Kominfo Akui Sempat Kesulitan Lacak Video Masjid Selandia Baru
A
A
A
JAKARTA - Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) mengaku kesulitan melacak video pelaku penembakan keji di Selandia Baru.
Hal tersebut disampaikan oleh Direktur Jenderal Aplikasi Informatika Kominfo, Semuel Abrijani Pangerapan, bahwa terlalu banyak varian video yang telah dimodifikasi, sehingga sulit dibaca oleh mesin pelacak AIS milik Kominfo.
"Varian video banyak, ada yang diubah intinya. Jadi sulit bisa terbaca videonya oleh mesin pelacak," ungkap Semuel di Kantor Kominfo, Jakarta, Rabu (20/3/2019).
Modifikasi video yang ia maksud seperti, perubahan format video, perubahan durasi, hingga penambahan watermark.
Soal machine learning yang Semuel sebut, memiliki cara kerja dengan memberikan satu contoh video agar machine learning dapat mendeteksi video serupa.
Jika video dimodifikasi dengan banyak varian, mesin pelacak akan sulit membaca DNA video yang masuk kategori pelanggaran seperti konten negatif.
"Kalau artificial intelligence (AI) dan machine learning itu pasti mencari yang sama lalu kalau ada di takedown. Karena variannya banyak ada yang diedit, jadi DNA videonya tidak dan butuh waktu lama," kata Semuel.
NamuSemuel meyakinkan bahwa tidak ada masyarakat Indonesia yang menonton video penembakkan secara langsung. Semuel mengklaim pihaknya langsung memblokir video penembakkan ketika ada laporan dari masyarakat Indonesia.
"Kalau kami langsung dapat langsung blokir. Tapi kita dapat ya juga telat dan orang Indonesia tidak ada yang menonton langsung," ujar Semuel.
Hal tersebut disampaikan oleh Direktur Jenderal Aplikasi Informatika Kominfo, Semuel Abrijani Pangerapan, bahwa terlalu banyak varian video yang telah dimodifikasi, sehingga sulit dibaca oleh mesin pelacak AIS milik Kominfo.
"Varian video banyak, ada yang diubah intinya. Jadi sulit bisa terbaca videonya oleh mesin pelacak," ungkap Semuel di Kantor Kominfo, Jakarta, Rabu (20/3/2019).
Modifikasi video yang ia maksud seperti, perubahan format video, perubahan durasi, hingga penambahan watermark.
Soal machine learning yang Semuel sebut, memiliki cara kerja dengan memberikan satu contoh video agar machine learning dapat mendeteksi video serupa.
Jika video dimodifikasi dengan banyak varian, mesin pelacak akan sulit membaca DNA video yang masuk kategori pelanggaran seperti konten negatif.
"Kalau artificial intelligence (AI) dan machine learning itu pasti mencari yang sama lalu kalau ada di takedown. Karena variannya banyak ada yang diedit, jadi DNA videonya tidak dan butuh waktu lama," kata Semuel.
NamuSemuel meyakinkan bahwa tidak ada masyarakat Indonesia yang menonton video penembakkan secara langsung. Semuel mengklaim pihaknya langsung memblokir video penembakkan ketika ada laporan dari masyarakat Indonesia.
"Kalau kami langsung dapat langsung blokir. Tapi kita dapat ya juga telat dan orang Indonesia tidak ada yang menonton langsung," ujar Semuel.
(wbs)