iPhone 11 Minim Inovasi dan Fitur
A
A
A
DIRILISNYA iPhone 11 di markas Apple di Cupertino, California, Rabu (11/9), berujung kekecewaan. Bahkan, ejekan dari warganet. Selain prosesor lebih cepat dan penambahan satu lensa kamera, tidak ada pembaruan sama sekali yang ditawarkan Apple.
iPhone 11 dirilis dalam 3 varian, yakni iPhone 11, iPhone 11 Pro, dan iPhone 11 Pro Max. Harga model terendah iPhone 11 bahkan lebih murah USD50 dibanding model tahun lalu, iPhone XR, ketika pertama rilis. Ini yang pertama bagi Apple. Tapi, itu tidak membuat iPhone 11 luput dari ejekan. Warganet menyoroti minimnya pembaruan dan inovasi yang ada di ponsel tersebut.
"Tidak ada kejutan di fitur. Hanya penambahan kamera. Justru kejutan datang dari harga iPhone baru yang lebih murah dibanding sebelumnya," kata Park Sung-soon, analis Cape Investment & Securities di Seoul. iPhone 11 juga dikritisi karena tidak memiliki fitur 5G.
Di Indonesia, fitur ini memang tidak penting. Tapi, Apple punya pasar sangat besar di China, Korea Selatan, Amerika, dan Eropa yang sudah menggelar jaringan 5G. Ini bisa jadi masalah mengingat pabrikan seperti Samsung atau Huawei sudah memiliki varian ponsel 5G. Lembaga riset Counterpoint menyebut bahwa harga Apple tetap mahal jika dibanding rival mereka.
Ditambah absennya 5G, iPhone semakin tidak menarik. Bahkan, di China diprediksi penjualan iPhone hanya 30-35 juta pada 2019, 50 persen lebih sedikit dibanding penjualan 2015 yang mencapai 63 juta unit.
Menurut Canalys, market share Apple turun di Korea dan China. Bahkan, di India ketika Apple berpotensi tumbuh, reaksi terhadap iPhone 11 tergolong adem ayem. Direktur Riset IDC India Navkendar Singh mengatakan, iPhone 11 tidak memberikan alasan yang cukup bagi konsumen untuk berganti ponsel. “Kalau bermodal satu tambahan lensa baru, tidak akan cukup," katanya.
Apa Keunggulan iPhone 11?
iPhone 11 memang memiliki sejumlah fitur baru. Pertama, prosesor Apple A13 Bionic yang sedikit lebih cepat. Kemudian, kaca yang sedikit lebih kokoh. Fitur Face ID yang sedikit lebih baik. Juga, baterai iPhone 11 yang diklaim 4 jam lebih lama dibanding iPhone XS. Kemudian, ada beberapa warna baru seperti “midnight green”. Namun, pengguna belum bisa melakukan charging nirkabel headphone di bagian belakang seperti yang dilakukan Samsung S10 dan Note 10. Tidak juga mendukung jaringan supercepat 5G.
Juga, tidak ada headphone jack (bagi sebagian orang penting) dan konektor USB-C yang sudah umum dipakai. Dari situ, bisa disimpulkan bahwa daya jual utama iPhone 11 ada di kameranya. Tapi, cukupkah kamera mendorong konsumen untuk berganti ponsel? Pertama-tama bisa dilihat dari desain yang mendapat banyak kritik. Desain tiga kamera iPhone 11 tidak lagi membuat ponsel tersebut tampil elegan. Banyak meme yang menyebutnya seperti kompor listrik. Selain ukurannya sangat besar, menonjol, juga rentan tergores.
Ada tiga lensa di iPhone 11 Pro, yakni 12 MP, f/1.8, wide, PDAF OIS dan 12 MP, f/2.4, ultrawide, dan 12 MP, f/2.0, telefoto 2x optical zoom. Penambahan baru lainnya ada di kamera depan 12 megapiksel, f/2.2, TrueDepth Camera. Kini ada fitur slow-motion selfies atau “slofies”. Ke - cuali Anda berambut panjang, penggemar selfie, dan pengguna TikTok, mungkin slofies tidak terlalu berguna. Satu-satunya fitur yang mungkin berfaedah adalah Night Mode yang otomatis aktif. Night Mode adalah fitur yang dibanggakan Huawei P30. Samsung Galaxy S10 dan Note 10 juga sudah memilikinya. iPhone 11 bisa dibilang yang terakhir. Strategi tiga kamera mengikuti strategi Samsung Galaxy, bukan Oppo Reno yang fokus di zoom. iPhone 11 kini bisa mengambil gambar wide, zoom, dan ultrawide.
Meski, pengguna Samsung sudah merasakan ketiga kamera ini lewat S10 pada awal 2019. Nah, yang menarik adalah fitur rekam video yang bisa merekam dari tiga lensa sekaligus secara bersamaan. Apple sangat membanggakan fitur ini. Dan hasil contoh rekamnya memang sangat bagus di low light. Tapi, tetap saja ada netizen yang mengkritik, "Kami tidak butuh ponsel dengan kamera film. Yang kami butuhkan adalah fitur-fitur baru yang fungsional."
Sayangnya, Apple juga tidak memiliki fitur super steady seperti Samsung agar hasil rekam video tidak goyang. Soal foto, Apple memberikan gimmick berupa moda Deep Fusion yang memakai kecerdasan buatan untuk meningkatkan detail dan warna di foto.
Caranya, iPhone 11 mengambil empat foto long exposure dan empat foto short exposure sebelum menekan tombol shutter. Lalu, satu foto lagi saat menekan tombol. Kemudian software menggabungkan nya jadi satu. Klaimnya, dengan cara ini noise bisa dikurangi dan hasilnya sangat tajam. Apple, mulanya menjadi rujukan terhadap ponsel premium. Mereka lah yang "membuka jalan" bagaimana konsumen rela membayar sangat mahal untuk sebuah ponsel. Tapi, dengan harga iPhone 11 yang lebih murah dibanding model sebelumnya, ikut menegaskan bahwa mereka sudah ketinggalan dibanding kompetitor.
"Ya, konsumen menganggap kamera sangat penting. Tapi, itu juga mengapa Samsung dan Huawei menga lahkan Apple," ujar Patrick Moorhead, analis Moor Insights & Strategy. "Apple seperti keteteran untuk menyusul kompetitor," tambahnya.
Toh begitu, analis memprediksi Apple tetap akan menjual lebih dari 200 juta unit iPhone pada 2020. Bisa jadi, karena pembeli iPhone bukan membeli karena fitur. Mereka merasa harus memiliki iPhone terbaru, dengan segala kelebihan dan kekurangannya. (Danang Arradian)
iPhone 11 dirilis dalam 3 varian, yakni iPhone 11, iPhone 11 Pro, dan iPhone 11 Pro Max. Harga model terendah iPhone 11 bahkan lebih murah USD50 dibanding model tahun lalu, iPhone XR, ketika pertama rilis. Ini yang pertama bagi Apple. Tapi, itu tidak membuat iPhone 11 luput dari ejekan. Warganet menyoroti minimnya pembaruan dan inovasi yang ada di ponsel tersebut.
"Tidak ada kejutan di fitur. Hanya penambahan kamera. Justru kejutan datang dari harga iPhone baru yang lebih murah dibanding sebelumnya," kata Park Sung-soon, analis Cape Investment & Securities di Seoul. iPhone 11 juga dikritisi karena tidak memiliki fitur 5G.
Di Indonesia, fitur ini memang tidak penting. Tapi, Apple punya pasar sangat besar di China, Korea Selatan, Amerika, dan Eropa yang sudah menggelar jaringan 5G. Ini bisa jadi masalah mengingat pabrikan seperti Samsung atau Huawei sudah memiliki varian ponsel 5G. Lembaga riset Counterpoint menyebut bahwa harga Apple tetap mahal jika dibanding rival mereka.
Ditambah absennya 5G, iPhone semakin tidak menarik. Bahkan, di China diprediksi penjualan iPhone hanya 30-35 juta pada 2019, 50 persen lebih sedikit dibanding penjualan 2015 yang mencapai 63 juta unit.
Menurut Canalys, market share Apple turun di Korea dan China. Bahkan, di India ketika Apple berpotensi tumbuh, reaksi terhadap iPhone 11 tergolong adem ayem. Direktur Riset IDC India Navkendar Singh mengatakan, iPhone 11 tidak memberikan alasan yang cukup bagi konsumen untuk berganti ponsel. “Kalau bermodal satu tambahan lensa baru, tidak akan cukup," katanya.
Apa Keunggulan iPhone 11?
iPhone 11 memang memiliki sejumlah fitur baru. Pertama, prosesor Apple A13 Bionic yang sedikit lebih cepat. Kemudian, kaca yang sedikit lebih kokoh. Fitur Face ID yang sedikit lebih baik. Juga, baterai iPhone 11 yang diklaim 4 jam lebih lama dibanding iPhone XS. Kemudian, ada beberapa warna baru seperti “midnight green”. Namun, pengguna belum bisa melakukan charging nirkabel headphone di bagian belakang seperti yang dilakukan Samsung S10 dan Note 10. Tidak juga mendukung jaringan supercepat 5G.
Juga, tidak ada headphone jack (bagi sebagian orang penting) dan konektor USB-C yang sudah umum dipakai. Dari situ, bisa disimpulkan bahwa daya jual utama iPhone 11 ada di kameranya. Tapi, cukupkah kamera mendorong konsumen untuk berganti ponsel? Pertama-tama bisa dilihat dari desain yang mendapat banyak kritik. Desain tiga kamera iPhone 11 tidak lagi membuat ponsel tersebut tampil elegan. Banyak meme yang menyebutnya seperti kompor listrik. Selain ukurannya sangat besar, menonjol, juga rentan tergores.
Ada tiga lensa di iPhone 11 Pro, yakni 12 MP, f/1.8, wide, PDAF OIS dan 12 MP, f/2.4, ultrawide, dan 12 MP, f/2.0, telefoto 2x optical zoom. Penambahan baru lainnya ada di kamera depan 12 megapiksel, f/2.2, TrueDepth Camera. Kini ada fitur slow-motion selfies atau “slofies”. Ke - cuali Anda berambut panjang, penggemar selfie, dan pengguna TikTok, mungkin slofies tidak terlalu berguna. Satu-satunya fitur yang mungkin berfaedah adalah Night Mode yang otomatis aktif. Night Mode adalah fitur yang dibanggakan Huawei P30. Samsung Galaxy S10 dan Note 10 juga sudah memilikinya. iPhone 11 bisa dibilang yang terakhir. Strategi tiga kamera mengikuti strategi Samsung Galaxy, bukan Oppo Reno yang fokus di zoom. iPhone 11 kini bisa mengambil gambar wide, zoom, dan ultrawide.
Meski, pengguna Samsung sudah merasakan ketiga kamera ini lewat S10 pada awal 2019. Nah, yang menarik adalah fitur rekam video yang bisa merekam dari tiga lensa sekaligus secara bersamaan. Apple sangat membanggakan fitur ini. Dan hasil contoh rekamnya memang sangat bagus di low light. Tapi, tetap saja ada netizen yang mengkritik, "Kami tidak butuh ponsel dengan kamera film. Yang kami butuhkan adalah fitur-fitur baru yang fungsional."
Sayangnya, Apple juga tidak memiliki fitur super steady seperti Samsung agar hasil rekam video tidak goyang. Soal foto, Apple memberikan gimmick berupa moda Deep Fusion yang memakai kecerdasan buatan untuk meningkatkan detail dan warna di foto.
Caranya, iPhone 11 mengambil empat foto long exposure dan empat foto short exposure sebelum menekan tombol shutter. Lalu, satu foto lagi saat menekan tombol. Kemudian software menggabungkan nya jadi satu. Klaimnya, dengan cara ini noise bisa dikurangi dan hasilnya sangat tajam. Apple, mulanya menjadi rujukan terhadap ponsel premium. Mereka lah yang "membuka jalan" bagaimana konsumen rela membayar sangat mahal untuk sebuah ponsel. Tapi, dengan harga iPhone 11 yang lebih murah dibanding model sebelumnya, ikut menegaskan bahwa mereka sudah ketinggalan dibanding kompetitor.
"Ya, konsumen menganggap kamera sangat penting. Tapi, itu juga mengapa Samsung dan Huawei menga lahkan Apple," ujar Patrick Moorhead, analis Moor Insights & Strategy. "Apple seperti keteteran untuk menyusul kompetitor," tambahnya.
Toh begitu, analis memprediksi Apple tetap akan menjual lebih dari 200 juta unit iPhone pada 2020. Bisa jadi, karena pembeli iPhone bukan membeli karena fitur. Mereka merasa harus memiliki iPhone terbaru, dengan segala kelebihan dan kekurangannya. (Danang Arradian)
(nfl)