Gamers Minta Video Game Masuk Olimpiade
A
A
A
LONDON - Banyaknya gamers di seluruh dunia membuat ajang kompetisi bermain video game atau e-Sports semakin diperhitungkan.
Bahkan salah satu pencipta World of Warcraft bahkan mengatakan bahwa, game seharusnya dimasukkan kedalam Olimpiade. "Olahraga sekarang memiliki definisi yang luas. Video game adalah posisi yang baik untuk menjadi olahraga penonton," kata kepala kreatif Blizzard Entertainment Rob Pardo seperti dikutip BBC, Kamis (25/12/2014).
Pardo berpendapat, ajang e-Sports profesional menarik jutaan penonton dari seluruh dunia. Contohnya e-Sports yang diselenggarakan di Korea Selatan baru-baru ini. Kompetisi tersebut berhasil menyedot 40 ribu pengunjung dalam satu stadion.
"Jika Anda ingin mendefinisikan olahraga sebagai sesuatu yang membutuhkan banyak tenaga fisik, maka sulit membantah bahwa video game sebuah olahraga. Tetapi pada saat yang sama, ketika saya melihat hal-hal yang sudah ada di Olimpiade, saya mulai mempertanyakan definisi tersebut," imbuhnya.
Pardo memberi contoh catur. Pendukung permainan ini telah lama menyerukan agar dimasukkan ke dalam Olimpiade. Namun Komite Olimpiade Internasional (IOC) enggan, lantaran olahraga harus kegiatan fisik sehingga tidak diterima di Olimpiade.
Video game menghadapi rintangan yang sama, tetapi telah melakukan yang terbaik untuk setidaknya bertindak seperti olahraga, dengan menambahkan langkah-langkah seperti program anti-doping.
"Anda dapat melakukan apapun yang Anda inginkan dengan grafis. Anda bisa membuatnya menjadi sangat bersemangat dan kompetitif. e-Sports bisa secara visual menarik bagi khalayak luas," katanya.
Bahkan salah satu pencipta World of Warcraft bahkan mengatakan bahwa, game seharusnya dimasukkan kedalam Olimpiade. "Olahraga sekarang memiliki definisi yang luas. Video game adalah posisi yang baik untuk menjadi olahraga penonton," kata kepala kreatif Blizzard Entertainment Rob Pardo seperti dikutip BBC, Kamis (25/12/2014).
Pardo berpendapat, ajang e-Sports profesional menarik jutaan penonton dari seluruh dunia. Contohnya e-Sports yang diselenggarakan di Korea Selatan baru-baru ini. Kompetisi tersebut berhasil menyedot 40 ribu pengunjung dalam satu stadion.
"Jika Anda ingin mendefinisikan olahraga sebagai sesuatu yang membutuhkan banyak tenaga fisik, maka sulit membantah bahwa video game sebuah olahraga. Tetapi pada saat yang sama, ketika saya melihat hal-hal yang sudah ada di Olimpiade, saya mulai mempertanyakan definisi tersebut," imbuhnya.
Pardo memberi contoh catur. Pendukung permainan ini telah lama menyerukan agar dimasukkan ke dalam Olimpiade. Namun Komite Olimpiade Internasional (IOC) enggan, lantaran olahraga harus kegiatan fisik sehingga tidak diterima di Olimpiade.
Video game menghadapi rintangan yang sama, tetapi telah melakukan yang terbaik untuk setidaknya bertindak seperti olahraga, dengan menambahkan langkah-langkah seperti program anti-doping.
"Anda dapat melakukan apapun yang Anda inginkan dengan grafis. Anda bisa membuatnya menjadi sangat bersemangat dan kompetitif. e-Sports bisa secara visual menarik bagi khalayak luas," katanya.
(dyt)