Peneliti Temukan Bakteri Aneh pada Fosil Gigi Neandherthal, Bisa untuk Obat Antibiotik
loading...
Bakteri aneh pada fosil gigi Neanderthal bisa untuk obat antibiotik. Foto: Istimewa
A
A
A
JAKARTA - Sejumlah peneliti mengklaim menemukan bakteri aneh pada fosil gigi Neanderthal. Bakteri ini dianggap dapat membantu pengembangan antibiotik baru.
Dilansir dari Live Science, penelitian tersebut telah diterbitkan, pada 4 Mei, di jurnal ilmiah. Disebutkan bahwa bakteri itu telah berevolusi.
Christina Warinner, arkeolog biomolekul dari Universitas Harvard mengatakan, pihaknya telah menyelidiki microbiome oral manusia kuno dan menemukan teknik baru untuk menganalisis plak gigi manusia prasejarah.
Baca juga: Peneliti Temukan Bakteri untuk Lawan Efek Obesitas
"Plak gigi itu telah mengeras menjadi kalkulus, juga disebut tartar. Kalkulus gigi adalah satu-satunya bagian dari tubuh Anda yang masih hidup," kata Warinner, dikutip dari Live Science, Jumat (12/5/2023).
Dengan beberapa miligram kalkulus gigi, Warinner dapat mengisolasi miliaran fragmen DNA pendek dari ratusan spesies yang diacak, kemudian menyatukannya kembali.
"DNA yang ditemukan dalam kalkulus gigi manusia masa lalu, berasal dari mikroba yang telah punah," jelasnya.
Dalam studi baru mereka, Warinner dan rekan-rekannya menganalisis kalkulus gigi dari 12 Neanderthal, salah satu kerabat manusia terdekat kami yang punah, yang hidup lebih dari 100.000 tahun lalu di Eropa dan Afrika.
Baca juga: Bakteri Amuba Diduga Penyebab Ratusan Warga Mangkubumi Keracunan
Mereka mengurutkan lebih dari 10 miliar fragmen DNA dan memasang kembali menjadi 459 genom bakteri, sekitar 75% di antaranya dipetakan ke bakteri mulut yang diketahui.
Para peneliti kemudian memusatkan perhatian pada dua spesies dari genus bakteri yang disebut chlorobium yang ditemukan pada tujuh individu era Pleistosen atas (126.000 hingga 11.700 tahun yang lalu).
"Spesies yang tidak diketahui tidak cocok dengan spesies yang diketahui, tetapi dekat dengan C. limicola, yang ditemukan dalam sumber air yang terkait dengan lingkungan gua," sambungnya.
John Hawks, paleoanthropologist dari University of Wisconsin bakteri itu adalah sumber dari semua antibiotik.
"Kami benar-benar belum menemukan kelas antibiotik baru dalam beberapa tahun terakhir, dan kami kehabisan metode-metode ini. Mereka memberi kita kesempatan mencari BGC penghasil antibiotik di masa lalu," tukasnya.
Dilansir dari Live Science, penelitian tersebut telah diterbitkan, pada 4 Mei, di jurnal ilmiah. Disebutkan bahwa bakteri itu telah berevolusi.
Christina Warinner, arkeolog biomolekul dari Universitas Harvard mengatakan, pihaknya telah menyelidiki microbiome oral manusia kuno dan menemukan teknik baru untuk menganalisis plak gigi manusia prasejarah.
Baca juga: Peneliti Temukan Bakteri untuk Lawan Efek Obesitas
"Plak gigi itu telah mengeras menjadi kalkulus, juga disebut tartar. Kalkulus gigi adalah satu-satunya bagian dari tubuh Anda yang masih hidup," kata Warinner, dikutip dari Live Science, Jumat (12/5/2023).
Dengan beberapa miligram kalkulus gigi, Warinner dapat mengisolasi miliaran fragmen DNA pendek dari ratusan spesies yang diacak, kemudian menyatukannya kembali.
"DNA yang ditemukan dalam kalkulus gigi manusia masa lalu, berasal dari mikroba yang telah punah," jelasnya.
Dalam studi baru mereka, Warinner dan rekan-rekannya menganalisis kalkulus gigi dari 12 Neanderthal, salah satu kerabat manusia terdekat kami yang punah, yang hidup lebih dari 100.000 tahun lalu di Eropa dan Afrika.
Baca juga: Bakteri Amuba Diduga Penyebab Ratusan Warga Mangkubumi Keracunan
Mereka mengurutkan lebih dari 10 miliar fragmen DNA dan memasang kembali menjadi 459 genom bakteri, sekitar 75% di antaranya dipetakan ke bakteri mulut yang diketahui.
Para peneliti kemudian memusatkan perhatian pada dua spesies dari genus bakteri yang disebut chlorobium yang ditemukan pada tujuh individu era Pleistosen atas (126.000 hingga 11.700 tahun yang lalu).
"Spesies yang tidak diketahui tidak cocok dengan spesies yang diketahui, tetapi dekat dengan C. limicola, yang ditemukan dalam sumber air yang terkait dengan lingkungan gua," sambungnya.
John Hawks, paleoanthropologist dari University of Wisconsin bakteri itu adalah sumber dari semua antibiotik.
"Kami benar-benar belum menemukan kelas antibiotik baru dalam beberapa tahun terakhir, dan kami kehabisan metode-metode ini. Mereka memberi kita kesempatan mencari BGC penghasil antibiotik di masa lalu," tukasnya.
(san)
Lihat Juga :
