Infrastruktur Digital: Kunci Sukses AI dan Ekonomi Digital di Asia Pasifik

Selasa, 06 Agustus 2024 - 21:54 WIB
loading...
Infrastruktur Digital:...
Infrastruktur digital yang mendukung AI adalah kunci untuk membuka potensi ekonomi digital di Asia Pasifik. Foto: STTelemedia
A A A
JAKARTA - Asia Pasifik sedang mengalami revolusi digital yang luar biasa. Teknologi seperti Artificial Intelligence (AI) semakin canggih dan banyak digunakan. Tapi, apakah infrastruktur digital sudah siap mendukung perkembangan ini?

Infrastruktur Digital: Fondasi Ekonomi Digital

Sama seperti kereta api yang penting pada masa Revolusi Industri, infrastruktur digital tak ubahnya jaringan serat optik. Sementara pusat data (data center) menjadi tulang punggung ekonomi digital saat ini.

“Mereka menyediakan layanan internet dan cloud yang dibutuhkan bisnis untuk berkembang,” beber Chris Street, Group Chief Revenue Officer, ST Telemedia Global Data Centres dan Vice Chair, Data Centre Chapter, SGTech.

Data Cushman & Wakefield menunjukkan bahwa pasar Asia Pasifik terus mengalami pertumbuhan pesat dalam kapasitas operasional dan pengembangan Data Centre. Kapasitas operasional data centre disebut mencapai lebih dari 10,6GW di seluruh wilayah.

Menurut UNDP, negara-negara dapat mempercepat pertumbuhan ekonomi hingga 33% dengan menerapkan Infrastruktur Digital Publik di sektor keuangan.

Infrastruktur digital juga bisa menjadi katalis dalam menciptakan lapangan kerja dan mengembangkan keahlian di sektor ekonomi digital, misalnya memfasilitas peningkatan keahlian untuk memenuhi permintaan keahlian terkini, seperti AI.

Negara tetangga Indonesia, Singapura, sudah mengalokasikan SGD27 juta (sekitar Rp326 miliar) dari APBN 2024 untuk menggandakan jumlah praktisi AI lokal selama lima tahun ke depan. Investasi ini diharapkan menjadi bekal bagi praktisi untuk menyebarluaskan ilmu mereka tentang sistem AI, model, dan algoritmanya kepada berbagai organisasi.

AI: Pendorong Pertumbuhan, Tapi Juga Tantangan

AI memang menawarkan banyak manfaat, tapi juga membutuhkan dukungan infrastruktur yang kuat. Chip, server, dan jaringan yang mumpuni diperlukan untuk menjalankan AI secara optimal. Ini mendorong investasi besar-besaran pada infrastruktur digital di Asia Pasifik.

Chris menyebut, investasi di bidang ini dapat menarik investor, mendorong inovasi, menciptakan lapangan kerja, serta meningkatkan akses masyarakat terhadap layanan penting.

“Pemerintah dan swasta harus bekerja sama untuk memastikan tenaga kerja memiliki keterampilan digital yang dibutuhkan, termasuk AI. Program pelatihan dan peningkatan keterampilan menjadi kunci untuk memanfaatkan potensi AI secara maksimal,” ungkapnya.

Tantangan yang Harus Dihadapi

1. Kesiapan Pasar: Banyak perusahaan belum siap mengadopsi AI secara optimal. Perlu ada strategi yang jelas, termasuk metrik untuk mengukur dampak AI dan pendanaan jangka panjang.

2. Regulasi: Indonesia dan Australia masih dalam tahap awal dalam mengembangkan regulasi AI. Kemitraan antara pemerintah dan perusahaan AI diperlukan untuk membangun kepercayaan dan pemahaman tentang teknologi ini.



3. Keberlanjutan: Pusat data membutuhkan banyak energi. Di negara tropis seperti Indonesia, pendinginan server menjadi tantangan tersendiri. Perlu ada inovasi teknologi untuk mengurangi dampak lingkungan.

4. Biaya: Membangun infrastruktur baru untuk mendukung AI membutuhkan biaya besar. Pembiayaan hijau bisa menjadi solusi untuk mengatasikendalaini.
(dan)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2721 seconds (0.1#10.140)