Mahasiswa UB Ciptakan Gelang Canggih Pengendali Diabetes GlukoSipp, Bisa Terhubung Smartphone
loading...
A
A
A
MALANG - Tiga mahasiswa Universitas Brawijaya (UB) berinovasi membuat alat pengendalian penyakit diabetes melitus . Inovasi alat bernama Inovasi GlukoSipp, Glukometer non invasif dilengkapi Pompa Insulin dan Glukagon, diklaim mampu menjadi pengendali diabetes tipe satu dan tipe dua.
Inovasi alat pengendalian diabetes karya tiga mahasiswa UB lintas fakultas yakni Fajrul Falah Hidayatulloh dan Felix Wijaya dari Fakultas Teknik (FT), dan Diah Rana Hafizhah dari Fakultas Kedokteran (FK), di bawah bimbingan Nurussa’adah serta Rulli Rosandi, diklaim lebih praktis dan bisa diunduh di aplikasi smartphone.
Hal ini memudahkan penderita diabetes melitus mengontrol tingkat gula darah dan kesehatannya. Diah Rana Hafizhah, salah satu anggota tim menuturkan, penciptaan inovasi alat pengendalian diabetes ini terinspirasi dari banyaknya penderita diabetes melitus tipe satu dan dua di Indonesia.
Apalagi sejauh peralatan pengecekan gula darah yang ada di pasaran membutuhkan banyak komponen di antaranya lancet. "Tim kami membuat inovasi GlukoSipp glukometer non invasif yang berbentuk gelang menggunakan sensor PPG dengan memanfaatkan metode spektroskopi," ujar Diah Rana, dikonfirmasi pada Senin (9/10).
Diah menambahkan, bila alat pengecekan gula darah yang banyak terdapat di pasaran saat ini membutuhkan banyak komponen seperti lancet beserta lancet device, strip gula darah, dan alat glukometer.
Namun biasanya alat yang ada kurang membuat nyaman pasien karena harus ditusuk ujung jarinya. "Pengecekan yang dilakukan juga membuat pasien atau pengguna kurang nyaman karena harus ditusuk ujung jarinya menggunakan lancet untuk melihat kadar gula darahnya," ucap mahasiswa Fakultas Kedokteran ini.
Menggunakan Sensor PPG
Menurut Diah, untuk penyakit diabetes yang sifatnya kronis dan tidak dapat disembuhkan, kontrol serta pemantauan kadar gula darah secara berkelanjutan sangatlah penting, untuk menghindari kemungkinan komplikasi serta perburukan yang dapat terjadi.
Inovasi timnya inilah membuat GlukoSipp glukometer non invasif, yang berbentuk gelang menggunakan sensor PPG dengan memanfaatkan metode spektroskopi.
“Alat glukometer GlukoSipp ini memiliki prosedur penggunaan yang cukup mudah, hanya dengan memakainya sebagai gelang dan melakukan log-in di aplikasi GlukoSipp, pengguna sudah bisa memantau kadar gula darahnya kapanpun dan dimanapun,” ujarnya.
Selain menciptakan glukometer non invasif, ketiga mahasiswa tersebut juga membuat pompa hormon insulin dan glukagon otomatis untuk memudahkan pengobatan pada pasien diabetes melitus tipe satu.
“Walaupun jumlah penderita diabetes melitus tipe satu tidak sebanyak diabetes melitus tipe dua, namun perlu diketahui bahwa penderita diabetes melitus tipe satu di Indonesia menurut update dari IDF pada tahun 2022 mencapai 41,8 ribu. Angka tersebut bukanlah angka yang kecil,” bebernya.
Sementara itu, Fajrul Falah, ketua tim GlukoSipp menyebut, adanya inovasi pompa hormon insulin dan glukagon ini, dikatakan Diah bisa membantu pemerintah untuk menanggulangi darurat diabetes yang ada di Indonesia saat ini. Pompa insulin saat ini masih belum ada di Indonesia. Sedangkan pompa insulin di luar negeri memiliki harga di kisaran ratusan juta rupiah.
"Dalam bekerjanya, sistem glukometer GlukoSipp, menggunakan metode spektroskopi dan photoplethysmography untuk menghitung kadar glukosa dalam darah sesuai hukum Beer-Lambert yang menghitung redaman cahaya berdasarkan material yang dilalui cahaya tersebut," kata Falah.
Implementasinya menggunakan groove optical sensor dengan panjang gelombang tertentu, yang sinar inframerahnya dapat menembus kulit dan ditangkap kembali oleh photodioda. Perbandingan intensitas sinar yang ditangkap oleh photodioda, kemudian dihitung menggunakan suatu rumus matematis, selanjutnya dilakibrasikan sehingga menjadi nilai glukosa.
"Selain glukometer, terdapat juga sistem automatic pump yang akan menginjeksikan insulin secara otomatis jika kadar gula darah penderita diabetes berada di atas batas normal (hiperglikemia; kadar gula darah >180 mg/dL), demikian pula untuk glukagon akan diinjeksikan kepada penderita diabetes yang cenderung mengalami hipoglikemia (kadar gula darah di bawah normal; kadar gula darah Hadirnya GlukoSipp ini diharapkan bisa memudahkan treatment pada penderita diabetes di Indonesia dan sebagai bentuk nyata kontribusi mahasiswa Universitas Brawijaya untuk penanggulangan darurat diabetes di Indonesia saat ini.
Tak heran berkat inovasi ini, alat pengendalian diabetes melitus ini menjadi satu dari beberapa Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) bidang Karsa Cipta tahun 2023 yang didanai oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek). Inovasi ini juga telah mendapatkan sertifikat HKI (Hak Kekayaan Intelektual) yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual(DJKI).
Inovasi alat pengendalian diabetes karya tiga mahasiswa UB lintas fakultas yakni Fajrul Falah Hidayatulloh dan Felix Wijaya dari Fakultas Teknik (FT), dan Diah Rana Hafizhah dari Fakultas Kedokteran (FK), di bawah bimbingan Nurussa’adah serta Rulli Rosandi, diklaim lebih praktis dan bisa diunduh di aplikasi smartphone.
Hal ini memudahkan penderita diabetes melitus mengontrol tingkat gula darah dan kesehatannya. Diah Rana Hafizhah, salah satu anggota tim menuturkan, penciptaan inovasi alat pengendalian diabetes ini terinspirasi dari banyaknya penderita diabetes melitus tipe satu dan dua di Indonesia.
Apalagi sejauh peralatan pengecekan gula darah yang ada di pasaran membutuhkan banyak komponen di antaranya lancet. "Tim kami membuat inovasi GlukoSipp glukometer non invasif yang berbentuk gelang menggunakan sensor PPG dengan memanfaatkan metode spektroskopi," ujar Diah Rana, dikonfirmasi pada Senin (9/10).
Diah menambahkan, bila alat pengecekan gula darah yang banyak terdapat di pasaran saat ini membutuhkan banyak komponen seperti lancet beserta lancet device, strip gula darah, dan alat glukometer.
Namun biasanya alat yang ada kurang membuat nyaman pasien karena harus ditusuk ujung jarinya. "Pengecekan yang dilakukan juga membuat pasien atau pengguna kurang nyaman karena harus ditusuk ujung jarinya menggunakan lancet untuk melihat kadar gula darahnya," ucap mahasiswa Fakultas Kedokteran ini.
Menggunakan Sensor PPG
Menurut Diah, untuk penyakit diabetes yang sifatnya kronis dan tidak dapat disembuhkan, kontrol serta pemantauan kadar gula darah secara berkelanjutan sangatlah penting, untuk menghindari kemungkinan komplikasi serta perburukan yang dapat terjadi.Inovasi timnya inilah membuat GlukoSipp glukometer non invasif, yang berbentuk gelang menggunakan sensor PPG dengan memanfaatkan metode spektroskopi.
“Alat glukometer GlukoSipp ini memiliki prosedur penggunaan yang cukup mudah, hanya dengan memakainya sebagai gelang dan melakukan log-in di aplikasi GlukoSipp, pengguna sudah bisa memantau kadar gula darahnya kapanpun dan dimanapun,” ujarnya.
Selain menciptakan glukometer non invasif, ketiga mahasiswa tersebut juga membuat pompa hormon insulin dan glukagon otomatis untuk memudahkan pengobatan pada pasien diabetes melitus tipe satu.
“Walaupun jumlah penderita diabetes melitus tipe satu tidak sebanyak diabetes melitus tipe dua, namun perlu diketahui bahwa penderita diabetes melitus tipe satu di Indonesia menurut update dari IDF pada tahun 2022 mencapai 41,8 ribu. Angka tersebut bukanlah angka yang kecil,” bebernya.
Sementara itu, Fajrul Falah, ketua tim GlukoSipp menyebut, adanya inovasi pompa hormon insulin dan glukagon ini, dikatakan Diah bisa membantu pemerintah untuk menanggulangi darurat diabetes yang ada di Indonesia saat ini. Pompa insulin saat ini masih belum ada di Indonesia. Sedangkan pompa insulin di luar negeri memiliki harga di kisaran ratusan juta rupiah.
"Dalam bekerjanya, sistem glukometer GlukoSipp, menggunakan metode spektroskopi dan photoplethysmography untuk menghitung kadar glukosa dalam darah sesuai hukum Beer-Lambert yang menghitung redaman cahaya berdasarkan material yang dilalui cahaya tersebut," kata Falah.
Implementasinya menggunakan groove optical sensor dengan panjang gelombang tertentu, yang sinar inframerahnya dapat menembus kulit dan ditangkap kembali oleh photodioda. Perbandingan intensitas sinar yang ditangkap oleh photodioda, kemudian dihitung menggunakan suatu rumus matematis, selanjutnya dilakibrasikan sehingga menjadi nilai glukosa.
"Selain glukometer, terdapat juga sistem automatic pump yang akan menginjeksikan insulin secara otomatis jika kadar gula darah penderita diabetes berada di atas batas normal (hiperglikemia; kadar gula darah >180 mg/dL), demikian pula untuk glukagon akan diinjeksikan kepada penderita diabetes yang cenderung mengalami hipoglikemia (kadar gula darah di bawah normal; kadar gula darah Hadirnya GlukoSipp ini diharapkan bisa memudahkan treatment pada penderita diabetes di Indonesia dan sebagai bentuk nyata kontribusi mahasiswa Universitas Brawijaya untuk penanggulangan darurat diabetes di Indonesia saat ini.
Tak heran berkat inovasi ini, alat pengendalian diabetes melitus ini menjadi satu dari beberapa Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) bidang Karsa Cipta tahun 2023 yang didanai oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek). Inovasi ini juga telah mendapatkan sertifikat HKI (Hak Kekayaan Intelektual) yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual(DJKI).
(dan)