Tidak Asal Comot, Ini Bahan-bahan yang Bikin Bangunan Romawi Kuat

Rabu, 06 November 2024 - 23:02 WIB
loading...
Tidak Asal Comot, Ini...
Colosseum, bangunan kuno Romawi yang terkenal kuat. FOTO/ WASHINGTON POST
A A A
MILAN - Bangunan Romawi kuno , seperti Colosseum, L'Arco atau Pantheon karya arsitektur Romawi ini masih berdiri kokoh dengan struktur yang menakjubkan.

BACA JUGA - Arkeolog Temukan Kulkas Era Romawi, Isinya Mengejutkan

Meski berusia ribuan tahun, nyatanya bangunan tersebut justru masih utuh dan bertahan hingga sekarang. Lantas, apa rahasia di balik kokohnya bangunan arsitektur Romawi kuno?

Beton Romawi kuno terkenal akan kekuatannya, dengan contoh paling mencolok adalah bangunan megah seperti Pantheon di Roma, yang masih berdiri kokoh setelah hampir 2.000 tahun.

Struktur beton Romawi kuno ini bahkan memegang rekor sebagai kubah beton tak bertulang terbesar di dunia. Namun, apa yang membuat beton ini begitu tahan lama?

Mereka menciptakan banyak inovasi, termasuk saluran air (aqueducts) yang masih berfungsi hingga sekarang.

Salah satu bahan kunci yang mereka gunakan adalah beton pozolanik, campuran unik yang terdiri dari pozzolana abu vulkanik yang kaya mineral dan kapur.

Ketika kedua bahan ini dicampur dengan air, mereka bereaksi untuk membentuk beton yang sangat kuat.

Selama bertahun-tahun, para ilmuwan berpikir bahwa keandalan beton Romawi terletak pada kombinasi bahan-bahan tersebut.

Namun, sebuah penelitian baru-baru ini dari tim internasional yang dipimpin oleh Massachusetts Institute of Technology (MIT) mengungkap fakta menarik: ada lebih banyak hal di balik kekuatan beton ini daripada yang selama ini dipahami.

Penelitian ini dimulai ketika para ilmuwan menemukan potongan kecil kapur di dalam beton yang tampaknya sudah tercampur dengan baik.

Sebelumnya, potongan ini dianggap sebagai tanda pencampuran yang buruk, tetapi ilmuwan material Admir Masic dari MIT merasa bahwa ini tidak masuk akal.

Ia berpikir, jika bangsa Romawi menghabiskan waktu dan usaha untuk menciptakan bahan konstruksi yang luar biasa, mengapa mereka tidak memperhatikan detail penting dalam pencampuran?

Bersama timnya, Masic mempelajari sampel beton Romawi yang berusia 2.000 tahun dari situs arkeologi Privernum di Italia.

Dengan menggunakan teknologi canggih seperti mikroskop elektron dan spektroskopi, mereka mencoba memahami lebih dalam tentang komposisi beton tersebut.

Salah satu hal yang mereka teliti adalah jenis kapur yang digunakan. Secara umum, kapur yang digunakan dalam beton pozolanik adalah kapur basah, yang dihasilkan dari pemanasan batu kapur.

Namun, analisis tim menunjukkan bahwa gumpalan kapur yang ditemukan dalam beton tidak konsisten dengan metode ini.

Mereka menduga bahwa beton Romawi sebenarnya dibuat dengan mencampurkan kapur tohor (kalsium oksida) langsung dengan pozzolana dan air pada suhu tinggi, dalam proses yang disebut “pencampuran panas”.

Keuntungan dari pencampuran panas ini sangat signifikan. Pertama, suhu tinggi memungkinkan reaksi kimia yang tidak dapat terjadi hanya dengan kapur basah, menghasilkan senyawa baru yang memperkuat beton.

Kedua, suhu tinggi juga mempercepat proses pengeringan dan pengaturan, yang memungkinkan konstruksi berlangsung lebih cepat.

Yang lebih menarik, keberadaan gumpalan kapur ini memberikan beton kemampuan penyembuhan diri.

Ketika retakan muncul, air masuk ke dalam retakan dan bereaksi dengan kapur, membentuk larutan yang kaya kalsium.

Saat larutan ini mengering, ia mengeras menjadi kalsium karbonat, merekatkan kembali retakan tersebut dan mencegahnya meluas.

Tim peneliti kemudian menguji temuan ini dengan membuat beton pozolanik dari resep kuno dan modern menggunakan kapur tohor.

Hasilnya, beton yang menggunakan kapur tohor pulih sepenuhnya dari retakan dalam waktu dua minggu, sementara beton kontrol yang tidak menggunakan kapur tetap retak.
(wbs)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Lanjut Baca Berita Terkait Lainnya
Berita Terkait
Ternyata Aksi Buruh...
Ternyata Aksi Buruh Sudah Ada Sejak Zaman Firaun dan Romawi, Ini Jejaknya
Lautan Pertama di Bumi...
Lautan Pertama di Bumi yang Tidak Berwarna Biru Ditemukan
Ilmuwan Temukan Gumpalan...
Ilmuwan Temukan Gumpalan Air Raksasa yang Hilang di Tengah Atlantik
Buih Misterius Bermunculan...
Buih Misterius Bermunculan di Laut Australia
Ilmuwan Ungkap Penyebab...
Ilmuwan Ungkap Penyebab Utama Runtuhnya Kerajaan Romawi
Jepang Ciptakan Taman...
Jepang Ciptakan Taman Terkecil di Dunia, Segini Ukurannya
Mengenal 7 Masjid Tua...
Mengenal 7 Masjid Tua di Jakarta, Ikonik dan Sarat Sejarah Islam
Siapa Munira Abdulla?...
Siapa Munira Abdulla? Perempuan Uni Emirat Arab yang Bangun setelah 27 Tahun Koma
Hari Valentine, Asal...
Hari Valentine, Asal Usul, dan Pandangan Islam
Rekomendasi
Berencana Melancarkan...
Berencana Melancarkan Teror di Inggris, 8 Orang yang Berafiliasi dengan Iran Ditangkap
Tembok Hijau China di...
Tembok Hijau China di Gurun Taklimakan: Ambisi Besar yang Sisakan Masalah Ekologis
Anggota DPR Muazzim...
Anggota DPR Muazzim Akbar: Program MBG Lahirkan Kebiasaan Baru Hidup Sehat
Berita Terkini
Elon Musk Samakan Dirinya...
Elon Musk Samakan Dirinya dengan Buddha
Cara Mengubah Kuota...
Cara Mengubah Kuota Belajar Menjadi Internet Tanpa Aplikasi
3 Tanda Kiamat yang...
3 Tanda Kiamat yang Muncul di China Semua Datang dari Langit
Tim Cook Beberkan Risiko...
Tim Cook Beberkan Risiko Besar yang Dihadapi Apple Terkait Tarif Impor
Bukti Raksasa Pernah...
Bukti Raksasa Pernah Hidup di Bumi Terlihat di Gua Nevada
lmuwan Ungkap AI Bisa...
lmuwan Ungkap AI Bisa Mengurangi Satu Sifat Utama Manusia
Infografis
Ini 3 Negara Musuh AS...
Ini 3 Negara Musuh AS yang Tidak Terkena Tarif Impor Trump
Copyright ©2025 SINDOnews.com All Rights Reserved