5 Kasus Serangan Ransomware Terhadap Pemerintah di Seluruh Dunia

Senin, 24 Juni 2024 - 15:33 WIB
loading...
5 Kasus Serangan Ransomware...
Pemerintah dan perusahaan besar jadi target serangan ransomware untuk meminta tebusan. Foto: ist
A A A
JAKARTA - Pemerintah Indonesia kecolongan. Pusat Data Nasional Sementara (PDNS) 2 di Surabaya, Jawa Timur, menjadi korban serangan ransomware jenis Branchiper.

Dalam beberapa tahun terakhir, serangan ransomware memang terus mengalami peningkatan.

Bahkan, dalam 10 tahun terakhir, terdapat banyak kasus serangan ransomware yang menargetkan pemerintah di berbagai negara.

Berikut adalah beberapa contoh kasus yang paling terkenal:

1. WannaCry (2017)

Serangan ransomware ini menginfeksi lebih dari 200.000 komputer di 150 negara, termasuk sistem kesehatan nasional Inggris (NHS). WannaCry meminta tebusan dalam Bitcoin untuk setiap komputer yang terinfeksi. Serangan ini menyebabkan kerugian miliaran dolar dan gangguan besar pada layanan publik.

2. NotPetya (2017)

Serangan ransomware ini awalnya menargetkan perusahaan-perusahaan di Ukraina, tetapi kemudian menyebar ke seluruh dunia. NotPetya menyebabkan kerugian miliaran dolar dan melumpuhkan operasi banyak perusahaan besar, termasuk Maersk dan FedEx.

3. Ryuk (2018)

Serangan ransomware ini menargetkan pemerintah kota Atlanta, Amerika Serikat. Ryuk meminta tebusan dalam Bitcoin, tetapi pemerintah kota menolak untuk membayar. Serangan ini menyebabkan gangguan besar pada layanan kota dan kerugian jutaan dolar.

4. SamSam (2018)

Serangan ransomware ini menargetkan pemerintah kota Atlanta, Amerika Serikat. Serangan ini menyebabkan gangguan besar pada layanan kota dan kerugian jutaan dolar.

5. REvil (2021)

Serangan ransomware ini menargetkan perusahaan teknologi Kaseya, yang menyediakan perangkat lunak manajemen TI untuk ribuan perusahaan di seluruh dunia. REvil meminta tebusan sebesar USD70 juta dalam Bitcoin, tetapi Kaseya menolak untuk membayar. Serangan ini menyebabkan gangguan besar pada operasi banyak perusahaan dan kerugian jutaan dolar.

Akhir dari Kasus-Kasus Tersebut

Tidak semua korban serangan ransomware membayar tebusan. Beberapa korban berhasil memulihkan data mereka dari cadangan atau menggunakan alat dekripsi yang dirilis oleh peneliti keamanan.

Namun, banyak juga korban yang terpaksa membayar tebusan karena tidak memiliki pilihan lain.



Membayar tebusan tidak menjamin bahwa penyerang akan memberikan kunci dekripsi. Bahkan, ada kasus di mana penyerang meminta tebusan tambahan setelah korban membayar tebusan pertama. Oleh karena itu, membayar tebusan bukanlah solusiyangideal.
(dan)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.4630 seconds (0.1#10.140)