UMM Hidupkan Lagi Guru Besar lewat Teknologi AI

Rabu, 13 Maret 2024 - 14:44 WIB
loading...
UMM Hidupkan Lagi Guru...
Prosesi pengukuhan guru besar Universitas Muhammadiyah Malang. (Foto: Avirista)
A A A
MALANG - Pengukuhan guru besar Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) dilaksanakan dengan cara berbeda, yaitu menggunakan teknologi artificial intelligence (AI). Sebab satu dari dua guru besar yang akan dikukuhkan meninggal dunia beberapa waktu sebelum acara pengukuhan.

Dua guru besar ini merupakan pasangan suami istri Prof. Aris Winaya dan almarhumah Prof. Maftuchah, yang sama-sama berasal dari Fakultas Pertanian dan Peternakan (FPP). Alhasil, pengukuhan dua guru besar pada Sabtu (9/3/2024) diselimuti rasa duka dan haru. Sebab Prof. Maftuchah yang merupakan istri Prof. Aris Winaya, meninggal dunia beberapa minggu sebelumnya. Alhasil, Aris yang juga Dekan FPP UMM tersebut dikukuhkan sendiri tanpa istrinya.

Sementara Maftuchah dianugerahi dan dikukuhkan sebagai guru besar anumerta. Selain itu, berkat teknologi AI, Maftuchah yang sudah meninggal ‘dihadirkan’ kembali, untuk menyampaikan orasi ilmiahnya.

Pada paparannya, Aris menjelaskan mengenai aplikasi teknologi DNA dalam penguatan strategi konservasi sumber daya genetik ternak di Indonesia. Ia melanjutkan, bahwa beberapa negara yang telah berkomitmen untuk mempertahankan potensi genetik ternak lokal akan terus mengamati tren perkembangan bidang peternakan.

Di sisi lain, teknik genetika molekuler diperkirakan akan memiliki dampak yang cukup besar di masa depan, lanjut Aris. Misalnya tes berbasis DNA untuk gen yang mempengaruhi sifat kualitatif yang sulit diukur saat ini, seperti kualitas daging atau ketahanan terhadap penyakit.



“Hal Ini juga akan membuka jalan menuju kemungkinan kemajuan dalam evolusi biologi, pemuliaan hewan dan hewan model untuk penyakit manusia," ucap Aris Winaya, melalui keterangan tertulis.

Selain itu, kata dia ada proses seleksi yang seharusnya bisa meningkatkan dua kali lipat keuntungan genetik dalam industri susu. Meski begitu, ada tantangan tersendiri. Seperti terjadinya revolusi dalam bidang pemuliaan ternak sebagai alat dan teknik yang berbeda dengan pemuliaan konvensional selama ini.

Terkait ternak di Indonesia, Aris yakin bahwa studi tentang keragaman breed sapi lokal Indonesia berbasis DNA, akan mencerminkan variasi genetik mereka dari sisi esensi. Apalagi, saat ini sumber daya genetik sapi-sapi asli Indonesia semakin menurun tajam.

"Maka studi tentang keragaman breed sapi asli Indonesia semakin penting. Konservasi keanekaragaman genetik ternak lokal harusnya sudah menjadi program yang wajib diimplementasikan,” katanya.

Selain menyajikan orasi ilmiah menarik, prosesi pengukuhan tersebut juga menceritakan bagaimana Aris dan Maftuchah saling mendukung satu sama lain hingga mencapai titel guru besar. Aris menceritakan kisah pada tahun 1994, di mana ia dan istri menikah.



Kemudian penantian panjang selama sembilan tahun untuk mendapatkan amanah buah hati. Bahkan juga perjuangan Maftuchah yang harus menyelesaikan studi di Bogor saat masih hamil, serta upaya Aris bolak balik Malang-Bogor untuk menemani sang istri sembari menjalankan tugas sebagai dosen di UMM.

Di sisi lain, orasi ilmiah yang sudah disusun Maftuchah juga berhasil tersampaikan melalui teknologi AI. Orasinya membahas mengenai pengembangan teknologi budidaya tanaman jarak pagar (jatropha curcas linn) untuk mendukung ketersediaan sumber bahan bakar biodiesel. Tanaman jarak pagar memiliki sejarah panjang, terutama pemanfaatannya sebagai bahan bakar nabati. Saat penjajahan Jepang, biji dari buah tanaman jarak ini dapat dimanfaatkan sebagai sumber bahan bakar penerangan maupun minyak bakar.

“Namun, hingga saat ini pengembangan tanaman jarak pagar masih belum signifikan, bahkan cenderung tidak diutamakan, terutama terkait pemanfaatannya untuk sumber energi,” ujar Maftuchah, yang dihidupkan kembali melalui teknologi AI.

Menurut orasinya, penanaman tanaman jarak pagar perlu diupayakan pada daerah-daerah marginal Jika ditanam pada lahan produktif, maka akan berkompetisi dengan tanaman pangan sehingga nilai ekonomisnya menjadi rendah dan petani tidak tertarik untuk budidaya tanaman jarak pagar. "Edukasi tentang pemanfaatan biji buah jarak untuk bahan bakar nabati juga harus tetap dilakukan, diikuti dengan pengembangan teknologinya, terutama dalam penggunaannya sebagai biofuel," katanya.
(msf)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.0911 seconds (0.1#10.140)