Ini Rekomendasi Rumah.com di saat KPR Syariah Jadi Tren

Rabu, 26 Agustus 2020 - 23:29 WIB
loading...
Ini Rekomendasi Rumah.com di saat KPR Syariah Jadi Tren
Riset Rumah.com menyatakan generasi muda sekarang lebih banyak memilih KPR syariah untuk pembelian rumahnya. Foto/Ist
A A A
JAKARTA - Marine Novita, Country Manager Rumah.com , menyatakan, perkembangan positif perbankan syariah di Indonesia sejalan dengan semakin besarnya minat masyarakat untuk memiliki rumah dengan memanfaatkan fasilitas Kredit Pemilikan Rumah (KPR) Syariah. Pertumbuhannya tercatat lebih tinggi dibandingkan KPR Konvensional yang tumbuh single digit. (Baca juga: Kiat Dampingi Anak Sekolah di Rumah )

"Tren positif KPR Syariah ini juga tercermin dari hasil survei Rumah.com Consumer Sentiment Study H2 2020 di mana terjadi kenaikan preferensi konsumen untuk memilih KPR Syariah menjadi 35% responden pada Semester 2/2020 dari sebelumnya 29 persen responden pada Semester 1/2020 naik," kata Marine.

Sebaliknya, peminat KPR Konvensional mengalami penurunan dari 37% responden pada semester 1/2020 turun menjadi 29% responden pada Semester 2/2020.

Rumah.com Consumer Sentiment Study ini adalah survei berkala yang diselenggarakan dua kali dalam setahun bekerja sama dengan lembaga riset Intuit Research, Singapura. Hasil survei kali ini diperoleh berdasarkan 1.007 responden dari seluruh Indonesia yang dilakukan pada Januari-Juni 2020.

Survei ini dilakukan Rumah.com sebagai portal properti di Indonesia untuk mengetahui dinamika yang terjadi di pasar Tanah air.

Data perbankan juga menunjukkan adanya tren positif KPR syariah. Bank Mandiri Syariah mencatat pembiayaan KPR syariah pada posisi Juni 2020 tumbuh 11,8% (year-on-year). Sementara BNI Syariah pada Q2 2020 mencatatkan pertumbuhan pembiayaan Rp13,81 triliun atau tumbuh 11,10% secara tahunan.

Sedangkan UUS BTN mencatat pertumbuhan pembiayaan KPR di segmen non-subsidi 12,46% secara tahunan menjadi Rp8,1 triliun per Juli 2020. Lalu segmen subsidi 7,3% (year-on-year) menjadi Rp12,32 triliun per Juli 2020.

KPR Syariah menjadi preferensi responden Rumah.com Consumer Sentiment Study H2 2020 dengan alasan utama karena adanya kepastian besaran cicilan bulanan (fixed rate) yang dinyatakan oleh 74% responden. Ini juga merupakan kenaikan dari sebelumnya 69% responden pada Semester 1/2020. (Baca juga: Demi Kepercayaan Publik, Bareskrim Didesak Tuntaskan Kebakaran Kejakgung )

Sementara mereka yang memilih KPR Syariah dengan pertimbangan keyakinan agama sebesar 70% responden dengan kenaikan 1% dari semester sebelumnya. Jika didasarkan pada besaran penghasilan, mereka yang berpenghasilan rendah mayoritas lebih memilih pembiayaan KPR syariah atau 40% responden dibandingkan yang memilih KPR konvensional sekitar 25% responden.

Marine mengatakan, kelompok berpenghasilan sedang dan tinggi cenderung untuk memilih KPR konvensional, yaitu masing-masing 37% dan 34% responden dibandingkan yang memilih KPR syariah. Persentasenyea 31% responden dan 28% responden.

Berdasarkan Rumah.com Consumer Sentiment Study H2 2020, pembiayaan dengan KPR Syariah cenderung lebih diminati oleh generasi muda. Yakni 37% responden yang berusia 22-29 tahun dan 36% responden berusia 30-39 tahun menyukai KPR Syariah dibandingkan konvensional.

Marine mengatakan, bahwa selama tiga tahun terakhir ini para responden survei Rumah.com Consumer Sentiment Study mulai secara spesifik menyatakan, produk pembiayaan KPR yang diminatinya khususnya KPR syariah. Kondisi ini didorong oleh kebutuhan konsumen akan kepastian besaran cicilan bulanan (fixed rate) sehingga menjadi alasan utama mengapa memilih KPR syariah.

"Alasan lain tentunya karena ada fenomena sentimen keagamaan atau 'hijrah' yang cenderung meningkat dalam beberapa tahun terakhir," tambahnya.

Marine menambahkan, di tengah penurunan indeks harga dan kenaikkan suplai properti yang saat ini terjadi, konsumen bisa memanfaatkan momentum baik tersebut untuk melakukan pembelian rumah menggunakan fasilitas KPR syariah. Apalagi bagi mereka yang memiliki preferensi terhadap besaran cicilan yang tetap maupun karena pertimbangan keyakinan agama.

"Saat ini pasar properti sedang mengalami penurunan indeks harga dan kenaikan suplai sehingga berada berada pada kondisi buyer’s market. Oleh karenanya penyedia suplai properti melakukan koreksi harga untuk menjaga daya tarik properti. Konsumen akan dimanjakan dengan suku bunga rendah, pilihan properti lebih banyak, dan daya tawar yang lebih tinggi," tuturnya.

Rumah.com Indonesia Property Market Index Q2 2020 menunjukkan kenaikkan suplai properti hampir di semua wilayah Indonesia. Hal ini menjadi indikasi adanya optimisme dari penyedia suplai properti. Pengembang dan penyedia suplai properti lebih optimistis dengan situasi pada Q2 2020.

Setelah pada kuartal sebelumnya menahan diri untuk meluncurkan unit-unit baru, pada kuartal ini penyedia suplai properti sudah mulai menghadirkan suplai-suplai baru. Ini terlihat dari peningkatan suplai properti pada Q2 2020 ini.

Marine menjelaskan Rumah.com Indonesia Property Market Index –suplai Q2 2020 berada pada angka 131,6 atau naik sebesar 21% (quarter-on-quarter) dan 46% (year-on-year). Sementara harga Q2 2020 mencatat indeks pada angka 110,6 atau turun 1,7% dari kuartal sebelumnya. Secara tahunan, indeks masih menunjukkan kenaikan sebesar 2,3%.

Data Rumah.com Indonesia Property Market Index (RIPMI) ini diyakini memiliki akurasi cukup tinggi untuk mengetahui dinamika yang terjadi di pasar properti nasional. Karena merupakan hasil analisis dari 400.000 listing properti dijual dan disewa dari seluruh Indonesia, dengan lebih dari 17 juta halaman yang dikunjungi setiap bulan dan diakses oleh lebih dari 5,5 juta pencari properti setiap bulannya.

Pandemi yang mulai merebak di akhir Q1 2020 membuat pengembang melakukan penyesuaian dengan menahan suplai. Ini membuat tren suplai yang biasanya meningkat pada setiap kuartal ganjil (Q1 dan Q3) justru mengalami penurunan pada kuartal Q1 2020. Namun, tanda-tanda kepercayaan pengembang terhadap situasi pasar mulai terlihat sepanjang Q2 2020, di mana suplai properti nasional meningkat.

“Dari sisi harga, penyedia suplai hunian (penjual dan pengembang) masih melakukan penyesuaian. Penyedia suplai hunian saat ini memilih mengejar kuantitas jualan ketimbang keuntungan. Karena itu pula, sepanjang kuartal kedua masih menjadi buyer’s market, seperti kuartal sebelumnya,” tambahnya. (Baca juga: Fokus Kamera Triple Flip-up, ASUS Zenfone 7 Dibanderol Mulai Rp11 Juta )

Kuartal keempat 2020 mendatang akan menjadi periode akselerasi pasar properti nasional. Setelah beradapatasi dengan baik pada situasi pandemi di kuartal kedua, sentimen pasar properti di kuartal ketiga akan semakin optimistis. Pulihnya pasokan hunian, baik rumah tapak maupun apartemen, menunjukkan optimisme tersebut. Selanjutnya, pada kuartal keempat, pengembang akan berani untuk mulai melakukan koreksi harga.
(iqb)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.3456 seconds (0.1#10.140)