Cyber Crime Tinggi, Indonesia Wajib Tingkatkan Cyber Security

Sabtu, 14 September 2019 - 15:00 WIB
Cyber Crime Tinggi,...
Cyber Crime Tinggi, Indonesia Wajib Tingkatkan Cyber Security
A A A
JAKARTA - Digital security menjadi persoalan penting yang dihadapi Indonesia saat ini. Sepanjang 2018, Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) mencatat ada 225,9 juta serangan siber yang terjadi di Tanah Air.Sebanyak 40% di antaranya masuk ke dalam kategori serangan Malware. Menurut Communication & Information System Security Research Center (CISSRec), serangan ini telah merugikan ekonomi Indonesia hingga Rp400 triliun.

Sebagai negara yang saat ini sedang berkembang pesat dalam ekonomi digital, persoalan ini perlu diselesaikan agar perkembangan ekonomi digital Indonesia dapat tumbuh secara optimal. Menurut Sry Aprina, Team Leader PT Virtus Technology Indonesia (VTI) untuk solusi di Network Security, perkembangan teknologi digital saat ini membuat lanskap teknolgi informasi (TI) secara keseluruhan menjadi semakin kompleks.“Kompleksitas ini tentu menjadi tantangan tersendiri untuk para pelaku bisnis di bidang TI di Indonesia,” kata Sri Aprina dalam customer gatherng bertema Cyber Security Threat Monitoring Based on ArcSight SIEM di Jakarta.

Untuk itu, Micro Focus Software, sebagai salah satu perusahaan global di bidang keamanan sistem informasi, menyelenggarakan acara tersebut sebagai bentuk dukungannya dalam meningkatkan digital security di Indonesia. Kegiatan ini pun disambut baik oleh pelaku usaha dari beragam bidang. Mulai dari BUMN, perbankan, jasa keuangan, asuransi, kontraktor sipil dan bangunan, pengembang properti, juga universitas.

Even tahunan yang diselenggarakan oleh Micro Focus tahun ini menggandeng PT Korelasi Persada Indonesia (KPI) sebagai salah satu partner untuk bersama-sama menyediakan layanan keamanan siber di Indonesia. Dengan mengangkat tajuk Cyber Security Threat Monitoring (CSTM), Ong Tee Kok, Partner Business Strategist –South East Asia– Micro Focus, berharap acara dapat memberikan kontribusi dalam mewujudkan keamanan siber bagi masyarakat demi tercapainya kemandirian keamanan siber di Indonesia.

“Salah satu tantangan dalam pembangunan solusi CSTM adalah nilai investasi yang cukup besar pada pengadaan teknologi, pembangunan proses operasional yang optimal, serta pengadaan sumber daya manusia untuk mengoperasikannya," sebut Tee Kok.

Dikatakannya, seringkali kendala keterbatasan kemampuan sumber daya manusia di internal perusahaan menyebabkan CSTM tidak dapat dioperasikan secara secara maksimal. Namun hal ini bisa diatasi dengan platform CSTM yang disediakan oleh KPI.

“Tidak hanya mudah untuk diaplikasikan, sistem layanan berlangganan (subscription based) kami juga dapat memungkinkan pengguna untuk mengeluarkan modal lebih murah dan langsung menyediakan hasil laporan terjadwal dan situasional atas infrastruktur bisnis yang dijalankan oleh pengguna," timpal Paulus Tamba, Chief Technology Officer (CTO) KPI.

Selain itu, Paulus menambahkan, tim teknis KPI juga akan senantiasa menyediakan jasa konsultasi kepada pengguna mengenai rekomendasi kondisi keamanan siber yang dilaporkan. Sebagai perusahaan yang dibangun dengan 100% tenaga kerja asli Indonesia, even tahunan ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam mewujudkan kemandirian keamanan siber, sehingga dapat mendorong pertumbuhan ekonomi digital di Indonesia menjadi lebih progresif lagi.
(mim)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.2101 seconds (0.1#10.140)