Tingkatkan Efisiensi dengan Internet Cerdas pada Produksi Farmasi

Kamis, 05 September 2019 - 23:01 WIB
Tingkatkan Efisiensi...
Tingkatkan Efisiensi dengan Internet Cerdas pada Produksi Farmasi
A A A
BANDUNG - PT Kimia Farma bersama PT Telekomunikasi Indonesia (Telkom) menerapkan penggunaan Internet of Things (IoT) atau internet cerdas untuk menunjang mesin-mesin pembuat obat. Penggunaan IoT diklaim telah meningkatkan efisiensi dan produktivitas produsen obat ini.

General Manager IT PT Kimia Farma, Ervan Belyadi Suryadi mengatakan, Kimia Farma mengoperasikan dua pabrik dari total sebelas pabrik PT Kimia Farma berlokasi di Cikarang (Kabupaten Bekasi) dan Banjaran (Kab Bandung). Pabrik Cikarang yang fokus produksi bahan baku dan Banjaran untuk produksi obat terbukti mampu digenjot dengan implementasi IoT tadi.

Engineer PT Telkom sendiri bertindak sebagai implementator dan konsultan dari mesin cerdas, seraya proses pengetahuan dilakukan kepada Divisi Teknologi Informasi PT Kimia Farma. Karenanya, pengembangan IoT ke depan bisa dilakukan sendiri oleh BUMN Farmasi tersebut.

"Faktanya memang kerjasama ini berhasil meningkatkan produksi dengan parameter kualitas lebih baik di dua pabrik kami. Ini terjadi karena support dari Telkom sangat solutif dan militan, demikian pula dengan tim kami," katanya dalam siaran persnya, Kamis (5/9/2019).

Bahkan, kata dia, sinergi Internet of Things (IoT) dua BUMN, PT Kimia Farma dan PT Telkom berhasil mengukir prestasi terbaik level Asia Tenggara oleh Asia IoT Business Platform kategori Enterprise Innovation Award. Atas keberhasilan itu, mereka akan diundang memamerkan proyek transformasi digital tersebut di Singapura pada Februari 2020 nanti bersama perwakilan dari Malaysia, Thailand, Filipina, Vietnam, dan lainnya.

Direktur IoT Business Platform PT Telkom Irza Suprapto mengatakan, parameter produksi pabrik bisa dilihat secara real time seperti kapasitas produksi dan suhu, kelembaban dan tekanan ruangan, melalui aplikasi dashboard yang bisa diakses dari mana saja. Secara simultan, notifikasi peringatan (alert) atas proses produksi juga dikirimkan seketika ke surel maupun layanan pesan instan Telegram.

Bahkan, instalasi pada mesin-mesin produksi tersebut kelak akan menghadirkan kemampuan analisa dan prediktif, sehingga mesin menginformasikan sendiri kondisi mesin sekaligus waktu perbaikan ideal.

Karenanya, sumber daya manusia (SDM) perusahaan tidak harus berjumlah banyak dan siaga di depan mesin produksi seperti sebelumnya. PT Kimia Farma menilai hal ini membuat SDM eksisting bisa dialihkan kepada penugasan lainnya yang sama signifikan.

"Implementasi ini juga, sekalipun tahap awal, sudah kami rasakan mampu mendorong pencapaian produksi sesuai dengan standar yang diterapkan BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan) dan standar global. Ini bisa dicapai dengan lebih cepat namun akurat melalui mesin IoT ini," katanya.

Ervan mencontohkan, standar purifikasi air dalam produksi, lebih terdeteksi dengan akurat dan cepat setelah penerapan mesin cerdas ini. Sesuatu yang sebelumnya harus dipantau secara manual oleh mata manusia seraya hasil tidak seakurat mesin cerdas.

Melalui cara ini, kata dia, BPP (Biaya Pokok Produksi) industri pun relatif terjaga sekalipun perusahaan di awal memang harus investasi mesin baru yang dilengkapi banyak sensor khas teknologi IoT dibandingkan mesin-mesin sebelumnya.

"Sejauh ini evaluasi kami lihat semua sudah sesuai keinginan direksi, bahwa transformasi digital adalah keniscayaan di zaman sekarang agar tetap bersaing. Kami tidak berhenti, kami akan terus kembangkan ini bersama kawan-kawan dari PT Telkom untuk fase berikutnya," sambungnya. Arif budianto
(wbs)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.2220 seconds (0.1#10.140)