7 Kebocoran Data yang Hebohkan Dunia

Jum'at, 28 Juni 2019 - 17:06 WIB
7 Kebocoran Data yang...
7 Kebocoran Data yang Hebohkan Dunia
A A A
JAKARTA - Era digital memang membuat hidup lebih mudah. Internet pun menjadi tempat di mana masyarakat bisa mengakses segala informasi, bermain media sosial dan lain sebagainya.

Namun tak bisa dipungkiri keberadaan internet juga menjadi celah bagi pihak yang ingin mencuri data berupa informasi pribadi kita yang banyak tersimpan secara digital.

Kasus kebocoran data pun seringkali terjadi. Bahkan beberapa perusahaan mengakui serangan yang dilakukan hacker tercatat tak pernah berhenti setiap harinya demi membobol sistem atau bahkan mencuri data pribadi pelanggan.

Berikut 7 kasus kebocoran data kontroversial yang SINDOnews himpun dari berbagai sumber:

1. Facebook Cambridge Analytica


Setahun belakangan ramai diperbincangkan soal kebocoran data puluhan juta pengguna Facebook di seluruh dunia dalam skandal kasus Cambridge Analytica.

87 juta pengguna Facebook, termasuk lebih dari satu juta dari Indonesia datanya diambil oleh Cambridge Analytica.

Bermula dari kesepakatan yang disetujui, Facebook mengizinkan aplikasi yang dikembangkan Global Science Research mengumpulkan ribuan data pengguna dengan alasan riset akademis.

Namun aplikasi itu ternyata malah mengambil data jutaan pengguna berdasarkan pertemanan di Facebook.

Sanksi pun tak dapat dihindari, Komisi Informasi Inggris atau Information Commissioner's Office (ICO) menjatuhkan denda sebesar 500 ribu poundsterling atau sekitar Rp10 miliar kepada Facebook.

Denda ini dikeluarkan karena platform tersebut terbukti lalai menjaga data dan informasi penggunanya. ICO menemukan bahwa Facebook membiarkan pihak ketiga untuk mengakses data dan informasi pengguna mereka.

Parahnya lagi data yang diperoleh Cambridge Analytica tak hanya untuk dikonsumsi sendiri namun juga dibagikan ke SCL Group.

Sekedar informasi, Cambridge Analytica merupakan cabang perusahaan yang berinduk pada Strategic Communication Laboratories Group (SCL Group). SCL diketahui sebagai perusahaan pengolahan yang berafiliasi dengan kampanye iklan Donald Trump pada 2016.

2. Yahoo

Pada 2013 lalu Yahoo mengakui adanya inseden kebocoran daya pelanggannya. Saat itu perusahaan menyebutkan bahwa jumlah data yang bocor sektiar satu miliar.

Namun pada 2017 mereka menyatakan bahwa hacker telah berhasil mebobol tiga milihar akun Yahoo. Pelanggaran data itu tak hanya berdampak pada pengguna email Yahoo! namun juga pengguna layanan Flickr, dan fantasy sports.

Alhasil, perusahaan yang berkantor pusat di Sunnyvale, California, AS itu juga diwajibkan membayar ganti rugi atas kasus kebocoran data epnggunanya sebesar US$50 juta atau sekitar RP760 miliar.

Serta memberikan layanan pengawasan selama kurang lebih dua tahun untuk sekitar 200 juta pengguna yang informasi pribadinya diretas.

3. OPM

The United States Office of Personnel Management (OPM) mengumumkan telah terjadi peretasan yang dilakukan dengan metode yang canggih dan berhasil mengakses sistem secara illegal.

Sebagai dampak dari serangan tersebut OPM mengalami kebocoran sejumlah empat juta yang kemudian direvisi oleh direktur FBI James Comey menjadi 18 juta.

Beberapa saat setelah kejadian, diyakini jumlah total data pegawai pemerintah Amerika yang terdampak serangan tersebut berjumlah 21.5 juta, sekaligus menjadi kasus kebocoran data terbesar dalam sejarah AS

Adapun data yang bocor tersebut meliputi nama, tanggal lahir, berbagai bentuk alamat baik alamat pos maupun email, dan social security number milik semua staff. Disamping itu ada lebih dari lima juta sidik jari dan dokumentasi security clearance yang ikut melayang.

OPM sendiri merupakan sebuah lembaga independen didalam struktur pemerintah Amerika yang tugasnya diantaranya adalah mengelola lapangan kerja pemerintah untuk diteruskan ke masyarakat pemerintah federal.

Singkatnya OPM memiliki banyak pribadi pekerja pemerintah Amerika dan uang baik milik pemerintah maupun milik pekerja.

4. Uber

Perusahaan teknologi ride hsaring Uber mengalami kasus kebocoran data pada 2017 lalu. Dalam laporan Bloomberg, Uber terkena serangan peretasan terhadap data pribadi 50 juta pengguna dan 7 juta pengemudi Uber.

Data-data itu mencakup nama, nomor telepon, email, serta 600 ribu nomor SIM pengemudi mereka, raib dicuri peretas.

Setelah dilakukan penyelidikan oleh Jaksa Agung New York, Eric Schneiderman, aksi peretasan ini tak terjadi dalam beberapa hari. Bahkan peretasan ini sebetulnya sudah hampir terjadi sejak Oktober 2016.

5. Google Plus

Google Plus akan resmi ditutup pada Agustus 2019.
Alphabet Inc, induk perusahaan Google menutup layanan jejaring sosial Google+ karena dugaan kebocoran data sebanyak 500 ribu pengguna.

Masalah ini ditemukan pada Maret lalu sebagai bagian dari tinjauan tentang bagaimana Google berbagi data dengan aplikasi lain.

Google mengatakan dalam posting blog resminya tidak ada pengembang yang mengeksploitasi kerentanan atau data yang disalahgunakan.

The Wall Street Journal melaporkan sebelumnya bahwa Google memilih untuk tidak mengungkapkan masalah keamanan karena kekhawatiran pengawasan regulasi.

6. Reddit

Pada tahun 2005 hingga 2007 silam, forum diskusi virtual ini dikabarkan ditembus oleh penyusup. Seorang peretas telah berhasil mengakses kredensial dan alamat e-mail pengguna.

Kebocoran data tersebut akibat kerentanan autentikasi dalam perangkat lunak berbasis SMS.

Meski kasus ini telah terjadi satu dekade lalu, Popular Science menyebutkan bahwa pelanggarannya baru ditemukan pada September 2018.

7. British Airways

Sebanyak 380.000 data pribadi dan nomor kartu kredit pelanggan British Airways dilaporkan telah dicuri dari situs dan aplikasi mobile maskapai tersebut.

Kabar tersebut disampikan langsung oleh pihak maskapai melalui situs resminya pada September tahun lalu.

Menurut mereka, pencurian data terjadi antara tanggal 21 Agustus 2018 pukul 22.58 waktu setempat hingga 5 September 2018 pukul 21.45 waktu setempat. Pencurian data ini akan berdampak pada proses reservasi, pembelian tiket dan pemesan lainnya yang dibuat dalam rentang tanggal di atas.
(wbs)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1671 seconds (0.1#10.140)