Posisi Buncit Menurut Canalyst, Samsung: Kami Masih Memimpin
loading...
A
A
A
JAKARTA - Di awal 2021, selain baru saja merilis Galaxy S21 Series 5G , Samsung juga menyegarkan lini produk entry level lewat Galaxy A02 yang baru dirilis, Galaxy A02s , dan Galaxy A12. Mereka juga mengklaim bahwa mereka masih memimpin pasar smartphone di Indonesia.
Firma riset smartphone global Canalys merilis laporan smartphone terbanyak yang dijual sepanjang Q4 2020.
Laporan tersebut menyebut bahwa Vivo menjadi vendor smartphone di posisi pertama di Indonesia pada kuartal empat (Q4) di 2020 dengan pangsa pasar 25 persen. Di belakangnya ada Oppo dengan market share 24%.
Sementara perubahan terjadi di posisi ketiga yang ditempati oleh Xiaomi dengan dengan market share 15%. Pada posisi keempat tetap diduduki Realme juga dengan market share 15%. Dan terakhir Samsung dengan market share 14%.
Hanya saja, data Canalys memang hanya menghitung berapa jumlah smartphone yang terkirim ke penjual (shipment). Bukan jumlah smartphone yang terjual.
Ditanya terkait hal ini, Product Marketing Manager Samsung Electronics Indonesia Irfan Rinaldi mengklaim bahwa saat ini menurut data internal yang mereka miliki posisi Samsung di Indonesia masih tetap memimpin. ”Saat ini kami masih memimpin,” ujar Irfan.
Menurut Irfan, ponsel entry level (dibawah Rp3 jutaan) menyumbang 50 persen penjualan di pasar ponsel Indonesia, termasuk Samsung. Karena itu, Samsung saat ini fokus pada tiga model. Yakni Galaxy A12 dengan banderol Rp2 juta-Rp3 jutaan, lalu Galaxy A02s yang dipasarkan Rp1,5 juta-Rp2 jutaan, dan terakhir Galaxy A02 untuk kelas Rp1,5 juta kebawah.
”Selama pandemi pun permintaan ponsel entry level termasuk stabil. Tidak ada penurunan signifikan. Terutama untuk kebutuhan sekolah,” ujarnya.
Karena itu, Irfan menyebut bahwa Samsung menggunakan tiga strategi untuk mempertahankan posisi.
Pertama, merilis perangkat dengan harga terjangkau. Kedua, mempermudah pembelian ponsel lewat kerja sama dengan lembaga pembiayaan seperti Home Credit Indonesia, dan ketiga adalah berkolaborasi dengan operator untuk memberi paket data terjangkau.
”Kami berupaya menyalurkan produk dengan mudah, perketat protokol kesehatan di gerai offline, dan menggelar flash sale online agar produk cepat sampai ke tangan konsumen,” bebernya.
Firma riset smartphone global Canalys merilis laporan smartphone terbanyak yang dijual sepanjang Q4 2020.
Laporan tersebut menyebut bahwa Vivo menjadi vendor smartphone di posisi pertama di Indonesia pada kuartal empat (Q4) di 2020 dengan pangsa pasar 25 persen. Di belakangnya ada Oppo dengan market share 24%.
Sementara perubahan terjadi di posisi ketiga yang ditempati oleh Xiaomi dengan dengan market share 15%. Pada posisi keempat tetap diduduki Realme juga dengan market share 15%. Dan terakhir Samsung dengan market share 14%.
Hanya saja, data Canalys memang hanya menghitung berapa jumlah smartphone yang terkirim ke penjual (shipment). Bukan jumlah smartphone yang terjual.
Ditanya terkait hal ini, Product Marketing Manager Samsung Electronics Indonesia Irfan Rinaldi mengklaim bahwa saat ini menurut data internal yang mereka miliki posisi Samsung di Indonesia masih tetap memimpin. ”Saat ini kami masih memimpin,” ujar Irfan.
Menurut Irfan, ponsel entry level (dibawah Rp3 jutaan) menyumbang 50 persen penjualan di pasar ponsel Indonesia, termasuk Samsung. Karena itu, Samsung saat ini fokus pada tiga model. Yakni Galaxy A12 dengan banderol Rp2 juta-Rp3 jutaan, lalu Galaxy A02s yang dipasarkan Rp1,5 juta-Rp2 jutaan, dan terakhir Galaxy A02 untuk kelas Rp1,5 juta kebawah.
”Selama pandemi pun permintaan ponsel entry level termasuk stabil. Tidak ada penurunan signifikan. Terutama untuk kebutuhan sekolah,” ujarnya.
Karena itu, Irfan menyebut bahwa Samsung menggunakan tiga strategi untuk mempertahankan posisi.
Pertama, merilis perangkat dengan harga terjangkau. Kedua, mempermudah pembelian ponsel lewat kerja sama dengan lembaga pembiayaan seperti Home Credit Indonesia, dan ketiga adalah berkolaborasi dengan operator untuk memberi paket data terjangkau.
”Kami berupaya menyalurkan produk dengan mudah, perketat protokol kesehatan di gerai offline, dan menggelar flash sale online agar produk cepat sampai ke tangan konsumen,” bebernya.
(dan)