Indonesia dan Masa Depan AI: SDM, Infrastruktur, dan Regulasi Jadi Kunci
Rabu, 12 Maret 2025 - 16:23 WIB
Diskusi Forum Wartawan Teknologi (Forwat) yang menyoroti peran AI di Indonesia. Foto: Forwat
JAKARTA - Di tengah pusaran gelombang disrupsi teknologi, Kecerdasan Artifisial (AI) muncul sebagai kekuatan dahsyat yang siap mengubah lanskap ekonomi global. Indonesia, dengan potensi besarnya, tak ingin ketinggalan dalam memanfaatkan momentum revolusioner ini.
Pertanyaannya, mampukah kedaulatan AI menjadi kunci untuk memberdayakan bangsa dan mendorong pertumbuhan ekonomi?
Menurut data Oliver Wyman 2023, Indonesia berada di garda depan adopsi AI di Asia Tenggara, dengan lebih dari 80% bisnis telah mulai berinvestasi atau menggunakan AI dalam operasional mereka.
Namun, ironisnya, hanya 13% bisnis yang mencapai tahap adopsi AI advanced. Ini sinyal jelas bahwa Indonesia memiliki potensi besar yang belum sepenuhnya tergarap.
Prediksi dari McKinsey Global Institute (2023) dan PwC menunjukkan bahwa AI dapat berkontribusi hingga USD13 triliun-USD15,7 triliun terhadap ekonomi dunia pada 2030.
Angka-angka ini bukan sekadar statistik, melainkan cerminan dari potensi transformatif AI yang dapat meningkatkan PDB global rata-rata 1,2% per tahun. World Economic Forum (WEF) dan Bank Dunia pun menyoroti peran krusial AI dalam mendorong pertumbuhan ekonomi dan menciptakan lapangan kerja baru, serta mengurangi kesenjangan digital di negara berkembang.
"Kedaulatan AI artinya kita memiliki kendali penuh atas data dan teknologi yang kita gunakan. Ini adalah langkah penting untuk memastikan keamanan dan kemandirian digital Indonesia," tegas Adrian dalam diskusi panel "Masa Depan AI: Mampukah Memperkuat Ekonomi Indonesia?" yang diselenggarakan oleh Forum Wartawan Teknologi (Forwat).
Namun, jalan menuju kedaulatan AI tidaklah mudah. Sri Safitri (Sekjen Partnership KORIKA) mengungkapkan berbagai tantangan yang dihadapi Indonesia, mulai keterbatasan SDM, infrastruktur digital, pendanaan R&D, hingga regulasi data dan kebijakan terkait AI.
Pertanyaannya, mampukah kedaulatan AI menjadi kunci untuk memberdayakan bangsa dan mendorong pertumbuhan ekonomi?
Menurut data Oliver Wyman 2023, Indonesia berada di garda depan adopsi AI di Asia Tenggara, dengan lebih dari 80% bisnis telah mulai berinvestasi atau menggunakan AI dalam operasional mereka.
Namun, ironisnya, hanya 13% bisnis yang mencapai tahap adopsi AI advanced. Ini sinyal jelas bahwa Indonesia memiliki potensi besar yang belum sepenuhnya tergarap.
Prediksi dari McKinsey Global Institute (2023) dan PwC menunjukkan bahwa AI dapat berkontribusi hingga USD13 triliun-USD15,7 triliun terhadap ekonomi dunia pada 2030.
Angka-angka ini bukan sekadar statistik, melainkan cerminan dari potensi transformatif AI yang dapat meningkatkan PDB global rata-rata 1,2% per tahun. World Economic Forum (WEF) dan Bank Dunia pun menyoroti peran krusial AI dalam mendorong pertumbuhan ekonomi dan menciptakan lapangan kerja baru, serta mengurangi kesenjangan digital di negara berkembang.
Kedaulatan AI: Fondasi Kekuatan Digital Indonesia
Adrian Lesmono, Country Consumer Business Lead NVIDIA, menegaskan bahwa kedaulatan AI bukan lagi wacana, melainkan fondasi kedaulatan digital Indonesia. Kontrol penuh atas data, efisiensi, dan akselerasi digital adalah kunci untuk mewujudkan visi ini."Kedaulatan AI artinya kita memiliki kendali penuh atas data dan teknologi yang kita gunakan. Ini adalah langkah penting untuk memastikan keamanan dan kemandirian digital Indonesia," tegas Adrian dalam diskusi panel "Masa Depan AI: Mampukah Memperkuat Ekonomi Indonesia?" yang diselenggarakan oleh Forum Wartawan Teknologi (Forwat).
Namun, jalan menuju kedaulatan AI tidaklah mudah. Sri Safitri (Sekjen Partnership KORIKA) mengungkapkan berbagai tantangan yang dihadapi Indonesia, mulai keterbatasan SDM, infrastruktur digital, pendanaan R&D, hingga regulasi data dan kebijakan terkait AI.
Lihat Juga :
tulis komentar anda