Spesifikasi ECDIS Iran, Teknologi Canggih yang Bikin AS dan Israel Tak Berdaya
loading...
A
A
A
TEHRAN - Iran mengembangkan Electronic Chart Display and Information System (ECDIS) buatan sendiri, hal ini yang membuat Amerika Serikat dan Israel berpikir seribukali untuk menyerang Iran.
ECDIS Iran telah dikembangkan oleh para ahli di Organisasi Geografis, sebuah badan yang berafiliasi dengan Kementerian Pertahanan.
Seperti dilansir dari Teheran News, Ketua organisasi, Jenderal Fakhri, mengatakan sistem buatan sendiri dapat dipasang di kapal militer dan sipil.
Dikenal sebagai sarana utama navigasi elektronik, ECDIS adalah pengembangan sistem peta navigasi yang digunakan di kapal angkatan laut dan kapal laut.
Ini menggunakan sistem bagan elektronik untuk memungkinkan kru navigasi kapal untuk menentukan lokasi dan mencapai arah.
ECDIS meningkatkan keamanan navigasi dan mengurangi beban kerja navigator dengan kemampuan otomatisnya seperti perencanaan rute, pemantauan rute, penghitungan ETA (perkiraan waktu kedatangan) otomatis, dan pembaruan Electronic Navigational Chart (ENC).
ECDIS adalah sistem informasi dan tampilan peta elektronik dan dapat menampilkan secara otomatis posisi kapal, serta pembaharuan secara otomatis, radar overlay, GPS, AIS, Speed Log, sistem sensor dan lain-lain dalam satu perangkat yang didesain dan telah memenuhi persyaratan yang telah ditentukan.
Sebuah laporan Departemen Pertahanan Amerika Serikat (AS) secara spesifik menggambarkan bahwa pasukan rudal Iran sebagai kekutan yang terbesar di Timur Tengah.
Meski tidak memiliki angka yang pasti, sebuah Pusat Studi Strategis dan Internasional yang berbasis di AS mendukung laporan Pentagon yang mengatakan bahwa Iran memiliki ribuan rudal canggih beragam jenis. BBC melaporkan bahwa, “ran memiliki kekuatan rudal yang sangat maju dengan beragam senjata lainnya.
Iran bahkan berani mengklaim bahwa rudal balistiknya memiliki jangkauan dan kemampuan untuk menghancurkan target-target di kawasan Teluk hingga Israel.
Selain pengembangan teknologi rudal balistik, Iran juga kini mulai menguji teknologi ruang angkasa – yang memungkinkannya untuk mengembangkan rudal antar benua.
Pada 2015, Presiden Barack Obama memperkirakan Iran hanya membutuhkan waktu dua hingga tiga bulan untuk menghasilkan bahan nuklir yang cukup untuk membuat senjata.
Sehingga terjadi Perjanjian Nuklir antara Iran dengan enam kekuatan dunia yang dikenal sebagai JCPOA (Joint Comprehensive Plan of Action) untuk mencegah Iran membuat senjata nuklir.
Namun pada 2018, Presiden Trump menarik diri dari perjanjian dan mendorong batasan yang lebih luas dan permanen terhadap kegiatan nuklir Iran.
Setelah pembunuhan Jenderal Soleimani oleh AS, Iran mengatakan tidak akan terikat oleh pembatasan ini. Namun Iran mengatakan tetap akan terus bekerja sama dengan pengawas nuklir PBB, IAEA.
ECDIS Iran telah dikembangkan oleh para ahli di Organisasi Geografis, sebuah badan yang berafiliasi dengan Kementerian Pertahanan.
Seperti dilansir dari Teheran News, Ketua organisasi, Jenderal Fakhri, mengatakan sistem buatan sendiri dapat dipasang di kapal militer dan sipil.
Dikenal sebagai sarana utama navigasi elektronik, ECDIS adalah pengembangan sistem peta navigasi yang digunakan di kapal angkatan laut dan kapal laut.
Ini menggunakan sistem bagan elektronik untuk memungkinkan kru navigasi kapal untuk menentukan lokasi dan mencapai arah.
ECDIS meningkatkan keamanan navigasi dan mengurangi beban kerja navigator dengan kemampuan otomatisnya seperti perencanaan rute, pemantauan rute, penghitungan ETA (perkiraan waktu kedatangan) otomatis, dan pembaruan Electronic Navigational Chart (ENC).
ECDIS adalah sistem informasi dan tampilan peta elektronik dan dapat menampilkan secara otomatis posisi kapal, serta pembaharuan secara otomatis, radar overlay, GPS, AIS, Speed Log, sistem sensor dan lain-lain dalam satu perangkat yang didesain dan telah memenuhi persyaratan yang telah ditentukan.
Sebuah laporan Departemen Pertahanan Amerika Serikat (AS) secara spesifik menggambarkan bahwa pasukan rudal Iran sebagai kekutan yang terbesar di Timur Tengah.
Meski tidak memiliki angka yang pasti, sebuah Pusat Studi Strategis dan Internasional yang berbasis di AS mendukung laporan Pentagon yang mengatakan bahwa Iran memiliki ribuan rudal canggih beragam jenis. BBC melaporkan bahwa, “ran memiliki kekuatan rudal yang sangat maju dengan beragam senjata lainnya.
Iran bahkan berani mengklaim bahwa rudal balistiknya memiliki jangkauan dan kemampuan untuk menghancurkan target-target di kawasan Teluk hingga Israel.
Selain pengembangan teknologi rudal balistik, Iran juga kini mulai menguji teknologi ruang angkasa – yang memungkinkannya untuk mengembangkan rudal antar benua.
Pada 2015, Presiden Barack Obama memperkirakan Iran hanya membutuhkan waktu dua hingga tiga bulan untuk menghasilkan bahan nuklir yang cukup untuk membuat senjata.
Sehingga terjadi Perjanjian Nuklir antara Iran dengan enam kekuatan dunia yang dikenal sebagai JCPOA (Joint Comprehensive Plan of Action) untuk mencegah Iran membuat senjata nuklir.
Namun pada 2018, Presiden Trump menarik diri dari perjanjian dan mendorong batasan yang lebih luas dan permanen terhadap kegiatan nuklir Iran.
Setelah pembunuhan Jenderal Soleimani oleh AS, Iran mengatakan tidak akan terikat oleh pembatasan ini. Namun Iran mengatakan tetap akan terus bekerja sama dengan pengawas nuklir PBB, IAEA.
(wbs)