5G Bukan Sekadar Smartphone

Selasa, 24 Desember 2019 - 13:30 WIB
5G Bukan Sekadar Smartphone
5G Bukan Sekadar Smartphone
A A A
PADA 2019, 5G akhirnya jadi realita. Selama setahun itu, apa yang dicapai oleh jaringan 5G jauh lebih cepat dibanding 4G, 3G, ataupun 2G. Di 2021 mendatang, misalnya, perangkat yang menggunakan jaringan 5G sudah diprediksi mencapai 1,2 miliar unit.

Maka, di 2020 jaringan 5G akan masuk ke tahap scaling atau perkembangan. Semakin banyak orang yang akan mendapatkan akses ke 5G di smartphone. Terutama lewat Snapdragon 865 dan 765 yang akan menjangkau lebih banyak segmentasi konsumen.

Di Amerika, operator seperti Verizon sudah setahun mendeliver 5G. Selama itu, banyak pencapaian yang mereka lakukan. Jaringan 5G mereka tersebar di taman-taman hingga stadion besar. Operator yang memulai duluan, akan belajar lebih banyak.

Di Asia Tenggara pun operator sedang bersiap-siap menyambut 5G. Baik menggunakan teknologi mmWave maupun Sub-6. Di kota besar, hingga pedesaan. Teknologi yang dipakai akan berbeda-beda. Kami di Qualcomm aktif bekerja sama dengan operator dan vendor/OEM di Asia TENGGARA.

Jaringan 5G akan jadi fondasi ekosistem dari komunikasi di masa depan. Dan bukan hanya smartphone. Tapi juga teknologi seperti Cross Reality (XR), wearable, bahkan smart factory. 5G akan berdampak pada pabrik, industri medis, smartcity, termasuk industri agrikultur dan perkebunan di Asia Tenggara, baik Indonesia, Filipina, Malaysia, hingga Thailand.

Di pabrik, 5G adalah fondasi dari revolusi industri 4.0 dimana otomatisasi dan pertukaran data, serta komputasi awan, akan menghasilkan “pabrik cerdas”. 5G lewat koneksi broadband, latensi rendah, dan AI, bisa memprediksi kapan mesin rusak.

Untuk smart city, 5G memungkinkan analisa trafik lalu lintas. Di Singapura dan Hong Kong, 5G akan banyak digunakan untuk mengatur logistik di pelabuhan. Perusahaan perkebunan di Inddonesia juga bisa menggunakan 5G untuk mendeteksi ketinggian air. Semua eksperiens 5G akan berbeda-beda.

Saya pernah menyelam di pulau Kei Kecil, Maluku Tenggara, dan di daerah terpencil itu pun masih mendapatkan koneksi 4G LTE. Ini yang membuat 5G menarik, karena tidak hanya soal satu spektrum frekuensi. Ada banyak teknologi seperti Sub 6 hingga milimeter Wave. Dengan dynamic spectrum sharing (DSS), jaringan 4G yang sudah ada tetap bisa co-exist dengan jaringan 5G. Semua sistem dapat bekerja.

Banyak yang bertanya, berapa harga handset 5G? Untuk bisa scale-up, tentu saja kami harus masuk ke semua tier. Karena itu, di 2020 akan banyak handset 5G yang harganya dibawah USD1.000. Karena tahun depan jumlah smartphone yang terkoneksi 5G diprediksi mencapai 200 juta unit.

Dari sisi aplikasi, developer akan semakin banyak yang mulai mengutilisasi jaringan 5G. Dampaknya sekarang memang belum terlihat, tapi akan masif. Kita berkaca pada jaringan 4G LTE, yang sekarang memungkinkan kegiatan seperti streaming live video di Instagram atau mengunduh langsung dari cloud. Perusahaan seperti Uber ataupun Grab pun muncul karena ada 4G LTE.

Dengan 5G, yang menawarkan latensi rendah dan kualitas jaringan, maka akan muncul solusi-solusi baru yang tidak terbayangkan sebelumnya. 5G dan AI akan menciptakan ribuan kemungkinan.

ST Liew,
President of Qualcomm’s Business in Taiwan and South East Asia
(nfl)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7997 seconds (0.1#10.140)