Sampel Asteroid Ryugu Menjawab Kebenaran Tata Surya dari Induk yang Sama

Senin, 07 Desember 2020 - 08:59 WIB
loading...
Sampel Asteroid Ryugu...
Tim MASCam di belakang kamera penjelajah MASCOT mengidentifikasi dua jenis batu di Ryugu. Tipe 1 adalah batu besar berbentuk tidak beraturan dengan permukaan kusut, seperti kembang kol. Tipe 2 sedikit lebih cerah, dengan tepi yang tajam, serta permukaan h
A A A
TOKYO - Untuk kedua kalinya, manusia telah berhasil membawa sampel asteroid ke Bumi melalui misi ruang angkasa tanpa astronot. Baru-baru ini, pesawat ruang angkasa Hayabusa2 milik Jepang mendarat di Woomera, Adelaide, Australia Selatan.

Pesawat berupa kapsul kecil ini yang membawa potongan-potongan murni asteroid yang dekat dengan Bumi, Asteroid Ryugu . Sampel tersebut diambil jutaan mil dari Bumi oleh misi Hayabusa2 Jepang, yang mempelajari Ryugu dengan lebar 900 meter dalam rentang waktu Juni 2018-November 2019. (Baca juga: Perubahan Orbit, Asteroid Apophis Jadi Ancaman Nyata Bumi )

Pendahulu Hayabusa2 adalah kapsul pertama yang membawa pulang sampel batuan luar angkasa. Pesawat mengirimkan potongan-potongan asteroid berbatu Itokawa pada 2010. Tapi Hayabusa -bahasa Jepang untuk elang peregrine- mengembalikan kurang dari 1 miligram material. Sedangkan Hayabusa2 diperkirakan melebihi 100 mg (0,0035 ons), dan sampelnya berasal dari jenis asteroid yang sangat berbeda -batuan antariksa primitif "tipe-C" yang kaya akan air dan senyawa organik yang mengandung karbon.

"Materi yang membentuk Bumi, lautan, dan kehidupannya ada di awan primordial tempat terbentuknya tata surya kita. Di awal tata surya, materi ini bersentuhan dan mampu berinteraksi secara kimiawi dalam objek induk yang sama," tulis pejabat Badan Eksplorasi (JAXA) dalam ikhtisar Hayabusa2, seperti dikutip Space.com.

"Interaksi ini dipertahankan hingga hari ini di benda primitif (asteroid tipe C). Jadi mengembalikan sampel dari benda ini untuk analisis akan menjelaskan asal-usul dan evolusi tata surya dan blok bangunan kehidupan," katanya lagi.

Memiliki sampel di Bumi adalah kunci mengungkap tata surya. Ilmuwan di laboratorium di seluruh dunia dapat meneliti batuan kosmik secara jauh lebih detail daripada Hayabusa2, atau penyelidikan lain yang dilakukan sendiri di luar angkasa. Kemurnian material yang dikembalikan juga merupakan nilai jual utama.

Para peneliti sudah memiliki akses ke banyak meteorit, tetapi sampel asteroid ini telah diubah secara signifikan oleh perjalanan mereka melalui atmosfer Bumi dan waktu mereka di permukaan planet ini.

Perjalanan Panjang Habuyasa2
Memiliki berat 690 kilogram, pesawat luar angkasa Hayabusa2 diluncurkan pada Desember 2014. Pesawat bertemu dengan Asteroid Ryugu pada 27 Juni 2018, memulai kampanye eksplorasi yang epik.

Hayabusa2 mengamati Ryugu secara mendetail dan memasang beberapa jubah mini ke permukaan asteroid -beberapa penjelajah kecil yang melompat dan pendarat berukuran microwave yang disebut MASCOT (Mobile Asteroid Surface Scout), yang disediakan oleh Pusat Dirgantara Jerman bekerja sama dengan badan antariksa Prancis CNES.

Pesawat ruang angkasa utama Hayabusa2 melakukan dua perjalanannya sendiri ke permukaan Ryugu, keduanya untuk mengambil sampel. Selama operasi pertama ini, pada Februari 2019, Hayabusa2 mengambil beberapa material permukaan. Kemudian di April tahun yang sama, pesawat ruang angkasa itu menembakan 2,5 kg proyektil tembaga di Ryugu, meledakkan kawah selebar 33 kaki (10 m) ke permukaan asteroid. Kemudian, di bulan Juli, wahana tersebut turun ke bawah mengumpulkan sebagian dari tanah dan batu yang baru saja digali ini.

Hayabusa2 memisahkan kedua sampel ini, sehingga para ilmuwan dapat membandingkan materi dari dua lingkungan yang sangat berbeda -permukaan Ryugu, yang terkena radiasi luar angkasa, dan kedalaman asteroid yang lebih terlindungi. (Baca juga: 6 Jenis Vaksin Covid-19 Dilegalkan, Menkes Tunjuk Erick Thohir Urus Vaksinasi Mandiri )
(iqb)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Berita Terkait
Universitas di Jepang...
Universitas di Jepang Siapkan Jurusan AI untuk Calon Dokter
Jepang Ciptakan Taman...
Jepang Ciptakan Taman Terkecil di Dunia, Segini Ukurannya
Batasi Chip AI, AS Tekan...
Batasi Chip AI, AS Tekan Jepang dan Belanda Lepaskan Perangkat China
Bak Film Armageddon,...
Bak Film Armageddon, Astroid Pembawa Petaka Bennu Diprediksi Tabrak Bumi 157 Tahun Lagi
Jepang Temukan Cara...
Jepang Temukan Cara Menghibur Ikan Mola-mola yang Kesepian
Roket KAIROS Kembali...
Roket KAIROS Kembali Jatuh ke Bumi, Inovasi Antariksa Jepang Dinilai Mundur
Jepang Ciptakan Mesin...
Jepang Ciptakan Mesin Cuci Tubuh Manusia Berteknologi AI
Jepang Umumkan Suhu...
Jepang Umumkan Suhu Panas Sepanjang 2024 di Atas Normal
3 Fakta Orbit Planet...
3 Fakta Orbit Planet di Tata Surya yang Sesuai dengan Penjelasan di Al Quran
Rekomendasi
5 Faktor Penyebab Kekalahan...
5 Faktor Penyebab Kekalahan Timnas Indonesia U-17 dari Korea Utara
5 Fakta Arif Nuryanta,...
5 Fakta Arif Nuryanta, Ketua PN Jakarta Selatan Jadi Tersangka Suap Rp60 Miliar
Trump: Jutaan Orang...
Trump: Jutaan Orang Tewas karena Putin, Biden, dan Zelensky
Berita Terkini
Brand Lokal untuk Pengguna...
Brand Lokal untuk Pengguna iPhone, Apply Hadirkan Aksesori Bergaransi 3 Tahun
1 jam yang lalu
Selain eSIM, Ini Cara...
Selain eSIM, Ini Cara Gampang Tapi Ampuh Usir Penipu Online! Pakar Siber: Blokir IMEI!
18 jam yang lalu
Efektifkan Solusi eSIM...
Efektifkan Solusi eSIM Komdigi Atasi Penipuan Online? Pakar Siber Beberkan Faktanya!
18 jam yang lalu
Barang Elektronik Tak...
Barang Elektronik Tak Akan Bebas dari Tarif Impor Trump, Ini Alasannya
21 jam yang lalu
Gunung Berapi di Alaska...
Gunung Berapi di Alaska Akan Meletus Dahsyat, Ini Tanda-tandanya
21 jam yang lalu
Arkeolog Temukan Wajah...
Arkeolog Temukan Wajah Asli Pribumi Eropa di dalam Gua
23 jam yang lalu
Infografis
13 Rudal dan Drone Iran...
13 Rudal dan Drone Iran yang Bisa Hancurkan Pangkalan AS
Copyright ©2025 SINDOnews.com All Rights Reserved