Apa itu Ransomware Lockbit? Simak Penjelasannya!

JAKARTA - Ransomware Lockbit tengah menjadi perhatian belakang ini. Hal itu lantaran mereka diduga membuat layanan perbankan BSI terganggu selama beberapa hari.

Pasca kejadian tersebut, muncul klaim dari geng ransomware LockBit 3.0 yang menyatakan bertanggung jawab atas gangguan pada layanan BSI. Dalam hal ini, mereka juga mengaku telah mencuri berbagai jenis data yang dimilikinya.

Meski klaim tersebut belum bisa dibenarkan secara pasti, apa itu sebenarnya ransomware LockBit?

Apa itu Ransomware LockBit?

Sebelum lebih jauh, Anda perlu mengetahui pengertian dari istilah ransomware. Mengutip laman The Guardian, Rabu (17/5/2023), ransomware ini merupakan perangkat lunak berbahaya seperti malware yang sering digunakan untuk melakukan berbagai kejahatan siber.

Biasanya, pelaku akan memasukkannya ke jaringan komputer korban melalui upaya ‘phising’. Jika caranya berhasil, nantinya malware tersebut akan mengenkripsi komputer korban, sehingga pelaku bisa mengakses data-data yang dimilikinya.

Setelah memiliki akses terhadap data-data korbannya, pelaku biasanya akan meminta uang tebusan untuk mengembalikan data tersebut. Jadi, jika ingin data-datanya kembali, si korban harus bersedia memberikan uang dengan jumlah yang telah ditentukan.

Kemudian, untuk LockBit sendiri adalah nama dari grup ransomware yang biasa melancarkan aksi-aksi kejahatan siber. Menurut laporan SOCRadar, LockBit 3.0 merupakan grup ransomware-as-a-service (RaaS) yang melanjutkan warisan LockBit dan LockBit 2.0.



Sejak tahun 2020, LockBit diperkirakan mengadopsi ransomware berbasis afiliasi. Dalam hal ini, mereka menggunakan berbagai taktik untuk menargetkan banyak sektor bisnis dan organisasi infrastruktur penting sebagai korbannya.

LockBit 3.0 atau biasa dikenal juga LockBit Black memiliki beberapa perbedaan dengan para pendahulunya. Mereka disebut memiliki kemampuan menyesuaikan berbagai opsi selama melancarkan serangannya.

Tak hanya menggunakan pendekatan modular, LockBit 3.0 mengenkripsi muatan atau data korban sampai prosesnya selesai. Hal ini menghadirkan hambatan tersendiri untuk analisis dan deteksi malware si korbannya.