Rumah.com Berharap Kabinet Baru Gairahkan Industri Properti
A
A
A
JAKARTA - Presiden Joko Widodo telah melantik kabinet barunya pada 23 Oktober lalu. Beragam reaksi muncul dari sektor bisnis dan ekonomi, termasuk industri properti .
Beragam pekerjaan rumah di Kabinet Indonesia Maju menunggu untuk dituntaskan. Sebut saja industri properti yang sampai kuartal ketiga (Q3) 2019 masih mengalami perlambatan.
Padahal pemerintah dan otoritas terkait seperti BI dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah memberikan kelonggaran kepada perbankan dalam menyalurkan kredit pemilikan rumah (KPR). “Dua kementerian yang terkait industri properti yaitu Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat dan Kementerian Agraria dan Tata Ruang tidak mengalami pergantian menteri. Kami berharap ada kelanjutan dari berbagai kebijakan kementerian yang selama ini sudah berjalan baik, bisa berlanjut di periode yang mendatang,” harap Head of Marketing Rumah.com, Ike Hamdan.
Ike juga berharap kinerja kabinet baru bisa menggairahkan kembali industri properti di Indonesia. Sebab sekian lama masih mengalami pertumbuhan stagnan atau cenderung landai.
Adanya perlambatan pertumbuhan industri properti Tanah Air ini tercermin dari Rumah.com Property Market Index yang menunjukkan terjadi penurunan suplai properti tahunan secara nasional pada Q3 2019 ini. Tepatnya turun 4% dibandingkan Q3 2018 (year-on year). Sementara jika dibandingkan Q2 2019 terjadi kenaikan suplai properti sebesar 28% (quarter-on-quarter).
Dia mengklaim, data Rumah.com Property Market Index memiliki akurasi data yang cukup tinggi untuk mengetahui dinamika yang terjadi di pasar properti di Indonesia. Karena merupakan hasil analisis lebih dari 400.000 listing properti dijual dan disewa dari seluruh Indonesia, dengan lebih dari 17 juta halaman yang dikunjungi setiap bulan dan diakses oleh lebih dari 5,5 juta pencari properti setiap bulannya.
Menurut Rumah.com Property Market Index, penurunan suplai properti tahunan juga terjadi di kawasan Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi (Bodetabek) pada Q3 tahun 2019 ini, turun 11,8% dibandingkan Q3 2018 lalu (year-on year). Sedangkan dibandingkan Q2 2019 terjadi kenaikan suplai properti di kawasan Bodetabek sebesar 8,9% (quarter-on-quarter).
Untuk menggenjot industri properti agar kembali bergairah salah satunya melalui pembangunan infrastruktur. Pemerintahan Joko Widodo menempatkan pembangunan infrastruktur sebagai salah satu dari lima fokus yang akan dikerjakan dalam lima tahun ke depan.
Pentingnya pembangunan infrastruktur untuk menggairahkan industri properti ini tercermin pada hasil Rumah.com Property Affordability Sentiment Index H2 2019. Dekatnya jarak dari tempat tinggal menuju tempat kerja dan transportasi massal menjadi faktor utama yang menentukan keputusan membeli properti. Sebanyak 65% responden yang memilih kedekatan jarak menuju tempat kerja dan 60% responden yang memilih kedekatan jarak menuju transportasi massal sebagai penentu keputusan untuk membeli properti.
Rumah.com Property Affordability Sentiment Index ini adalah survei berkala yang diselenggarakan dua kali dalam setahun oleh Rumah.com bekerja sama dengan lembaga riset Intuit Research, Singapura. Hasil survei kali ini diperoleh berdasarkan 952 responden dari seluruh Indonesia yang dilakukan hingga akhir bulan Juni 2019. Survei dilakukan untuk mengetahui dinamika yang terjadi di pasar properti nasional.
Ike menandaskan, hadirnya Kabinet Indonesia Maju diharapkan oleh pelaku industri properti menciptakan sinergi dan relaksasi dalam hal regulasi. Baik dari sisi kebijakan pemerintah maupun perbankan guna meningkatkan daya serap pasar.
“Pada periode Kabinet Indonesia Maju ini kami berharap pemerintah membuat terobosan kebijakan-kebijakan baru yang dapat mendorong pertumbuhan industri properti nasional. Apalagi, kinerja sektor properti tahun depan diprediksi masih sangat menantang karena dipengaruhi ketidakpastian ekonomi global,” pungkas Ike.
Beragam pekerjaan rumah di Kabinet Indonesia Maju menunggu untuk dituntaskan. Sebut saja industri properti yang sampai kuartal ketiga (Q3) 2019 masih mengalami perlambatan.
Padahal pemerintah dan otoritas terkait seperti BI dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah memberikan kelonggaran kepada perbankan dalam menyalurkan kredit pemilikan rumah (KPR). “Dua kementerian yang terkait industri properti yaitu Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat dan Kementerian Agraria dan Tata Ruang tidak mengalami pergantian menteri. Kami berharap ada kelanjutan dari berbagai kebijakan kementerian yang selama ini sudah berjalan baik, bisa berlanjut di periode yang mendatang,” harap Head of Marketing Rumah.com, Ike Hamdan.
Ike juga berharap kinerja kabinet baru bisa menggairahkan kembali industri properti di Indonesia. Sebab sekian lama masih mengalami pertumbuhan stagnan atau cenderung landai.
Adanya perlambatan pertumbuhan industri properti Tanah Air ini tercermin dari Rumah.com Property Market Index yang menunjukkan terjadi penurunan suplai properti tahunan secara nasional pada Q3 2019 ini. Tepatnya turun 4% dibandingkan Q3 2018 (year-on year). Sementara jika dibandingkan Q2 2019 terjadi kenaikan suplai properti sebesar 28% (quarter-on-quarter).
Dia mengklaim, data Rumah.com Property Market Index memiliki akurasi data yang cukup tinggi untuk mengetahui dinamika yang terjadi di pasar properti di Indonesia. Karena merupakan hasil analisis lebih dari 400.000 listing properti dijual dan disewa dari seluruh Indonesia, dengan lebih dari 17 juta halaman yang dikunjungi setiap bulan dan diakses oleh lebih dari 5,5 juta pencari properti setiap bulannya.
Menurut Rumah.com Property Market Index, penurunan suplai properti tahunan juga terjadi di kawasan Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi (Bodetabek) pada Q3 tahun 2019 ini, turun 11,8% dibandingkan Q3 2018 lalu (year-on year). Sedangkan dibandingkan Q2 2019 terjadi kenaikan suplai properti di kawasan Bodetabek sebesar 8,9% (quarter-on-quarter).
Untuk menggenjot industri properti agar kembali bergairah salah satunya melalui pembangunan infrastruktur. Pemerintahan Joko Widodo menempatkan pembangunan infrastruktur sebagai salah satu dari lima fokus yang akan dikerjakan dalam lima tahun ke depan.
Pentingnya pembangunan infrastruktur untuk menggairahkan industri properti ini tercermin pada hasil Rumah.com Property Affordability Sentiment Index H2 2019. Dekatnya jarak dari tempat tinggal menuju tempat kerja dan transportasi massal menjadi faktor utama yang menentukan keputusan membeli properti. Sebanyak 65% responden yang memilih kedekatan jarak menuju tempat kerja dan 60% responden yang memilih kedekatan jarak menuju transportasi massal sebagai penentu keputusan untuk membeli properti.
Rumah.com Property Affordability Sentiment Index ini adalah survei berkala yang diselenggarakan dua kali dalam setahun oleh Rumah.com bekerja sama dengan lembaga riset Intuit Research, Singapura. Hasil survei kali ini diperoleh berdasarkan 952 responden dari seluruh Indonesia yang dilakukan hingga akhir bulan Juni 2019. Survei dilakukan untuk mengetahui dinamika yang terjadi di pasar properti nasional.
Ike menandaskan, hadirnya Kabinet Indonesia Maju diharapkan oleh pelaku industri properti menciptakan sinergi dan relaksasi dalam hal regulasi. Baik dari sisi kebijakan pemerintah maupun perbankan guna meningkatkan daya serap pasar.
“Pada periode Kabinet Indonesia Maju ini kami berharap pemerintah membuat terobosan kebijakan-kebijakan baru yang dapat mendorong pertumbuhan industri properti nasional. Apalagi, kinerja sektor properti tahun depan diprediksi masih sangat menantang karena dipengaruhi ketidakpastian ekonomi global,” pungkas Ike.
(mim)