iPhone 16 Kurang Diminati, Apple Pangkas Produksi 10 Juta Unit, Saham Turun 2%!
loading...
A
A
A
JAKARTA - Saham Apple mengalami penurunan sekitar 2% pada pertengahan pekan ini setelah analis rantai pasokan industri, Ming-Chi Kuo, melaporkan bahwa perusahaan telah memangkas pesanan iPhone 16 hingga 10 juta unit.
Pengurangan ini berdampak pada perkiraan produksi iPhone 16 di paruh kedua tahun 2024 yang sekarang hanya mencapai 84 juta unit, turun dari estimasi awal sebesar 88 juta unit.
Sebagian besar pemangkasan ini, menurut Kuo, mempengaruhi model iPhone 16 reguler, bukan iPhone 16 Pro yang lebih diminati konsumen karena memiliki layar lebih canggih dan kamera lebih baik.
Konsumen tampaknya lebih memilih varian premium, meninggalkan model reguler dengan permintaan yang menurun.
“Kami perkirakan produksi iPhone 16 untuk paruh kedua tahun 2024 sekarang diperkirakan 84 juta unit," kata Kuo, menjelaskan penurunan signifikan dari estimasi awal 88 juta unit.
Saham Apple turun sekitar 2% pada hari Rabu menyusul laporan ini. Kuo memperkirakan mitra-mitra Apple akan memproduksi 80 juta iPhone pada kuartal keempat tahun ini, turun dari sekitar 84 juta tahun lalu.
Sementara itu, produksi pada kuartal pertama tahun 2025 diperkirakan turun menjadi 45 juta unit dari 48 juta unit, dan pada kuartal kedua turun menjadi 39 juta unit dari 41 juta unit.
Model SE ini dikenal sebagai varian paling terjangkau dalam jajaran iPhone. Namun Apple tidak memperbaruinya setiap tahun. Ini menambah tantangan dalam menjaga tingkat penjualan.
Kuo mencatat, "Pendapatan iPhone diperkirakan akan berada di bawah tekanan pada 1H25 akibat penurunan pengiriman secara YoY dan kombinasi produk yang kurang menguntungkan karena peluncuran SE4."
Harga iPhone SE, yang diperkirakan akan diluncurkan pada Desember 2024, biasanya berada di kisaran yang lebih terjangkau, yaitu sekitar USD429 atau sekitar Rp6,7 juta, menjadikannya kurang menguntungkan dibandingkan model-model premium lainnya.
“Saya yakin Apple berada pada posisi terbaik untuk sukses dalam pengembangan AI di perangkat, dan saya optimis dengan potensi jangka panjang Apple Intelligence untuk menjadi layanan berbayar yang populer," ungkap Kuo.
Apple Intelligence, yang diperkirakan akan diluncurkan dalam pembaruan iOS 18.1, dirancang untuk memberikan fitur-fitur inovatif seperti merangkum pesan teks dan email, serta memilih balasan otomatis untuk pesan. Fitur ini akan tersedia sebagai beta bagi pengguna iPhone 16 terbaru dan iPhone 15 tahun lalu.
Namun, Kuo menekankan bahwa untuk mencapai pertumbuhan signifikan dalam pengiriman iPhone, diperlukan lebih banyak inovasi perangkat keras yang mendukung perkembangan AI ini.
"Pertumbuhan besar dalam pengiriman iPhone kemungkinan akan memerlukan inovasi perangkat keras lebih lanjut yang menyertai pengembangan AI ini," tambahnya.
Dalam situasi yang penuh tantangan ini, Apple tampaknya sedang berjuang untuk menjaga momentum penjualan di tengah tekanan dari berbagai sisi, mulai dari penurunan permintaan hingga ekspektasi yang tinggi terhadap inovasi teknologidimasadepan.
Pengurangan ini berdampak pada perkiraan produksi iPhone 16 di paruh kedua tahun 2024 yang sekarang hanya mencapai 84 juta unit, turun dari estimasi awal sebesar 88 juta unit.
Sebagian besar pemangkasan ini, menurut Kuo, mempengaruhi model iPhone 16 reguler, bukan iPhone 16 Pro yang lebih diminati konsumen karena memiliki layar lebih canggih dan kamera lebih baik.
Konsumen tampaknya lebih memilih varian premium, meninggalkan model reguler dengan permintaan yang menurun.
“Kami perkirakan produksi iPhone 16 untuk paruh kedua tahun 2024 sekarang diperkirakan 84 juta unit," kata Kuo, menjelaskan penurunan signifikan dari estimasi awal 88 juta unit.
Saham Apple turun sekitar 2% pada hari Rabu menyusul laporan ini. Kuo memperkirakan mitra-mitra Apple akan memproduksi 80 juta iPhone pada kuartal keempat tahun ini, turun dari sekitar 84 juta tahun lalu.
Sementara itu, produksi pada kuartal pertama tahun 2025 diperkirakan turun menjadi 45 juta unit dari 48 juta unit, dan pada kuartal kedua turun menjadi 39 juta unit dari 41 juta unit.
Penurunan Permintaan iPhone di Tahun 2025
Kuo juga memprediksi bahwa pendapatan iPhone akan tertekan pada paruh pertama tahun 2025 akibat penurunan pengiriman secara tahunan dan kombinasi produk yang kurang menguntungkan. Terutama dengan diluncurkannya iPhone SE 4.Model SE ini dikenal sebagai varian paling terjangkau dalam jajaran iPhone. Namun Apple tidak memperbaruinya setiap tahun. Ini menambah tantangan dalam menjaga tingkat penjualan.
Kuo mencatat, "Pendapatan iPhone diperkirakan akan berada di bawah tekanan pada 1H25 akibat penurunan pengiriman secara YoY dan kombinasi produk yang kurang menguntungkan karena peluncuran SE4."
Harga iPhone SE, yang diperkirakan akan diluncurkan pada Desember 2024, biasanya berada di kisaran yang lebih terjangkau, yaitu sekitar USD429 atau sekitar Rp6,7 juta, menjadikannya kurang menguntungkan dibandingkan model-model premium lainnya.
Inovasi dan Masa Depan Apple dengan AI
Meski demikian, Kuo tetap optimis terhadap masa depan Apple, terutama terkait dengan potensi teknologi kecerdasan buatan (AI) yang sedang dikembangkan oleh perusahaan.“Saya yakin Apple berada pada posisi terbaik untuk sukses dalam pengembangan AI di perangkat, dan saya optimis dengan potensi jangka panjang Apple Intelligence untuk menjadi layanan berbayar yang populer," ungkap Kuo.
Apple Intelligence, yang diperkirakan akan diluncurkan dalam pembaruan iOS 18.1, dirancang untuk memberikan fitur-fitur inovatif seperti merangkum pesan teks dan email, serta memilih balasan otomatis untuk pesan. Fitur ini akan tersedia sebagai beta bagi pengguna iPhone 16 terbaru dan iPhone 15 tahun lalu.
Namun, Kuo menekankan bahwa untuk mencapai pertumbuhan signifikan dalam pengiriman iPhone, diperlukan lebih banyak inovasi perangkat keras yang mendukung perkembangan AI ini.
"Pertumbuhan besar dalam pengiriman iPhone kemungkinan akan memerlukan inovasi perangkat keras lebih lanjut yang menyertai pengembangan AI ini," tambahnya.
Dalam situasi yang penuh tantangan ini, Apple tampaknya sedang berjuang untuk menjaga momentum penjualan di tengah tekanan dari berbagai sisi, mulai dari penurunan permintaan hingga ekspektasi yang tinggi terhadap inovasi teknologidimasadepan.
(dan)