkembangan blockchain dalam beberapa dekade kedepan.
Hughes, seorang programmer lulusan Y Combinator tahun 2017 membangun Radix yang diklaim tidak menggunakan line code sedikitpun pada Bitcoin dengan modal dana sebesar Rp 14,2 miliar.
Pada dasarnya, teknologi yang digunakan sistem seperti Bitcoin, Ethreum, EOS, IOTA dan lainnya tetap mengadapi trilema blockchain serupa, yakni Skalabilitas, Keamanan, dan Desentralisasi.
Perkembangan Radix jika dibandingkan dengan Augmented Reality atau Artificial Intelligence, serta Hologram, tidaklah berarti. Pasalnya, klaim mengatakan komunitasnya meningkat 100 persen setiap bulan berdasar data web traffic.
“Radix adalah buku besar terdesentralisasi yang merupakan alternatif untuk blockchain berkemampuan menangani ratusan juta transaksi sekaligus,” seperti tertulis dalam keterangan, Rabu (19/5/2021).
Saat ini, Radix telah bergabung dengan sebuah organisasi nirlaba, yaitu GoodFi. Organisasi ini juga diisi oleh jajaran eksekutif di ranah blockchain seperti Chainlink, Aave, Sushiswap, Avalanche dan mStable.
Decentralized Finance atau DeFi adalah topik utama pada perkumpulan anggota organisasi tersebut yang diadakan setiap bulannya.
Mengacu laporan DefiPulse tahun 2020, Total Value Locked (TVL) di sektor DeFi mencapai US$ 79,86 Milyar atau setara Rp 1.139 triliun. Dengan asumsi demikian, mereka yakin bahwa pergerakan DeFi akan meningkat di tahun 2025 dengan target 100 juta pengguna di seluruh dunia.
Vice President of Marketing Ava Labs, Jay Kurahashi-Sofue, mengatakan sistem distribusi yang terbuka memungkinkan kecepatan dan inovasi yang luar biasa.
“Yang hilang adalah grup yang tidak bias yang berusaha menciptakan nilai bersama untuk semua pembangun dan pengguna,” kata pria yang juga menjabat dewan penasihat GoodFi.
Sementara itu, Kepada Strategi Radix DL, Adam Simmons mengatakan DeFi adalah adab baru dalam lingkup blockchain dan aset kripto.
“Dengan jumlah pengguna saat ini semakin bertambah, maka rencana 100 juta pengguna pada tahun 2025, perlu kerjasama yang aktif dengan perusahaan lain di sektor serupa,” katanya.
Bahkan, melihat kemampuan dan perkembangan Radix, peneliti blockchain ternama, Willy Woo memgapresiasi melalui cuitan di akun Twitter pribadinya pada 2018 silam.
“Melihat Radix, sama seperti melihat pertama kali iPhone terlahir kedunia. Akankah dunia blockchain akan semakin canggih dan lebih baik pada era mendatang ? kita tunggu saja,” tulisnya.
Seperti diketahui, Komentar Musk memang sering membuat harga Bitcoin naik turun. Dalam pengajuan Komisi Sekuritas dan Bursa (SEC) Februari, Tesla mengungkapkan bahwa mereka membeli Bitcoin senilai US$ 1,5 miliar (Rp 589 triliun).
Hal ini menyebabkan Bitcoin merosot sekitar 8% menjadi sekitar US$ 44.000 atau setara Rp 624 juta (asumsi Rp 14.200/US$) per koin.
Perusahaan kemudian mengatakan mencatat keuntungan bersih US$ 101 juta (Rp 1,4 triliun) dari penjualan Bitcoin dan membantu meningkatkan laba bersih ke rekor tertinggi pada kuartal pertama. Namun, Musk beberapa pekan terakhir ini mendukung Dogecoin, cryptocurrency yang terinspirasi dari meme.
Tesla minggu lalu juga menangguhkan pembelian kendaraan menggunakan Bitcoin karena kekhawatiran atas penggunaan bahan bakar fosil yang meningkat untuk penambangan Bitcoin. Harga Bitcoin turun sekitar 5% dalam beberapa menit pertama setelah pengumuman Musk.
Namun ia mendorong lebih jauh ke dalam Dogecoin. Usahanya SpaceX mengumumkan akan menerima Dogecoin sebagai pembayaran untuk meluncurkan 'misi DOGE-1 ke Bulan'.
(wbs)