Siapa Mira Murati, CEO Sementara OpenAI yang Gantikan Sam Altman?
loading...
A
A
A
JAKARTA - Disela-sela drama dipecatnya Sam Altman dari OpenAI yang kemudian dipinang Satya Nadella ke Microsoft , muncul nama Mira Murati. Selain masih muda dan cantik, Mira disebut sebagai “orang produk”. Karena sangat memahami regulasi dan produk kecerdasan buatan. Nah, siapa sebenarnya Mira Murati?
Murati adalah orang lama di OpenAI. Sebab, dia sudah bergabung di perusahaan tersebut sejak 2018. Saat Murati bergabung, OpenAI masih menjadi perusahaan nirlaba. Sangat berbeda dengan sekarang yang sudah menjadikan AI sebagai bisnis dan memiliki produk populer chatbot ChatGPT.
Sebelum bergabung dengan OpenAI, Murati pernah menjadi analis di firma keuangan AS Goldman Sachs, juga posisi di bidang teknik di Zodiac Aerospace, sebuah grup perusahaan kedirgantaraan asal Prancis.
Bahkan, Murati juga pernah bekerja di Tesla, di mana ia terlibat dalam pengembangan Model X.
Murati pernah menjabat juga jadi VP product and engineering di Leap Motion pada 2016. Yakni, sebuah perusahaan teknologi yang mengembangkan perangkat sensor gerak.
Di OpenAI, Murati dipasrahkan tugas menjadi VP of applied AI and partnerships dan kemudian melesat menjadi senior vice president of research, products and partnerships, dan terakhir menjadi CTO pada 2022.
Percaya AI Bisa Bawa Kebaikan
Murati memiliki latar belakang yang kuat dalam bidang teknik dan AI. Ia lahir di Albania dan dibesarkan di Kanada. Ia meraih gelar sarjana teknik dari Dartmouth College dan gelar master dan doktor dari Stanford University.
Murati sangat bersemangat tentang potensi AI untuk kebaikan. Ia percaya bahwa AI dapat digunakan untuk memecahkan masalah yang paling mendesak di dunia, seperti perubahan iklim dan kemiskinan.
Menurut The Wall Street Journal, Murati adalah “orang produk” yang percaya bahwa kecerdasan buatan (AI) tidak boleh terbatas pada proyek penelitian saja.
“Penting bagi kita untuk menghadirkan suara-suara yang berbeda, seperti filsuf, ilmuwan sosial, seniman, dan orang-orang dari bidang humaniora,” katanya dalam sebuah wawancara dengan majalah Time pada awal 2023.
Menurut Murati, penting bagi OpenAI untuk membawa kecerdasan buatan ke publik dengan cara yang terkendali dan bertanggung jawab. Ia percaya bahwa AI harus dikembangkan dengan cara yang transparan dan inklusif. Ia ingin meningkatkan kolaborasi OpenAI dengan para pemangku kepentingan, termasuk pemerintah, industri, dan masyarakat sipil.
“Meski demikian, kami hanyalah sekelompok kecil orang dan kita membutuhkan lebih banyak masukan terhadap sistem ini dan lebih banyak masukan yang melampaui teknologi—tentunya regulator, pemerintah, dan semua orang.”
Murati adalah orang yang berada di balik pengembangan dan pengelolaan beberapa proyek OpenAI yang paling inovatif, termasuk model generator gambar DALL-E 3, alat pengenalan suara Whisper, dan versi terbaru chatbot perusahaanGPT-4.
Murati adalah orang lama di OpenAI. Sebab, dia sudah bergabung di perusahaan tersebut sejak 2018. Saat Murati bergabung, OpenAI masih menjadi perusahaan nirlaba. Sangat berbeda dengan sekarang yang sudah menjadikan AI sebagai bisnis dan memiliki produk populer chatbot ChatGPT.
Sebelum bergabung dengan OpenAI, Murati pernah menjadi analis di firma keuangan AS Goldman Sachs, juga posisi di bidang teknik di Zodiac Aerospace, sebuah grup perusahaan kedirgantaraan asal Prancis.
Bahkan, Murati juga pernah bekerja di Tesla, di mana ia terlibat dalam pengembangan Model X.
Murati pernah menjabat juga jadi VP product and engineering di Leap Motion pada 2016. Yakni, sebuah perusahaan teknologi yang mengembangkan perangkat sensor gerak.
Di OpenAI, Murati dipasrahkan tugas menjadi VP of applied AI and partnerships dan kemudian melesat menjadi senior vice president of research, products and partnerships, dan terakhir menjadi CTO pada 2022.
Percaya AI Bisa Bawa Kebaikan
Murati memiliki latar belakang yang kuat dalam bidang teknik dan AI. Ia lahir di Albania dan dibesarkan di Kanada. Ia meraih gelar sarjana teknik dari Dartmouth College dan gelar master dan doktor dari Stanford University.Murati sangat bersemangat tentang potensi AI untuk kebaikan. Ia percaya bahwa AI dapat digunakan untuk memecahkan masalah yang paling mendesak di dunia, seperti perubahan iklim dan kemiskinan.
Menurut The Wall Street Journal, Murati adalah “orang produk” yang percaya bahwa kecerdasan buatan (AI) tidak boleh terbatas pada proyek penelitian saja.
“Penting bagi kita untuk menghadirkan suara-suara yang berbeda, seperti filsuf, ilmuwan sosial, seniman, dan orang-orang dari bidang humaniora,” katanya dalam sebuah wawancara dengan majalah Time pada awal 2023.
Menurut Murati, penting bagi OpenAI untuk membawa kecerdasan buatan ke publik dengan cara yang terkendali dan bertanggung jawab. Ia percaya bahwa AI harus dikembangkan dengan cara yang transparan dan inklusif. Ia ingin meningkatkan kolaborasi OpenAI dengan para pemangku kepentingan, termasuk pemerintah, industri, dan masyarakat sipil.
“Meski demikian, kami hanyalah sekelompok kecil orang dan kita membutuhkan lebih banyak masukan terhadap sistem ini dan lebih banyak masukan yang melampaui teknologi—tentunya regulator, pemerintah, dan semua orang.”
Murati adalah orang yang berada di balik pengembangan dan pengelolaan beberapa proyek OpenAI yang paling inovatif, termasuk model generator gambar DALL-E 3, alat pengenalan suara Whisper, dan versi terbaru chatbot perusahaanGPT-4.
(dan)