Mengenal Lebih Dekat Lima Startup Unicorn Asal Indonesia
A
A
A
JAKARTA - Dalam laporan riset CB Insights, Indonesia tercatat memiliki lima startup yang menyandang gelar unicorn. Satu di antaranya bahkan telah menyandang gelar decacorn.
Sekadar informasi, penggunaan istilah unicorn ini merujuk kepada startup yang sudah memiliki valuasi senilai USD1 miliar atau sekitar Rp13,1 triliun lebih. Sedangkan decacorn adalah sebutan bagi startup dengan nilai valuasi lebih dari USD10 miliar.
Berikut daftar starup unicorn di Tanah Air:
1. Gojek
Perusahan besutan Nadiem Makarim ini dikutip dari data CB Insights, Jumat (4/10/2019), memiliki valuasi USD10 miliar atau Rp141 triliun lebih.
Perusahaan sudah menyandang status unicorn sejak 4 Agustus 2016. Status tersebut disandang Gojek sekitar enam tahun sejak didirikan pada 2010.
Tapi jika melihat nilai valuasi Gojek yang sudah mencapai USD10 miliar, rasanya startup tersebut sudah bisa naik kelas menjadi decacorn.
Gojek sendiri mendapatkan kucuran dana dari berbagai investor, seperti Formation Group, Sequoia Capital India, Warburg Pincus, Mitsubishi Motors, Google, Tencent, dan lainnya.
Gojek sendiri awalnya hanya melayani angkutan jasa ojek melalui pemesanan online. Lantas Gojek melebarkan sayap dengan menambah beberapa fasilitas baru seperti, Go-Send, Go-Ride, Go-Food, Go-Box, Go-Clean, Go-Glam, Go-Massage, dan masih banyak lagi.
2. Tokopedia
Platform e-commerce besutan William Tanuwijaya dan Leontinus Alpha Edison, Tokopedia, pertama kali meluncur pada 6 Februari 2009. Hingga saat ini perusahaan memiliki valuasi USD7 miliar atau sekitar Rp99 triliun.
Tokopedia tercatat menjadi unicorn pada 12 Desember 2018. Perusahaan mendapat kucuran dana yang diraih dari investor seperti SoftBankGroup, Alibaba Group, Sequoia Capital India.
3. Traveloka
Derianto Kusuma, Ferry Unardi, dan Albert Zhang pertama kali meluncurkan Traveloka pada Februari 2012. Traveloka lahir dengan fungsi awal search enginee untuk membndingkan harga tiket pesawat dari berbagai situs lain.
Namun seiring berjalannya waktu mereka berubah menjadi platform yang menyediakan tempat pemesanan tiket pesawat, kereta api, hotel hingga bus dan rental mobil.
Tercatat dalam sisuts CB Insights, Traveloka telah menjadi unicorn sejak 28 Juli 2017. Dengan kucuran dana yang didapatkan dari para investor seperti Global Founders Capital, East Ventures, Expedia Inc. Nilai valuasi terakhir Traveloka mencapai USD2 miliar atau Rp28 triliun.
4. Bukalapak
Bukalapak merupakan perusahaan e-commerce Indonesia berbasis marketplace C2C yang berfokus pada pemberdayaan Usaha Kecil Menengah yang didirikan oleh Achmad Zaky. Bukalapak telah didapuk menjadi unicorn pada 16 November 2017 lalu dengan nilai valuasi USD1 miliar atau sekitar Rp13 triliun.
Adapun para investor yang mengucurkan dana untuk e-commerce ini antara lain, 500 Startups, Batavia Incubator, dan Emtek Group.
5. OVO
Startup dalam bidang finansial teknologi ini baru saja menyandang status startup unicorn di Indonesia sejak 14 Maret lalu. Dengan nilai valuasi USD2,9 miliar atau sekitar Rp40,9 triliun.
Kini PT Visionet Internasional (OVO) dinahkodai oleh Jason Thompson sebagai CEO. Ia menggantikan Adrian Suherman yang kini duduk di posisi Presiden Direktur OVO.
Sekadar informasi, penggunaan istilah unicorn ini merujuk kepada startup yang sudah memiliki valuasi senilai USD1 miliar atau sekitar Rp13,1 triliun lebih. Sedangkan decacorn adalah sebutan bagi startup dengan nilai valuasi lebih dari USD10 miliar.
Berikut daftar starup unicorn di Tanah Air:
1. Gojek
Perusahan besutan Nadiem Makarim ini dikutip dari data CB Insights, Jumat (4/10/2019), memiliki valuasi USD10 miliar atau Rp141 triliun lebih.
Perusahaan sudah menyandang status unicorn sejak 4 Agustus 2016. Status tersebut disandang Gojek sekitar enam tahun sejak didirikan pada 2010.
Tapi jika melihat nilai valuasi Gojek yang sudah mencapai USD10 miliar, rasanya startup tersebut sudah bisa naik kelas menjadi decacorn.
Gojek sendiri mendapatkan kucuran dana dari berbagai investor, seperti Formation Group, Sequoia Capital India, Warburg Pincus, Mitsubishi Motors, Google, Tencent, dan lainnya.
Gojek sendiri awalnya hanya melayani angkutan jasa ojek melalui pemesanan online. Lantas Gojek melebarkan sayap dengan menambah beberapa fasilitas baru seperti, Go-Send, Go-Ride, Go-Food, Go-Box, Go-Clean, Go-Glam, Go-Massage, dan masih banyak lagi.
2. Tokopedia
Platform e-commerce besutan William Tanuwijaya dan Leontinus Alpha Edison, Tokopedia, pertama kali meluncur pada 6 Februari 2009. Hingga saat ini perusahaan memiliki valuasi USD7 miliar atau sekitar Rp99 triliun.
Tokopedia tercatat menjadi unicorn pada 12 Desember 2018. Perusahaan mendapat kucuran dana yang diraih dari investor seperti SoftBankGroup, Alibaba Group, Sequoia Capital India.
3. Traveloka
Derianto Kusuma, Ferry Unardi, dan Albert Zhang pertama kali meluncurkan Traveloka pada Februari 2012. Traveloka lahir dengan fungsi awal search enginee untuk membndingkan harga tiket pesawat dari berbagai situs lain.
Namun seiring berjalannya waktu mereka berubah menjadi platform yang menyediakan tempat pemesanan tiket pesawat, kereta api, hotel hingga bus dan rental mobil.
Tercatat dalam sisuts CB Insights, Traveloka telah menjadi unicorn sejak 28 Juli 2017. Dengan kucuran dana yang didapatkan dari para investor seperti Global Founders Capital, East Ventures, Expedia Inc. Nilai valuasi terakhir Traveloka mencapai USD2 miliar atau Rp28 triliun.
4. Bukalapak
Bukalapak merupakan perusahaan e-commerce Indonesia berbasis marketplace C2C yang berfokus pada pemberdayaan Usaha Kecil Menengah yang didirikan oleh Achmad Zaky. Bukalapak telah didapuk menjadi unicorn pada 16 November 2017 lalu dengan nilai valuasi USD1 miliar atau sekitar Rp13 triliun.
Adapun para investor yang mengucurkan dana untuk e-commerce ini antara lain, 500 Startups, Batavia Incubator, dan Emtek Group.
5. OVO
Startup dalam bidang finansial teknologi ini baru saja menyandang status startup unicorn di Indonesia sejak 14 Maret lalu. Dengan nilai valuasi USD2,9 miliar atau sekitar Rp40,9 triliun.
Kini PT Visionet Internasional (OVO) dinahkodai oleh Jason Thompson sebagai CEO. Ia menggantikan Adrian Suherman yang kini duduk di posisi Presiden Direktur OVO.
(mim)