Awas Kecanduan Internet Sulit Terdeteksi
A
A
A
CALIFORNIA - Sebuah penelitian dilakukan Direktur Klinik Asosiasi Hobart, Michael Davie mengatakan, kecanduan internet bisa berdampak pada kesehatan penggunanya dan sulit terdeteksi.
Kecanduan internet sebetulnya tidak jauh berbeda dari ketergantungan lainnya.
"Kuncinya adalah ketika perilaku mulai berdampak pada hubungan sosial dan pekerjaan. Bahkan, mulai jarang keluar," kata Davie seperti dilansir dari Abc, Kamis (23/10/2014).
Diakuinya, tanda-tanda kecanduan internet memang sulit ditemukan, terutama berkaitan dengan pornografi dan perjudian internet yang cenderung dilakukan secara pribadi.
Davie juga membuat kesimpulan, bahwa orang kecanduan internet sering memiliki kondisi medis, seperti obsesif kompulsif disorder, depresi atau berada pada spektrum autisme.
"Jika melihat terdapat masalah kejiwaan dan kemudian dapat mengarah pada kecanduan," terangnya.
Sementara itu, jika melihat dari jenis aktivitas onlinenya, penggunaan media sosial masih berada di belakang dari game online sebagai penyebab kecanduan.
"Awalnya permainan itu diberikan secara gratis, dan kemudian diminta membayar untuk meneruskan ke tingkatan selanjutnya," kata Davie.
Tanpa disadari permainan tersebut membawa pemain untuk tetap terkoneksi secara online. Bahkan, kerap melebihi batas kemampuan.
"Harus disadari bahwa otak manusia bukan seperti kabel, sehingga memiliki batasan tertentu," tandas Davie.
Kecanduan internet sebetulnya tidak jauh berbeda dari ketergantungan lainnya.
"Kuncinya adalah ketika perilaku mulai berdampak pada hubungan sosial dan pekerjaan. Bahkan, mulai jarang keluar," kata Davie seperti dilansir dari Abc, Kamis (23/10/2014).
Diakuinya, tanda-tanda kecanduan internet memang sulit ditemukan, terutama berkaitan dengan pornografi dan perjudian internet yang cenderung dilakukan secara pribadi.
Davie juga membuat kesimpulan, bahwa orang kecanduan internet sering memiliki kondisi medis, seperti obsesif kompulsif disorder, depresi atau berada pada spektrum autisme.
"Jika melihat terdapat masalah kejiwaan dan kemudian dapat mengarah pada kecanduan," terangnya.
Sementara itu, jika melihat dari jenis aktivitas onlinenya, penggunaan media sosial masih berada di belakang dari game online sebagai penyebab kecanduan.
"Awalnya permainan itu diberikan secara gratis, dan kemudian diminta membayar untuk meneruskan ke tingkatan selanjutnya," kata Davie.
Tanpa disadari permainan tersebut membawa pemain untuk tetap terkoneksi secara online. Bahkan, kerap melebihi batas kemampuan.
"Harus disadari bahwa otak manusia bukan seperti kabel, sehingga memiliki batasan tertentu," tandas Davie.
(dyt)