Hasil Riset Terbaru, Main Medsos sebelum Tidur Memicu Mimpi Buruk
Jum'at, 31 Mei 2024 - 14:22 WIB
JAKARTA - Mimpi buruk bertemu makhluk menyeramkan atau gagal melakukan sesuatu yang penting dalam hidup tentu tak menyenangkan. Mimpi buruk semacam ini ternyata berhubungan dengan aktivitas sebelum tidur yang seringkali dilakukan banyak orang, yaitu bermain handphone.
Penelitian terbaru mengungkap fakta bahwa membuka media sosial tepat sebelum tidur dapat meningkatkan kemungkinan mengalami mimpi buruk. Penggunaan aplikasi sebelum tidur diduga dapat meningkatkan stres dan kecemasan.
Temuan ini muncul saat survei menunjukkan hingga tiga perempat orang Amerika menggunakan media sosial menjelang waktu tidur. "Seiring media sosial menjadi semakin terintegrasi dengan kehidupan kita, dampaknya meluas di luar jam bangun, dan dapat memengaruhi mimpi kita," kata Reza Shabahang, profesor psikologi dan pekerjaan sosial di Flinders University Australia dilansir dari Daily Mail, Jumat (31/5/2024).
Studi ini melibatkan 595 orang dewasa yang rutin menggunakan media sosial. Kelompok tersebut diminta mengisi survei 14 pertanyaan, yang disebut Skala Mimpi Buruk Terkait Media Sosial, untuk mengukur jenis mimpi buruk dan seberapa sering mimpi buruk itu terjadi.
"Para peserta diinstruksikan secara khusus fokus pada mimpi buruk - mimpi-mimpi yang distressing yang membangunkan mereka dari tidur - dengan tujuan menangkap mimpi buruk daripada mimpi buruk secara umum," katanya.
Pertanyaan berpusat pada tema ketidakberdayaan, kehilangan kendali, penghambatan, viktimisasi, dan kesalahan dalam ranah media sosial. Pilihan respons berkisar dari nol (tidak pernah) hingga tujuh (beberapa kali dalam seminggu).
Hasil penelitian menunjukkan mimpi buruk yang paling umum adalah tidak bisa login ke platform media sosial diikuti oleh gangguan hubungan dengan pengguna media sosial lainnya. Studi tersebut menemukan bahwa mimpi buruk dapat disebabkan oleh stres karena mempertahankan kehadiran online, cyberbullying, kebencian online, atau cyberstalking.
Mereka yang dilaporkan menggunakan media sosial lebih sering daripada yang lain dan merasa lebih terhubung secara emosional dengannya lebih sering mengalami mimpi buruk terkait media, menurut penelitian tersebut.
Penelitian terbaru mengungkap fakta bahwa membuka media sosial tepat sebelum tidur dapat meningkatkan kemungkinan mengalami mimpi buruk. Penggunaan aplikasi sebelum tidur diduga dapat meningkatkan stres dan kecemasan.
Temuan ini muncul saat survei menunjukkan hingga tiga perempat orang Amerika menggunakan media sosial menjelang waktu tidur. "Seiring media sosial menjadi semakin terintegrasi dengan kehidupan kita, dampaknya meluas di luar jam bangun, dan dapat memengaruhi mimpi kita," kata Reza Shabahang, profesor psikologi dan pekerjaan sosial di Flinders University Australia dilansir dari Daily Mail, Jumat (31/5/2024).
Studi ini melibatkan 595 orang dewasa yang rutin menggunakan media sosial. Kelompok tersebut diminta mengisi survei 14 pertanyaan, yang disebut Skala Mimpi Buruk Terkait Media Sosial, untuk mengukur jenis mimpi buruk dan seberapa sering mimpi buruk itu terjadi.
"Para peserta diinstruksikan secara khusus fokus pada mimpi buruk - mimpi-mimpi yang distressing yang membangunkan mereka dari tidur - dengan tujuan menangkap mimpi buruk daripada mimpi buruk secara umum," katanya.
Pertanyaan berpusat pada tema ketidakberdayaan, kehilangan kendali, penghambatan, viktimisasi, dan kesalahan dalam ranah media sosial. Pilihan respons berkisar dari nol (tidak pernah) hingga tujuh (beberapa kali dalam seminggu).
Hasil penelitian menunjukkan mimpi buruk yang paling umum adalah tidak bisa login ke platform media sosial diikuti oleh gangguan hubungan dengan pengguna media sosial lainnya. Studi tersebut menemukan bahwa mimpi buruk dapat disebabkan oleh stres karena mempertahankan kehadiran online, cyberbullying, kebencian online, atau cyberstalking.
Mereka yang dilaporkan menggunakan media sosial lebih sering daripada yang lain dan merasa lebih terhubung secara emosional dengannya lebih sering mengalami mimpi buruk terkait media, menurut penelitian tersebut.
tulis komentar anda