Pengamat Sebut Investor Kurang Happy dengan Keputusan Nadiem
A
A
A
JAKARTA - Rencana masuknya Nadiem Makarim, pendiri dan Chief Executive Officer (CEO) Gojek, ke kabinet Presiden Joko Widodo menuai respons yang beragam.Sebagian menilai langkah positif Jokowi mengundang figur-figur muda seperti Nadiem, Erick Thohir, atau Wishnutama agar kebijakan pemerintah lebih relevan dengan dinamika zaman. Namun, tidak sedikit yang mengkritik langkah Nadiem menerima tawaran Jokowi mengingat kondisi Gojek yang kini berada dalam tekanan hebat, baik dari sisi persaingan maupun ekspektasi investor.
Konsultan dan pengamat bisnis Yodhia Antariksa berkicau melalui akun Twitternya @strategi_bisnis mengatakan investor harusnya kurang happy dengan berita Nadiem menjadi menteri. Alasannya, saat ini Gojek benar-benar butuh fokus agar tidak tersalip pesaingnya. Menurut Yodhia, saat ini market share Grab sudah 60% dan jika rencana Grab menggabungkan Dana dan Ovo terwujud maka Gopay bisa limbung. Intinya, di mata investor, posisi CEO Gojek lebih krusial daripada posisi menteri.
Dengan pengalamannya sebagai konsultan bisnis yang menangani banyak perusahaan, Yodhia menilai sekarang Gojek butuh fokus yang amat tinggi. Kepergian Nadiem menjadi menteri hampir pasti akan mengganggu kelancaran operasi Gojek. “Investor sudah tanamkan triliunan lalu founder dan CEO resign, memilih jadi menteri. Rasanya kurang afdol,” papar Yodhia.
Saat ini Gojek sejatinya berada pada titik kritis. Menurut Yodhia, jika lengah, kelanjutan bisnis Gojek bisa terancam. Keputusan Nadiem menerima jabatan menteri adalah keputusan yang sangat berisiko.
“Harapannya, CEO baru Gojek yang akan menggantikan Nadiem memang benar-benar kapabel. Valuasi Gojek saat ini sudah Rp 100 triliun lebih. Sayang sekali jika kinerja mereka menurun hanya karena iming-iming jabatan menteri,” ujar alumni manajemen dari Texas A & M University, Amerika Serikat, ini.
Menurut Yodhia, hingga saat ini road to profitability Gojek masih belum jelas. Baru Gofood yang menghasilkan uang. Goride belum jelas, Gopay masih bakar uang dan sekarang agak stagnan setelah promo cashback usai. Masa depan Gojek masih jauh dari kepastian.
Saat masa depan Gojek masih sangat rentan, tanya Yodhia, mengapa founder-nya malah memilih resign hanya demi jabatan menteri? Kehadiran founder/CEO sesungguhnya amat dibutuhkan di saat kritis seperti ini.
“Apa boleh buat. Keputusan sudah diambil. Good luck, Kang Nadiem!” Yodhia menutup kicauannya.
Bukan hanya dari kalangan startup dan investor, pengemudi ojek online (ojol) pun keberatan dengan masuknya Nadiem ke kabinet. Ketua Presidium Nasional Gabungan Aksi Roda Dua (Garda) Igun Wicaksono, seperti dikutip Detikfinance, menyatakan akan mengerahkan massa jika Nadiem menerima pinangan Jokowi. Alasannya, kondisi pengemudi belum sejahtera sehingga harusnya Nadiem fokus mengelola Gojek dan mencari cara lebih mensejahterakan pengemudi ojol.
“Si Nadiem harus mengkaji, di belakang ada mitra ojol yang belum sejahtera. Bagaimana mensejahterakan rakyat Indonesia apabila korporasi sendiri belum mensejahterakan mitranya?” tanya Igun.
Konsultan dan pengamat bisnis Yodhia Antariksa berkicau melalui akun Twitternya @strategi_bisnis mengatakan investor harusnya kurang happy dengan berita Nadiem menjadi menteri. Alasannya, saat ini Gojek benar-benar butuh fokus agar tidak tersalip pesaingnya. Menurut Yodhia, saat ini market share Grab sudah 60% dan jika rencana Grab menggabungkan Dana dan Ovo terwujud maka Gopay bisa limbung. Intinya, di mata investor, posisi CEO Gojek lebih krusial daripada posisi menteri.
Dengan pengalamannya sebagai konsultan bisnis yang menangani banyak perusahaan, Yodhia menilai sekarang Gojek butuh fokus yang amat tinggi. Kepergian Nadiem menjadi menteri hampir pasti akan mengganggu kelancaran operasi Gojek. “Investor sudah tanamkan triliunan lalu founder dan CEO resign, memilih jadi menteri. Rasanya kurang afdol,” papar Yodhia.
Saat ini Gojek sejatinya berada pada titik kritis. Menurut Yodhia, jika lengah, kelanjutan bisnis Gojek bisa terancam. Keputusan Nadiem menerima jabatan menteri adalah keputusan yang sangat berisiko.
“Harapannya, CEO baru Gojek yang akan menggantikan Nadiem memang benar-benar kapabel. Valuasi Gojek saat ini sudah Rp 100 triliun lebih. Sayang sekali jika kinerja mereka menurun hanya karena iming-iming jabatan menteri,” ujar alumni manajemen dari Texas A & M University, Amerika Serikat, ini.
Menurut Yodhia, hingga saat ini road to profitability Gojek masih belum jelas. Baru Gofood yang menghasilkan uang. Goride belum jelas, Gopay masih bakar uang dan sekarang agak stagnan setelah promo cashback usai. Masa depan Gojek masih jauh dari kepastian.
Saat masa depan Gojek masih sangat rentan, tanya Yodhia, mengapa founder-nya malah memilih resign hanya demi jabatan menteri? Kehadiran founder/CEO sesungguhnya amat dibutuhkan di saat kritis seperti ini.
“Apa boleh buat. Keputusan sudah diambil. Good luck, Kang Nadiem!” Yodhia menutup kicauannya.
Bukan hanya dari kalangan startup dan investor, pengemudi ojek online (ojol) pun keberatan dengan masuknya Nadiem ke kabinet. Ketua Presidium Nasional Gabungan Aksi Roda Dua (Garda) Igun Wicaksono, seperti dikutip Detikfinance, menyatakan akan mengerahkan massa jika Nadiem menerima pinangan Jokowi. Alasannya, kondisi pengemudi belum sejahtera sehingga harusnya Nadiem fokus mengelola Gojek dan mencari cara lebih mensejahterakan pengemudi ojol.
“Si Nadiem harus mengkaji, di belakang ada mitra ojol yang belum sejahtera. Bagaimana mensejahterakan rakyat Indonesia apabila korporasi sendiri belum mensejahterakan mitranya?” tanya Igun.
(wbs)