Branding yang Jitu dan Tepat Sasaran Bisa Auto Cuan! ft. @mariodevan
loading...
A
A
A
JAKARTA - Di tengah ketatnya persaingan era digital, menjadi berbeda dan memiliki nilai jual menjadi modal penting untuk bisa sukses bertahan. Ciri khas dan value itulah yang coba diraih lewat sebuah “branding” .
Sebuah usaha yang juga dirintis oleh Mario Devan, konten kreator sekaligus creative digital consultant. Tidak hanya membangun branding untuk dirinya, Mario Devan aktif membagikan ilmu yang ia miliki dan membantu banyak pihak membangun branding itu sendiri.
Salah satunya melalui akun media sosialnya @mariodevan. Walau citra konsultan dan mentor di dunia digital marketing saat ini sudah melekat, namun siapa sangka Mario memulai jejak digitalnya sebagai seorang blogger yang aktif membahas mengenai otomotif.
Dari dunia otomotif, Mario perlahan menemukan jalan untuk belajar mengenai digital marketing saat mengerjakan strategi digital sebuah perusahaan otomotif. Dengan pengalaman yang ia miliki, Mario sadar bahwa masih banyak keresahan yang muncul mengenai cara berjualan di dunia digital.
Berangkat dari keresahan itulah, Mario mulai membangun akunnya di media sosial sekaligus membina berbagai komunitas dan individu melalui pelatihan hingga seminar langsung. Perjalanan sebagai konten kreator dan mentor pun harus dilalui Mario dengan sederet tantangan.
Mengerjakan kedua profesi tersebut secara sekaligus ternyata cukup membuat dirinya kewalahan hingga berdampak pada menurunnya kuantitas produksi konten di media sosial. Selama sekitar 2 bulan absen berdampak pada menurunnya engagement dan followers.
Selain itu menjadi konten kreator kadang harus dihadapkan pada kenyataan bahwa hasil tidak selalu sesuai ekspektasi. Kadang konten yang sudah dirancang maksimal ternyata tidak mendapat respon yang diharapkan.
Sementara ketika menjadi mentor, Mario juga menemukan sejumlah kesulitan. Mulai dari menerima penolakan hingga dipersulit saat akan memberikan pendampingan pada komunitas.
“Kita kan masuk ke desa-desa ya. Ini ngapain sih saya harus ngeluarin duit segini. Ya kita harus jelasin, kalau di edukasi memang nggak langsung dapat impact. Beda dengan bangun jalan atau bangun pasar, ada nih bangunannya. Tapi kalau di edukasi kan setahun dua tahun baru bisa kita rasain”, tutur Mario saat menceritakan mengenai penolakan yang ia alami.
Namun berkecimpung sekian tahun di bidang ini, Mario Devan mampu mengatasi tantangan tersebut dan berhasil menuai sejumlah keuntungan. Mulai dari mendapat kontrak untuk produksi konten rutin, hingga menyaksikan kesuksesan komunitas dan individu yang ia bina. Sebuah tolak ukur keberhasilan yang tidak bisa dinilai dengan uang.
Berbicara soal branding dan digital marketing sudah menjadi makanan sehari-hari bagi Mario selama kurang lebih 3 tahun terakhir. Menurutnya branding diperlukan untuk kehidupan sehari-hari, tidak hanya terbatas pada bisnis.
Terlebih di era digital dan sosial media, membangun personal branding menjadi kunci keberhasilan. “Branding sangat penting ya. Bahkan mau cari kerja, coba deh tanya HRD kalian. Pasti salah satunya dia ngecek sosmed kan. Itu kan sebenarnya personal branding juga, kita menjual diri buat kerja atau karier. Begitu juga dengan bisnis. Orang senang berbisnis dengan siapa orang di balik bisnisnya, jadi ada sosoknya,” tutur Mario Devan.
Untuk memulai personal branding, Mario membagikan tips yang paling penting adalah percaya diri dan berani tampil. Tidak ada salahnya untuk sesekali membagikan foto dan citra pribadi di media sosial pribadi.
Selain itu, yang perlu diperhatikan ketika membangun personal branding adalah menjaga konsistensi. Dengan rutin membangun citra, perlahan branding akan terbentuk.
Lantas seperti apa branding yang baik dan kuat? Mario menjabarkan kriteria branding itu harus paham siapa target pasar yang dituju dan apa yang mereka mau. Kriteria selanjutnya adalah harus memiliki perbedaan atau ciri khas yang membedakan brand satu dengan brand lainnya.
Dan yang terpenting dari membangun sebuah branding, adalah dengan bersabar dan konsisten. Branding tidak bisa dibangun secara instan. “Se-simple nasi goreng masalah di jam bukanya. Cuma beda di jam buka aja, jadi orang tahu. Lalu dari kata nama, visual, dan warna, jadi memang banyak banget yang bisa kita bahas soal branding”, ucap Mario.
Era sosial media menghadirkan kompetisi. Setiap produk hingga individu dituntut tampil unik dan berbeda untuk bisa menarik perhatian dan bertahan di tengah derasnya konten linimasa media sosial.
Dengan membangun branding, Mario Devan telah membuktikan bahwa sebuah keberhasilan dapat diraih dengan membangun citra yang kuat, perlahan tapi pasti.
Sebuah usaha yang juga dirintis oleh Mario Devan, konten kreator sekaligus creative digital consultant. Tidak hanya membangun branding untuk dirinya, Mario Devan aktif membagikan ilmu yang ia miliki dan membantu banyak pihak membangun branding itu sendiri.
Salah satunya melalui akun media sosialnya @mariodevan. Walau citra konsultan dan mentor di dunia digital marketing saat ini sudah melekat, namun siapa sangka Mario memulai jejak digitalnya sebagai seorang blogger yang aktif membahas mengenai otomotif.
Dari dunia otomotif, Mario perlahan menemukan jalan untuk belajar mengenai digital marketing saat mengerjakan strategi digital sebuah perusahaan otomotif. Dengan pengalaman yang ia miliki, Mario sadar bahwa masih banyak keresahan yang muncul mengenai cara berjualan di dunia digital.
Berangkat dari keresahan itulah, Mario mulai membangun akunnya di media sosial sekaligus membina berbagai komunitas dan individu melalui pelatihan hingga seminar langsung. Perjalanan sebagai konten kreator dan mentor pun harus dilalui Mario dengan sederet tantangan.
Mengerjakan kedua profesi tersebut secara sekaligus ternyata cukup membuat dirinya kewalahan hingga berdampak pada menurunnya kuantitas produksi konten di media sosial. Selama sekitar 2 bulan absen berdampak pada menurunnya engagement dan followers.
Selain itu menjadi konten kreator kadang harus dihadapkan pada kenyataan bahwa hasil tidak selalu sesuai ekspektasi. Kadang konten yang sudah dirancang maksimal ternyata tidak mendapat respon yang diharapkan.
Sementara ketika menjadi mentor, Mario juga menemukan sejumlah kesulitan. Mulai dari menerima penolakan hingga dipersulit saat akan memberikan pendampingan pada komunitas.
“Kita kan masuk ke desa-desa ya. Ini ngapain sih saya harus ngeluarin duit segini. Ya kita harus jelasin, kalau di edukasi memang nggak langsung dapat impact. Beda dengan bangun jalan atau bangun pasar, ada nih bangunannya. Tapi kalau di edukasi kan setahun dua tahun baru bisa kita rasain”, tutur Mario saat menceritakan mengenai penolakan yang ia alami.
Namun berkecimpung sekian tahun di bidang ini, Mario Devan mampu mengatasi tantangan tersebut dan berhasil menuai sejumlah keuntungan. Mulai dari mendapat kontrak untuk produksi konten rutin, hingga menyaksikan kesuksesan komunitas dan individu yang ia bina. Sebuah tolak ukur keberhasilan yang tidak bisa dinilai dengan uang.
Berbicara soal branding dan digital marketing sudah menjadi makanan sehari-hari bagi Mario selama kurang lebih 3 tahun terakhir. Menurutnya branding diperlukan untuk kehidupan sehari-hari, tidak hanya terbatas pada bisnis.
Terlebih di era digital dan sosial media, membangun personal branding menjadi kunci keberhasilan. “Branding sangat penting ya. Bahkan mau cari kerja, coba deh tanya HRD kalian. Pasti salah satunya dia ngecek sosmed kan. Itu kan sebenarnya personal branding juga, kita menjual diri buat kerja atau karier. Begitu juga dengan bisnis. Orang senang berbisnis dengan siapa orang di balik bisnisnya, jadi ada sosoknya,” tutur Mario Devan.
Untuk memulai personal branding, Mario membagikan tips yang paling penting adalah percaya diri dan berani tampil. Tidak ada salahnya untuk sesekali membagikan foto dan citra pribadi di media sosial pribadi.
Selain itu, yang perlu diperhatikan ketika membangun personal branding adalah menjaga konsistensi. Dengan rutin membangun citra, perlahan branding akan terbentuk.
Lantas seperti apa branding yang baik dan kuat? Mario menjabarkan kriteria branding itu harus paham siapa target pasar yang dituju dan apa yang mereka mau. Kriteria selanjutnya adalah harus memiliki perbedaan atau ciri khas yang membedakan brand satu dengan brand lainnya.
Dan yang terpenting dari membangun sebuah branding, adalah dengan bersabar dan konsisten. Branding tidak bisa dibangun secara instan. “Se-simple nasi goreng masalah di jam bukanya. Cuma beda di jam buka aja, jadi orang tahu. Lalu dari kata nama, visual, dan warna, jadi memang banyak banget yang bisa kita bahas soal branding”, ucap Mario.
Era sosial media menghadirkan kompetisi. Setiap produk hingga individu dituntut tampil unik dan berbeda untuk bisa menarik perhatian dan bertahan di tengah derasnya konten linimasa media sosial.
Dengan membangun branding, Mario Devan telah membuktikan bahwa sebuah keberhasilan dapat diraih dengan membangun citra yang kuat, perlahan tapi pasti.
(wsb)