Palo Alto Networks Bicara Keamanan Siber 2021, Ini Empat Ramalannya

Senin, 07 Desember 2020 - 02:12 WIB
loading...
Palo Alto Networks Bicara Keamanan Siber 2021, Ini Empat Ramalannya
Dengan meningkatnya ketergantungan kita pada teknologi di masa pandemik COVID-19, maka keamanan data menjadi hal yang rawan dilanggar. Foto/Ist
A A A
JAKARTA - Tahun 2020 menjadi tahun yang menentukan, sekaligus ujian yang sesungguhnya bagi ketahanan digital kolektif . Menimbang dampak COVID-19 kemungkinan masih akan dirasakan selama beberapa tahun ke depan, bisnis harus mengkaji kembali strategi mereka untuk menavigasi kenormalan baru dalam jangka waktu yang panjang.

Dengan meningkatnya ketergantungan kita pada teknologi, seberapa berhasilkah bisnis mengamankan masa depan digital mereka untuk tahun 2021? Palo Alto Networks , pemimpin global di bidang keamanan siber, menyampaikan empat ramalanya yang menarik untuk dicermati. (Baca juga: Kalahkan Singapura, Indonesia Punya Potensi Tinggi Data Center Berkelanjutan )

Ramalan Pertama
Apakah Anda sudah rindu melancong? Industri terkait akan membuat semakin banyak data pribadi yang tersebar.

Kebijakan travel bubble dan green lane pascapandemik akan memicu perdebatan mengenai privasi data. Pertanyaan yang saat ini ada di benak setiap orang adalah, seberapa cepat kita bisa kembali ke situasi normal?

Selain itu, salah satu hal yang paling banyak diinginkan oleh semua orang di seluruh dunia adalah keinginan untuk bisa jalan-jalan. Makin banyak negara yang menerapkan kebijakan travel bubble dan reciprocal green lanes untuk menggairahkan kembali sektor pariwisata dan perhotelan.

Namun, agar pengaturan tersebut menjadi efisien dan aman bagi wisatawan, data pribadi perlu dibagikan melintasi batas negara disertai kontrol keamanan yang tepat dan komunikasi transparan tentang pengelolaan serta penyimpanan data tersebut.

Adanya kebutuhan krusial akan pergerakan data antara pihak pemerintah, maskapai penerbangan, bandara, dan hotel akan menjadikan perdebatan mengenai bagaimana data disimpan, diakses dan digunakan makin mengemuka di tahun 2021. Ini terutama disebabkan karena makin banyak individu yang kian peduli tentang keamanan data pribadi yang mereka bagikan ke pihak lain.

Namun kali ini, data-data yang diperoleh dari rapid test serta pemantauan dan pengecekan secara konstan –berlaku untuk semua orang, bahkan yang patuh terhadap peraturan sekalipun– akan membuat wisatawan berpikir dua kali tentang informasi yang akan mereka berikan kepada pihak lain ketika kegiatan berlibur kembali berlangsung.

Ramalan Kedua
Sejauh mana kesiapan menyambut kehadiran 5G? Sektor swasta akan mengambil alih peran sektor publik sebagai garda depan dalam melawan pandemik COVID-19.

Jaringan 5G mulai diperkenalkan di kawasan ini. IPhone 12 diperkirakan untuk pertama kalinya akan menjadi perangkat berkemampuan 5G yang akan banyak diadopsi. Hal tersebut pastinya akan mengakselerasi peluncuran jaringan secara besar-besaran di banyak negara.

Sebab industri telekomunikasi akan berupaya untuk menggelar berbagai layanan baru untuk pelanggan dan pemerintah akan memanfaatkan peluang-peluang digital untuk pemulihan ekonomi pada tahun 2021. Tetapi masih perlu waktu sebelum pengguna dapat benar-benar merasakan manfaat dari peningkatan kecepatan secara eksponensial dan latensi rendah yang dijanjikan oleh 5G.

Sementara itu, pengadopsian jaringan 5G dari swasta oleh perusahaan mengalami peningkatan pesat. Deloitte memprediksi sepertiga dari pasar jaringan 5G yang dihadirkan pihak swasta pada kurun 2020–2025, jika diukur dari tingkat belanja dalam dolar AS, akan datang dari sektor-sektor yang ditengarai akan menjadi pengadopsi pertama. Seperti sektor pelabuhan, bandara, dan pusat-pusat logistik lainnya.

Dalam survei yang dilakukan oleh Ciena, 31% responden dari kalangan perusahaan di Singapura, Indonesia, Filipina, dan Jepang sepakat bahwa manfaat terbesar 5G adalah kapabilitasnya dalam mendorong terwujudnya transformasi digital serta berbagai aplikasi digital.

Ramalah ke-3
Bekerja dari rumah berubah menjadi makin cerdas dan aman. Keamanan akan makin dioptimalkan dan menjadi semakin sederhana. Dalam hitungan pekan, transformasi digital akan berubah, dari sekadar ujaran yang diulang-ulang terus, menjadi sebuah kebutuhan untuk terus 'beradaptasi agar mampu tetap bertahan'.

Solusi kerja jarak jauh makin gencar diterapkan oleh perusahaan-perusahaan di masa pembatasan sosial ini. Sayangnya, banyak dari solusi ini mengandalkan teknologi lama seperti koneksi VPN yang tidak stabil, alat token fisik, dan gembok digital yang berbasis pada teknologi yang memang tidak dirancang mampu mendukung konektivitas secara simultan.

Beberapa di antaranya bahkan hanya menjadi solusi sementara. Bahkan dianggap terlalu kompleks bagi sejumlah karyawan yang tidak paham akan dampak yang diakibatkannya terhadap keamanan siber.

Tetapi jika ada satu saja pembelajaran yang dapat dipetik dari tahun 2020, maka kerja jarak jauh dalam skala seluas perusahaan memungkinkan untuk diterapkan. Tahun 2021 menjadi tahun di mana semua fokus akan tertuju pada manusia itu sendiri. Tahun yang menawarkan beragam peluang baru bagi bisnis agar terus bertumbuh dan mendukung karyawan menuntaskan tugas-tugas dalam keseharian.

Komputasi cloud juga diprediksi akan makin jelas terasa manfaatnya. Seiring meningkatnya adopsi tools berbasis cloud, kebutuhan akan perangkat-perangkat yang mahal dengan daya komputasi yang lebih besar pun makin berkurang. Keberadaan dekstop tervirtualisasi menjadi solusi yang makin populer.

Perusahaan-perusahaan dapat menyediakan perangkat-perangkat yang terkoneksi dan lebih simpel yang hanya memungkinkan karyawan dapat mengakses program dan sumber daya yang mereka butuhkan secara daring. Laku menerima penugasan atau pekerjaan secara langsung, sehingga aset vital perusahaan akan terproteksi.

Mendesain ulang secara total cara karyawan terhubung dapat memangkas komplikasi keamanan siber yang terkait dengan kebijakan Bring Your Own Computer (BYOC) yang sekarang telah menjadi kelaziman, sembari meningkatkan efisiensi dan efektivitas segmentasi jaringan. Keamanan nantinya perlu dihantarkan melalui edge, yang akan menjadikan solusi seperti secure access service edge (SASE) menjadi norma keamanan siber baru berkat fleksibilitas, kesederhanaan dan visibilitasnya.

Ramalan ke-4
Belum saatnya memikirkan strategi yang muluk-muluk, karena tim teknologi informasi (TI) sendiri justru perlu meninjau kembali ke bagian-bagian yang mendasar dalam bangunan keamanan mereka. Terjadinya perpindahan ke cloud secara besar-besaran, bukan lagi ditujukan sekadar untuk mendukung tugas-tugas mendasar, seperti email.

Makin banyak kegiatan yang divirtualisasikan pada tahun 2021. Hal ini mendorong perusahaan untuk meninjau kembali sistem keamanan di lingkungan cloud yang tengah mereka gunakan.

Meskipun kontrol keamanan jaringan tetap menjadi komponen penting dalam mendukung keamanan cloud, perusahaan perlu memperkuatnya dengan lapis tambahan. Terutama di lingkup pengelolaan identitas dan manajemen akses (IAM) seiring meningkatnya skalabilitas pada penggunaan cloud di perusahaan.

Tahun ini, para peneliti Palo Alto Networks Unit 42 mengamati bahwa satu kesalahan konfigurasi IAM dapat memungkinkan penyerang menyusup hingga ke seluruh lingkungan cloud dan menembus hampir ke semua kontrol keamanan.

Kesalahan dalam konfigurasi identitas ini ditemukan di banyak akun cloud, yang menunjukkan adanya risiko keamanan yang tidak kecil bagi organisasi. Bahkan berpotensi mempengaruhi seluruh lingkungan dalam waktu singkat. (Baca juga: Tottenham Cukur Arsenal, Harry Kane Cetak Rekor Baru )
(iqb)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1808 seconds (0.1#10.140)