Bacakan Teks Proklamasi, Soekarno Ternyata Pakai Microfon dari Bungkus Rokok
loading...
A
A
A
JAKARTA - Mikrofon dan ampli yang digunakan Presiden Soekarno untuk membaca Teks Proklamasi Kemerdekaan RI ternyata dalam perjalanannya asli buatan Indonesia.
Dalam pidato di hari jadi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia di Jakarta, 5 Oktober 1966, Presiden Soekarno menyampaikan pentingnya mikrofon yang digunakannya untuk membacakan Proklamasi kemerdekaan.
“Kita telah memiliki pada tanggal 17 Agustus 1945 itu microphone. Satu-satunya hal boleh dikatakan, materiel yang telah kita miliki, satu microphone, yang dengan microphone ini kita dengungkan ke hadapan seluruh manusia di bumi ini bahwa kita memproklamasikan kemerdekaan kita,” kata Soekarno.
Dari mana mikrofon itu? Soekarno menyebutnya hasil curian dari Jepang. “Aku berjalan ke pengeras suara kecil hasil curian dari stasiun radio Jepang dan dengan singkat mengucapkan proklamasi itu,” kata Soekarno dalam otobiografinya, Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia.
Dalam ceramahnya di Lembaga Pembinaan Jiwa ‘45 Jakarta, 6 September 1972, Sudiro menyinggung seorang mantan pejabat tinggi yang menyebut mikrofon itu curian dari Belanda. “Itu tidak betul!” bantah Sudiro dalam Pengalaman Saya Sekitar 17 Agustus 1945.
Sudiro mengungkapkan bahwa mikrofon itu milik Gunawan, pemilik Radio Satriya, yang bertempat tinggal dan berusaha di Jalan Salemba Tengah 24 Jakarta.
Mikrofon itu buatan Gunawan sendiri, baik corong maupun standarnya. Begitu pula verstekker (amplifier atau penguat suara) dan band-nya yang dibuat dari zilverpapiar, selubung (bungkus) rokok. Sedangkan magnit mikrofon menggunakan dua dinamo sepeda.
“Semuanya itu adalah hasil kecerdasan otak dan ketrampilan tangan seorang Indonesia yang bernama Gunawan itu,” kata Sudiro.
Dikutip dari berbagai sumber, Wilopo dan Njonoprawoto yang meminjam dan membawa peralatan mikrofon serta perlengkapannya dari Gunawan.
Mereka di antar Sunarto menggunakan mobil ke Pegangsaan Timur 56. Kemudian peralatan dipasang di teras depan rumah Pegangsaan Timur 56 Jakarta.
Pukul 10 pagi, 17 Agustus 1945 Bung Karno membacakan teks Proklamasi yang dibuat dini hari di kediaman Laksamana Maida.
Dalam pidato di hari jadi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia di Jakarta, 5 Oktober 1966, Presiden Soekarno menyampaikan pentingnya mikrofon yang digunakannya untuk membacakan Proklamasi kemerdekaan.
“Kita telah memiliki pada tanggal 17 Agustus 1945 itu microphone. Satu-satunya hal boleh dikatakan, materiel yang telah kita miliki, satu microphone, yang dengan microphone ini kita dengungkan ke hadapan seluruh manusia di bumi ini bahwa kita memproklamasikan kemerdekaan kita,” kata Soekarno.
Dari mana mikrofon itu? Soekarno menyebutnya hasil curian dari Jepang. “Aku berjalan ke pengeras suara kecil hasil curian dari stasiun radio Jepang dan dengan singkat mengucapkan proklamasi itu,” kata Soekarno dalam otobiografinya, Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia.
Dalam ceramahnya di Lembaga Pembinaan Jiwa ‘45 Jakarta, 6 September 1972, Sudiro menyinggung seorang mantan pejabat tinggi yang menyebut mikrofon itu curian dari Belanda. “Itu tidak betul!” bantah Sudiro dalam Pengalaman Saya Sekitar 17 Agustus 1945.
Sudiro mengungkapkan bahwa mikrofon itu milik Gunawan, pemilik Radio Satriya, yang bertempat tinggal dan berusaha di Jalan Salemba Tengah 24 Jakarta.
Mikrofon itu buatan Gunawan sendiri, baik corong maupun standarnya. Begitu pula verstekker (amplifier atau penguat suara) dan band-nya yang dibuat dari zilverpapiar, selubung (bungkus) rokok. Sedangkan magnit mikrofon menggunakan dua dinamo sepeda.
“Semuanya itu adalah hasil kecerdasan otak dan ketrampilan tangan seorang Indonesia yang bernama Gunawan itu,” kata Sudiro.
Dikutip dari berbagai sumber, Wilopo dan Njonoprawoto yang meminjam dan membawa peralatan mikrofon serta perlengkapannya dari Gunawan.
Mereka di antar Sunarto menggunakan mobil ke Pegangsaan Timur 56. Kemudian peralatan dipasang di teras depan rumah Pegangsaan Timur 56 Jakarta.
Pukul 10 pagi, 17 Agustus 1945 Bung Karno membacakan teks Proklamasi yang dibuat dini hari di kediaman Laksamana Maida.
(wbs)