Keamanan Data Kunci Sukses Menjaga Bisnis dan Reputasi Perusahaan

Minggu, 17 Mei 2020 - 16:33 WIB
loading...
Keamanan Data Kunci...
Ilustrasi Hacker. FOTO/ Ist
A A A
JAKARTA - Akibat penyebaran virus Covid19 yang terjadi sejak Desember 2019, roda ekonomi maupun kebiasaan orang perlahan berubah. Berbagai sektor industri mengalami kemacetan, namun tidak dengan bisnis e-commerce.

Bahkan di Indonesia, aplikasi e-commerce merupakan aplikasi yang paling banyak diunduh oleh masyarakat yakni sebesar 48,9 % ( ), hal ini merupakan salah satu indikasi kebiasaan masyarakat berubah.

Namun seiring dengan gencarnya belanja melalui daring, keamanan data pribadi masyarakat dipertanyakan. Pada prinsipnya konsumen memiliki berbagai opsi keamanan ketika mengakses akun mereka, dari sidik jari, PIN, hingga OTP.

"Keamanan data nasabah adalah kebutuhan yang mutlak, tanpa itu perusahaan tidak dapat mempertahankan kepercayaannya. Data nasabah adalah kekayaan perusahaan yang terbesar", kata Julyanto Sutandang, CEO PT Equnix Business Solutions, yang merupakan perusahaan lokal penyedia jasa solusi teknologi informasi berbasis Open Source.

Namun kasus yang baru terjadi beberapa waktu lalu tetap saja membuat masyarakat was-was. Insiden kebocoran data pada beberapa perusahaan e-commerce hanyalah satu contoh karena sesungguhnya belakangan ini kebocoran data atau security breach makin sering terjadi.

“Security breach atau pembobolan sistem yang berakibat kebocoran data akan membahayakan bisnis perusahaan tersebut, dan bisa memberikan dampak negatif seperti hilangnya kepercayaan konsumen dan rusaknya reputasi perusahaan”, kata Julyanto lebih lanjut.

Sejak beberapa tahun terakhir, diperkirakan lebih dari ratusan juta data pribadi di seluruh dunia bocor ( ), tak hanya 15 juta akun pengguna salah satu e-commerce terkenal di Indonesia. Kejadian demi kejadian itu mengungkapkan bahwa data pribadi yang tersimpan di platform digital saat ini sangat rentan, padahal kita semua sedang menuju era ‘New normal’ yang bergantung pada platform digital. Apa yang harus dilakukan oleh industri atau perusahaan yang berkutat dengan data masyarakat agar bisa melindungi data tersebut secara optimal.

“Kondisi itu pada akhirnya akan merugikan perusahaan tersebut karena konsumen akan pindah ke kompetitor. Intinya, jika data dalam suatu sistem rusak, hilang, atau dicuri, maka bencana akan menghampiri,” pungkasnya.

Untuk menghindari hal tersebut, kita harus menerapkan 2 lapis keamanan, yaitu:

1. Memperkuat autentikasi dengan Single Sign On dan HSM/Smartcard. Dengan proteksi yang lebih baik ini, tidak ada password akses yang dapat dipergunakan oleh siapapun kecuali sistem.

2. Menerapkan Enkripsi data dengan autentikasi yang canggih agar data yang sedang berada dalam storage (Data-At-Rest) tidak dapat disadap/diambil (bocor) oleh yang tidak berwenang.

Berdasarkan statusnya, data dikategorikan menjadi tiga jenis:

1. Data in Transit (bergerak)

Data yang sedang dipertukarkan dari tempat satu ke tempat lain, dari user ke server dan sebaliknya, dalam jaringan. Pengamanannya secara umum adalah dengan menggunakan SSL, atu VPN/IpSec.

2. Data In Use

Data yang sedang dimanipulasi oleh komputer, seperti data yang ada di memori; di cache, di queue, di heap maupun di stack. Data ini cenderung berupa plaintext dan tidak dapat diambil atau diintip karena dalam proses yang sedang berjalan. Meski demikian ada metode cracking khusus yang dapat mengambil Data In Use ini. Secara umum, data ini tidak dienkripsi, dan biasanya sistem menerapkan memory proteksi agar data tersebut tidak dapat diakses oleh yang tidak berhak. Memory proteksi ini tergantung pada fitur prosesor atau sistem operasi.

3. Data at Rest (diam).

Data yang disimpan pada storage seperti: filesystem, media usb, dan Database Server. Data ini diamankan dengan cara Enkripsi, dan membutuhkan mekanisme manajemen kunci yang baik agar tetap aman.

Data adalah harta terpenting dalam perusahaan finansial, sehingga pengamanan data mutakhir adalah wajib, memastikan tingkat keamanan tertinggi dan tetap dapat terkelola dengan baik. Semakin perusahaan menghargai nasabahnya, makin tinggi standar keamanan yang digunakan untuk mengamankan data at rest, data in use, maupun data in transit.

Umumnya pengamanan dilakukan dengan metode enkripsi yang akan menjadikan data tersebut tampil dalam bentuk scrambled sehingga menjadi tak memiliki arti.

Dalam hal konteks keamanan, idealnya data wajib memenuhi tiga syarat CIA (Confidentiality, Integrity, dan Availability) dan akan menjadi rentan bocor jika tidak memenuhi salah satu saja dari tiga syarat keamanan tersebut. Enkripsi setidaknya sudah memenuhi dua syarat dan kendali akses dengan ACL dn Manajemen Key menyempurnakannya.
(wbs)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1067 seconds (0.1#10.140)