Masih Banyak Masyarakat Indonesia Khawatir Belanja Online
A
A
A
JAKARTA - Meskipun berbelanja online sudah menjadi salah satu gaya hidup, ternyata masih banyak masyarakat Indonesia yang merasa khawatir melakukannya.
"Sekitar 36% dari responden menyatakan tidak percaya dengan transaksi jual beli online," ujar Head of BMI Research Yoanita Shinta Devi saat konferensi pers Online Shopping Outlook 2015 di Jakarta, Kamis (22/1/2015). Penelitian dilakukan pada 1.213 responden yang tersebar di 10 kota besar Indonesia.
Dia melanjutkan, ketidakpercayaan ini didukung dengan beberapa kekhawatiran, seperti risiko perbedaan produk di foto dengan aslinya, proses pengiriman yang kadang terlambat, atau bahkan penipuan. Banyak orang kemudian berpikir dua kali melakukan online shopping, terutama dengan adanya risiko tertipu.
Sementara itu, seorang Praktisi Digital dari Manifesto, Matthew Rompas menambahkan, penting bagi masyarakat mengetahui mana online shop resmi terdaftar dan mana yang tidak. Hal ini untuk mencegah terjadinya risiko berbelanja online terhadap konsumen.
"Tips berbelanja online adalah usahakan transaksi di toko online yang beneran, resmi. Bukan seperti di Facebook, Instagram, atau BBM," ujarnya.
Matthew menjelaskan, belanja online sebenarnya memiliki tiga istilah. Yang pertama ada iklan baris, contohnya seperti Kaskus, OLX, Berniaga. Kemudian ada market place, yakni Tokopedia, Elevenia, Bukalapak, dan sebagainya. Perbedaan terletak pada market place hanya sebagai prasarana. Transaksi di mereka tapi barang tidak mereka pegang.
Jenis belanja online berikutnya adalah online retail shop seperti Lazada, Bhinneka, dan sebagainya. "Kalau ini transaksi di mereka, mereka juga punya barangnya" pungkasnya.
"Sekitar 36% dari responden menyatakan tidak percaya dengan transaksi jual beli online," ujar Head of BMI Research Yoanita Shinta Devi saat konferensi pers Online Shopping Outlook 2015 di Jakarta, Kamis (22/1/2015). Penelitian dilakukan pada 1.213 responden yang tersebar di 10 kota besar Indonesia.
Dia melanjutkan, ketidakpercayaan ini didukung dengan beberapa kekhawatiran, seperti risiko perbedaan produk di foto dengan aslinya, proses pengiriman yang kadang terlambat, atau bahkan penipuan. Banyak orang kemudian berpikir dua kali melakukan online shopping, terutama dengan adanya risiko tertipu.
Sementara itu, seorang Praktisi Digital dari Manifesto, Matthew Rompas menambahkan, penting bagi masyarakat mengetahui mana online shop resmi terdaftar dan mana yang tidak. Hal ini untuk mencegah terjadinya risiko berbelanja online terhadap konsumen.
"Tips berbelanja online adalah usahakan transaksi di toko online yang beneran, resmi. Bukan seperti di Facebook, Instagram, atau BBM," ujarnya.
Matthew menjelaskan, belanja online sebenarnya memiliki tiga istilah. Yang pertama ada iklan baris, contohnya seperti Kaskus, OLX, Berniaga. Kemudian ada market place, yakni Tokopedia, Elevenia, Bukalapak, dan sebagainya. Perbedaan terletak pada market place hanya sebagai prasarana. Transaksi di mereka tapi barang tidak mereka pegang.
Jenis belanja online berikutnya adalah online retail shop seperti Lazada, Bhinneka, dan sebagainya. "Kalau ini transaksi di mereka, mereka juga punya barangnya" pungkasnya.
(dyt)