Begini Tren Konsumen Digital Indonesia Selama Masa COVID-19
loading...
A
A
A
SINGAPURA - Google , Temasek , dan Bain&Company mengungkap sebuah laporan tahunan yang berjudul “At full velocity: Resilient and Racing Ahead”. Dalam laporan tersebut, salah satunya terdapat pertumbuhan pesat konsumen digital di Asia Tenggara.
Pada 2020, lebih dari sepertiga konsumen layanan digital di Asia Tenggara mulai menggunakan layanan online baru karena COVID-19. (Baca juga: Tren Belanja Online di Masa Pandemi, 3 Situs E-Commerce Ini Paling Laris )
Di Indonesia, 37% konsumen digital menggunakan layanan baru karena wabah COVID-19. Sementara, lebih dari setengah konsumen digital baru di Tanah Air (56%) berasal dari daerah non-metro dan 93% dari mereka berkata akan terus menggunakan setidaknya satu layanan digital setelah pandemi berakhir.
Di samping itu, waktu online rata-rata per hari selama pandemik untuk tujuan pribadi tercatat meningkat, dari 3,6 jam sebelum pandemik menjadi 4,7 jam selama PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) dan kemudian 4,3 jam setelahnya.
Laporan regional 2020 ini mencakup lima sektor yaitu e-commerce, media online, transportasi online, perjalanan, dan layanan keuangan digital, serta menyentuh dua sektor baru: teknologi pendidikan dan kesehatan (EdTech dan HealthTech).
Dalam lima tahun ke depan, laporan memperkirakan adanya pertumbuhan 21% untuk e-commerce Indonesia. Serta 28% untuk transportasi online dan pengantaran makanan.
Media online juga menunjukkan pertumbuhan positif sejauh ini pada 2020, dengan nilai USD4,4 miliar atau naik 24% dari USD3,5 miliar pada 2019. Sektor ini diperkirakan akan terus bertumbuh sebesar 18% menjadi USD10 miliar pada 2025.
Sedangkan industri perjalanan online turun 68% menjadi USD3 miliar pada 2020, dari USD10 miliar pada tahun lalu. Namun diperkirakan akan bertumbuh 36% dan mencapai USD15 miliar pada 2025. Pengantaran makanan dan transportasi juga turun 18% menjadi USD5 miliar, dari USD6 miliar pada 2019.
“COVID-19 telah mengubah cara hidup banyak orang di Asia Tenggara, dan perkembangan sektor layanan keuangan digital, HealthTech, dan EdTech diperlukan untuk beradaptasi dengan perubahan yang terjadi di tengah masyarakat,” kata Alessandro Cannarsi, Partner and Leader dari Southeast Asia Private Equity Practice di Bain & Company saat konferensi pers virtual, Selasa (24/11/2020).
Indonesia, kata Cannarsi, tetaplah pasar ekonomi internet terbesar di Asia Tenggara dan menjadi medan persaingan utama bagi platform-platform teknologi. Oleh sebab itu, mereka sangat siap untuk menjadi pendorong utama inovasi digital di kawasan ini.
"Meski masih terlalu dini untuk memastikan hasilnya, kami memperkirakan pertumbuhan dan percepatan akan terus berlanjut di sektor ini dalam beberapa tahun ke depan,” tuturnya.
Pendanaan juga akan tetap solid di Indonesia, dengan dibukukannya 202 kesepakatan investasi senilai USD2,8 miliar selama paruh pertama 2020, dibandingkan USD3,2 miliar dari 355 kesepakatan investasi sepanjang 2019.
“Kami juga terus melihat adanya peluang-peluang investasi pada ekonomi internet Asia Tenggara, yang sejalan dengan tren struktural kami untuk mendorong kemajuan sosial dengan memanfaatkan teknologi,” ungkap Rohit Sipahimalani, Chief Investment Strategist Temasek.(Baca juga: Punya 100 Juta Lebih Subscribers, Gadis Cantik Ini Ratu TikTok Dunia )
Pada 2020, lebih dari sepertiga konsumen layanan digital di Asia Tenggara mulai menggunakan layanan online baru karena COVID-19. (Baca juga: Tren Belanja Online di Masa Pandemi, 3 Situs E-Commerce Ini Paling Laris )
Di Indonesia, 37% konsumen digital menggunakan layanan baru karena wabah COVID-19. Sementara, lebih dari setengah konsumen digital baru di Tanah Air (56%) berasal dari daerah non-metro dan 93% dari mereka berkata akan terus menggunakan setidaknya satu layanan digital setelah pandemi berakhir.
Di samping itu, waktu online rata-rata per hari selama pandemik untuk tujuan pribadi tercatat meningkat, dari 3,6 jam sebelum pandemik menjadi 4,7 jam selama PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) dan kemudian 4,3 jam setelahnya.
Laporan regional 2020 ini mencakup lima sektor yaitu e-commerce, media online, transportasi online, perjalanan, dan layanan keuangan digital, serta menyentuh dua sektor baru: teknologi pendidikan dan kesehatan (EdTech dan HealthTech).
Dalam lima tahun ke depan, laporan memperkirakan adanya pertumbuhan 21% untuk e-commerce Indonesia. Serta 28% untuk transportasi online dan pengantaran makanan.
Media online juga menunjukkan pertumbuhan positif sejauh ini pada 2020, dengan nilai USD4,4 miliar atau naik 24% dari USD3,5 miliar pada 2019. Sektor ini diperkirakan akan terus bertumbuh sebesar 18% menjadi USD10 miliar pada 2025.
Sedangkan industri perjalanan online turun 68% menjadi USD3 miliar pada 2020, dari USD10 miliar pada tahun lalu. Namun diperkirakan akan bertumbuh 36% dan mencapai USD15 miliar pada 2025. Pengantaran makanan dan transportasi juga turun 18% menjadi USD5 miliar, dari USD6 miliar pada 2019.
“COVID-19 telah mengubah cara hidup banyak orang di Asia Tenggara, dan perkembangan sektor layanan keuangan digital, HealthTech, dan EdTech diperlukan untuk beradaptasi dengan perubahan yang terjadi di tengah masyarakat,” kata Alessandro Cannarsi, Partner and Leader dari Southeast Asia Private Equity Practice di Bain & Company saat konferensi pers virtual, Selasa (24/11/2020).
Indonesia, kata Cannarsi, tetaplah pasar ekonomi internet terbesar di Asia Tenggara dan menjadi medan persaingan utama bagi platform-platform teknologi. Oleh sebab itu, mereka sangat siap untuk menjadi pendorong utama inovasi digital di kawasan ini.
"Meski masih terlalu dini untuk memastikan hasilnya, kami memperkirakan pertumbuhan dan percepatan akan terus berlanjut di sektor ini dalam beberapa tahun ke depan,” tuturnya.
Pendanaan juga akan tetap solid di Indonesia, dengan dibukukannya 202 kesepakatan investasi senilai USD2,8 miliar selama paruh pertama 2020, dibandingkan USD3,2 miliar dari 355 kesepakatan investasi sepanjang 2019.
“Kami juga terus melihat adanya peluang-peluang investasi pada ekonomi internet Asia Tenggara, yang sejalan dengan tren struktural kami untuk mendorong kemajuan sosial dengan memanfaatkan teknologi,” ungkap Rohit Sipahimalani, Chief Investment Strategist Temasek.(Baca juga: Punya 100 Juta Lebih Subscribers, Gadis Cantik Ini Ratu TikTok Dunia )
(iqb)