Pelaku Startup Ditantang Tuntaskan Masalah Gizi di Indonesia
A
A
A
JAKARTA - Dengan jumlah penduduk 261 juta jiwa, terbesar keempat di dunia, Indonesia telah berhasil melakukan pembangunan di berbagai sektor. Tingkat kesejahteraan meningkat dan angka kemiskinan turun hingga di bawah 10%.Namun, Indonesia masih menghadapi beban ganda gizi. Sebanyak 48,9% ibu hamil mengalami anemia, 30,8% balita mengalami stunting, dan 8% balita mengalami obesitas (Riskesdas, 2018).Untuk mencegah dan menurunkan prevalensi stunting dan anemia, pemerintah melakukan berbagai upaya. Misalnya, melakukan program-program perbaikan gizi pada 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) dan remaja, serta program peningkatan akses pangan yang bergizi.Salah satu cara untuk meningkatkan akses pada pangan yang bergizi adalah melalui Tantangan Inovasi Bisnis atau Business Innovation Challenge (BIC). Business Innovation Challenge bertujuan menemukan dan memperkuat inovasi teknologi lokal untuk mengatasi susut pascapanen melalui kompetisi, pemberian dukungan teknis dan pendanaan tahap awal (seed funding), serta dukungan akses kepada fasilitas keuangan dan pasar. BIC pertama di tahun 2018 terfokus pada inovasi dalam rantai dingin untuk menjaga mutu dan gizi ikan.Pada 2019, BIC mengangkat tema “Food Innovation Challenge” untuk menemukan inovasi-inovasi produk ikan (tawar dan laut), dan seafood dengan nilai tambah yang siap masak dan siap santap (ready to eat and ready to cook) sebagai salah satu sumber protein dan zat gizi lain yang sangat penting bagi tubuh. Juga berkontribusi dalam mencegah dan menurunkan anemia dan stunting. “Ikan dan sumber pangan perairan merupakan bagian penting dari upaya ketahanan pangan dan gizi, upaya menyehatkan dan mencerdaskan anak bangsa, serta merupakan sumber ekonomi bagi lebih dari lima juta penduduk Indonesia,” kata Ravi K Menon, Country Director GAIN Indonesia.Adapun Business Innovation Challenge atau l-PLAN Challenge mencari 10 start-up, lembaga, asosiasi, maupun UMKM yang memiliki solusi inovatif dalam produk makanan siap santap atau siap masak berbasis ikan dan sumber perairan lain. Antara lain, kekerangan, udang, cumi, ataupun rumput laut untuk membantu mengurangi masalah stunting dan anemia di Indonesia.Dalam kompetisi ini diharapkan dapat menjaring 300-an peserta. Pemenang akan mendapat hadiah total hingga Rp1,2 miliar dan pendampingan pengembangan produk serta dukungan untuk memasukin pasar domestik melalui ritel-ritel ternama di Indonesia.Kompetisi ini diselenggarakan oleh Global Alliance for Improved Nutrition (GAIN) dan Kementerian Kesehatan, bekerja sama dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan dan Jejaring Pasca-Panen untuk Gizi Indonesia (JP2Gl).GAIN adalah yayasan yang berbasis di Swiss yang diluncurkan pertama kali di Markas Besar Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tahun 2002 untuk mengatasi masalah nutrisi. Adapun program GAIN di Indonesia ini didukung oleh Kerajaan Belanda.GAIN bekerja sama dengan pemerintah, sektor swasta dan masyarakat sipil dengan tujuan untuk mengubah sistem pangan agar makanan yang lebih bergizi dapat dijangkau semua orang, terutama kelompok yang paling renta. Penyelenggaraan kompetisi sendiri dilakukan oleh Innovation Factory.Menurut Ravi K Menon, program ini untuk memenuhi kebutuhan makanan ikan sebagai protein hewani yang kebutuhan protein untuk anak usia pra sekolah, yakni 7-20 gram per hari. Untuk wanita hamil kebutuhan protein ikan lebih dari 20 gram per hari."Intinya program ini mengajak dan menyosialisasikan tentang bagaimana menyajikan ikan sebagai ready to eat dan ready to cook untuk ibu hamil, ibu menyusui, balita, anak-anak, remaja hingga usia dewasa, di Indonesia," kata Ravi.
(mim)