3 Alasan Kenapa Ponsel Xiaomi Gaib
A
A
A
JAKARTA - Ternyata “gaib” adalah kata pertama yang dipelajari oleh Alvin Tse, Head of Pocophone Global, saat di dapuk sebagai Country Director Xiaomi Indonesia pada Oktober 2019 silam. ”Karena itu saya benar-benar menaruh perhatian khusus pada ponsel gaib ini,” ujarnya saat bertemu dengan media di Jakarta, Kamis (21/11) sore.
Istilah ponsel gaib memang acap ditujukan pada Xiaomi dan Asus. Alasannya, karena sulitnya produk terbaru kedua vendor tersebut ditemukan di pasaran. Seperti halnya di Tiongkok, di Indonesia pun Xiaomi juga sangat fokus pada penjualan online. Terutama flash sale di rekanan e-commerce dalam hari tertentu dan unit yang terbatas.
Faktanya, setiap flash sale yang dihelat, ponsel Xiaomi selalu ludes dalam waktu beberapa menit. Ponsel seperti Redmi Note 8 series, misalnya, terjual lebih dari 125.000 unit dalam 30 hari. Ponsel tersebut juga sangat sulit di dapatkan di toko offline Xiaomi.
Tingginya permintaan dan sulitnya mencari barang acap membuat konsumen kesal, lantas menjulukinya ponsel gaib. Alvin sendiri mengaku sudah banyak menjawab pertanyaan Mi Fans Indonesia baik lewat Twitter maupun Instagram. Tapi, berikut adalah tiga alasan kenapa ponsel Xiaomi gaib:
1. Proses Produksi Ponsel Lama dan Ribet
PT Sat Nusa Persada, pabrik yang memproduksi semua smartphone resmi Xiaomi di Batam, terus melakukan ramp up. Yakni, upaya meningkatkan jumlah produk ponsel yang diproduksi untuk menjawab peningkatan permintaan konsumen.
Alur sederhananya seperti ini: komponen material didatangkan dari Tiongkok ke Batam. Lalu, pabrik menyiapkan lini produksi, melatih pekerja, dan melakukan pengetesan. ”Saat di tes, ada beberapa model yang defective (cacat atau tidak sempurna). Maka, harus mengulang lagi sampai sempurna. Prosesnya jadi lebih lama,” ujar Alvin.
Pilihannya, mengirim ke konsumen lebih cepat dengan jumlah yang terbatas atau menunggu stok lebih banyak tapi butuh waktu lebih lama. ”Di Indonesia, konsumen inginnya cepat dan tidak mau menunggu,” tambahnya.
2. Jual Online, Diborong Penjual
Sejak awal, Xiaomi sangat fokus dengan penjualan online. Namun, Alvin menyebut bahwa penjualan ponsel secara online di Indonesia sangat rumit. ”Karena yang membeli online tidak hanya konsumen (end user), tapi juga dealer, merchant, atau peritel,” ungkapnya. Konsumen yang tidak kebagian, lanjut Alvin, juga susah mencari barang di toko offline. ”Karena ritel offline kami juga masih dalam proses pembentukan,” tambahnya.
3. Permintaan Mi Fans Terlalu Besar
Alasan terakhir, menurut Alvin adalah karena permintaan Mi Fans Indonesia yang sangat besar. Kami bisa menjual 125 ribu unit seri Redmi Note 8 dalam satu bulan itu luar biasa. ”Setiap minggunya, Redmi Note 8 selalu sold out hanya dalam beberapa menit. Mi Fans terus menerus membeli. PR kami adalah akan memberikan lebih banyak barang kepada Mi Fans,” ungkapnya.
Istilah ponsel gaib memang acap ditujukan pada Xiaomi dan Asus. Alasannya, karena sulitnya produk terbaru kedua vendor tersebut ditemukan di pasaran. Seperti halnya di Tiongkok, di Indonesia pun Xiaomi juga sangat fokus pada penjualan online. Terutama flash sale di rekanan e-commerce dalam hari tertentu dan unit yang terbatas.
Faktanya, setiap flash sale yang dihelat, ponsel Xiaomi selalu ludes dalam waktu beberapa menit. Ponsel seperti Redmi Note 8 series, misalnya, terjual lebih dari 125.000 unit dalam 30 hari. Ponsel tersebut juga sangat sulit di dapatkan di toko offline Xiaomi.
Tingginya permintaan dan sulitnya mencari barang acap membuat konsumen kesal, lantas menjulukinya ponsel gaib. Alvin sendiri mengaku sudah banyak menjawab pertanyaan Mi Fans Indonesia baik lewat Twitter maupun Instagram. Tapi, berikut adalah tiga alasan kenapa ponsel Xiaomi gaib:
1. Proses Produksi Ponsel Lama dan Ribet
PT Sat Nusa Persada, pabrik yang memproduksi semua smartphone resmi Xiaomi di Batam, terus melakukan ramp up. Yakni, upaya meningkatkan jumlah produk ponsel yang diproduksi untuk menjawab peningkatan permintaan konsumen.
Alur sederhananya seperti ini: komponen material didatangkan dari Tiongkok ke Batam. Lalu, pabrik menyiapkan lini produksi, melatih pekerja, dan melakukan pengetesan. ”Saat di tes, ada beberapa model yang defective (cacat atau tidak sempurna). Maka, harus mengulang lagi sampai sempurna. Prosesnya jadi lebih lama,” ujar Alvin.
Pilihannya, mengirim ke konsumen lebih cepat dengan jumlah yang terbatas atau menunggu stok lebih banyak tapi butuh waktu lebih lama. ”Di Indonesia, konsumen inginnya cepat dan tidak mau menunggu,” tambahnya.
2. Jual Online, Diborong Penjual
Sejak awal, Xiaomi sangat fokus dengan penjualan online. Namun, Alvin menyebut bahwa penjualan ponsel secara online di Indonesia sangat rumit. ”Karena yang membeli online tidak hanya konsumen (end user), tapi juga dealer, merchant, atau peritel,” ungkapnya. Konsumen yang tidak kebagian, lanjut Alvin, juga susah mencari barang di toko offline. ”Karena ritel offline kami juga masih dalam proses pembentukan,” tambahnya.
3. Permintaan Mi Fans Terlalu Besar
Alasan terakhir, menurut Alvin adalah karena permintaan Mi Fans Indonesia yang sangat besar. Kami bisa menjual 125 ribu unit seri Redmi Note 8 dalam satu bulan itu luar biasa. ”Setiap minggunya, Redmi Note 8 selalu sold out hanya dalam beberapa menit. Mi Fans terus menerus membeli. PR kami adalah akan memberikan lebih banyak barang kepada Mi Fans,” ungkapnya.
(wbs)