Mengapa Hilal Awal Ramadhan Menurut Muhammadiyah Tidak Harus 3 Derajat? Ini Penjelasan Lengkapnya

Jum'at, 28 Februari 2025 - 15:56 WIB
Perbedaan hilal Ramadhan terjadi karena mereka memiliki metode yang berbeda untuk menetapkan tanggal 1 Ramadhan. Foto: Sindonews
JAKARTA - Mengapa hilal awal Ramadhan menurut Muhammadiyah tidak harus 3 derajat? Hal ini banyak dipertanyakan mengingat salah satu organisasi Islam terbesar di Indonesia itu kerap kali berbeda penetapan tanggal 1 Ramadhan dengan Nahdlatul Ulama (NU) atau Pemerintah.

Perbedaan pendapat tentang hilal dari dua organisasi Islam terbesar ini bukanlah hal baru di Indonesia. Perbedaan tersebut terjadi karena mereka memiliki metode yang berbeda untuk menetapkan tanggal 1 Ramadhan.

NU menggunakan metode rukyatul hilal (pengamatan langsung) dengan menggunakan Hisab Hakiki Imkan Rukyat sebagai pembantu. Metode ini menetapkan ketinggian hilal 3 derajat dan sudut elongasi 6,4 derajat (3-6.4).

Dalam hal ini Muhammadiyah menggunakan cara yang berbeda, yakni dengan menggunakan metode Hisab Hakiki Wujudul Hilal.



Pengertian Hisab Hakiki Wujudul Hilal

Metode Hisab Hakiki Wujudul Hilal yang digunakan Muhammadiyah ini mengandalkan perhitungan astronomi untuk menentukan posisi hilal tanpa harus menunggu rukyatul hilal (pengamatan langsung).

Menurut laman resmi Muhammadiyah, kriteria ini bulan kamariah baru dimulai apabila pada hari ke-29 bulan kamariah berjalan saat matahari terbenam terpenuhi tiga syarat berikut secara kumulatif, yaitu :

- Telah terjadi ijtimak (peristiwa di mana Bumi, Matahari dan Bulan berada di posisi bujur langit yang sama)

- Ijtimak terjadi sebelum matahari terbenam

- Pada saat matahari terbenam Bulan (piringan atasnya) masih di atas ufuk
Halaman :
Lihat Juga :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More