Perang Tarif Seluler Dinilai Akan Membunuh Industri
Jum'at, 01 April 2022 - 14:23 WIB
JAKARTA - Jika terjadi perang tarif di antara operator seluler di Indonesia, hal itu akan menimbulkan "korban".
Saat ini, semua lini seperti ekonomi, pendidikan, transportasi dan bidang lainnya yang menguasai keseharian manusia telah masuk ke era digital. Di era digital ini, tentu perlu adanya keberadaan operator seluler yang menjadi penyangga.
Tapi dengan adanya perang tarif, tentu saja membuat operator bakal sulit berkembang karena laba minim hingga ada yang selalu merugi bertahun-tahun. Di saat laba minim bahkan merugi, tentu saja operator seluler tidak bisa memberi layanan maksimal ke masyarakat.
Apalagi pemerintah membuat peraturan yang bakal menjatuhkan sanksi kepada operator yang tidak bisa melayani seluruh desa/kelurahan di seluruh Indonesia. Denda yang bakal berlaku yakni Rp2 miliar per desa.
Direktur Telekomunikasi Ditjen PPI Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo), Aju Widya Sari, membenarkan jika kecepatan internet di Indonesia saat ini masih yang paling lambat jika berbanding negara-negara tetangga.
“Kecepatan internet di Indonesia rangking 110 di dunia dengan kecepatan sekitar 21 mbps. Bahkan di bawah Kamboja dan Myanmar,” beber Aju dalam webinar Selular Congres 2022.
Selain masih lambat, tarif internet di Indonesia juga tergolong murah di dunia atau nomor 12 paling murah . “Tarif internet di Indonesia paling murah di bawah India, yakni hanya Rp6.000 per 1 GB,” sebut Aju.
Untuk itu, Kementerian Komunikasi dan Informatika berharap adanya inovasi dari para penyelenggara operator seluler untuk meningkatkan pemasukannya. Namun dengan pemasukan yang besar, maka pelayanan ke masyarakat juga harus lebih bagus lagi. Misalnya peningkatan kecepatan internet.
Saat ini, semua lini seperti ekonomi, pendidikan, transportasi dan bidang lainnya yang menguasai keseharian manusia telah masuk ke era digital. Di era digital ini, tentu perlu adanya keberadaan operator seluler yang menjadi penyangga.
Tapi dengan adanya perang tarif, tentu saja membuat operator bakal sulit berkembang karena laba minim hingga ada yang selalu merugi bertahun-tahun. Di saat laba minim bahkan merugi, tentu saja operator seluler tidak bisa memberi layanan maksimal ke masyarakat.
Apalagi pemerintah membuat peraturan yang bakal menjatuhkan sanksi kepada operator yang tidak bisa melayani seluruh desa/kelurahan di seluruh Indonesia. Denda yang bakal berlaku yakni Rp2 miliar per desa.
Direktur Telekomunikasi Ditjen PPI Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo), Aju Widya Sari, membenarkan jika kecepatan internet di Indonesia saat ini masih yang paling lambat jika berbanding negara-negara tetangga.
“Kecepatan internet di Indonesia rangking 110 di dunia dengan kecepatan sekitar 21 mbps. Bahkan di bawah Kamboja dan Myanmar,” beber Aju dalam webinar Selular Congres 2022.
Selain masih lambat, tarif internet di Indonesia juga tergolong murah di dunia atau nomor 12 paling murah . “Tarif internet di Indonesia paling murah di bawah India, yakni hanya Rp6.000 per 1 GB,” sebut Aju.
Untuk itu, Kementerian Komunikasi dan Informatika berharap adanya inovasi dari para penyelenggara operator seluler untuk meningkatkan pemasukannya. Namun dengan pemasukan yang besar, maka pelayanan ke masyarakat juga harus lebih bagus lagi. Misalnya peningkatan kecepatan internet.
tulis komentar anda