Traveloka Akusisi Pegipegi, Menkominfo Anggap Itu Hal Lumrah
A
A
A
JAKARTA - Salah satu perusahaan teknologi, Traveloka, dikabarkan mengakuisisi tiga perusahaan sejenis, yaitu Pegipegi dari Indoensia, My Tour dari Vietnam dan Travelbook dari Filipina.
Soal akusisi tersebut, Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara, menilai hal tersebut lumrah terjadi. Menurutnya ini merupakan aksi korporasi yang menjadi bagian dari bisnis perusahaan.
"Itu bisnis, boleh-boleh saja. Di Indonesia misalnya perusahaan, dan ini kebetulan unicorn. Model pengembangannya melakukan akuisisi, sebetulnya itu kolaborasi," sebut Rudiantara di Jakarta, Selasa (18/12/2018).
Kemudian, Rudi mencontohkan, raksasa teknologi dunia sekelas Google pun berkembang dengan cara tersebut. "Contoh lainnya Google. Mereka berkembang bukan organik tapi anorganik. Ada karyawan Google resign terus bikin startup. Lalu, fiturnya nempel di Google, bagus lalu diakusisi. Itu sesuatu yang biasa," jelasnya.
Namun, saat disinggung mengenai kemungkinan Traveloka bisa menjadi Decacorn Indonesia, ia pun enggan memberikan komentar. Meskipun dirinya berharap akan ada perusahaan rintisan atau startup Indonesia menjadi Decacorn.
"Mudah-mudahan cepat ada Decacorn. Tahun depan Insya Allah ada, karena tinggal menunggu satu putaran pendanaan lagi," tuturnya.
Decacorn sendiri merupakan sebutan untuk perusahaan yang memiliki valuasi di atas USD 10 miliar. Saat ini sendiri di Indonesia belum ada startup yang berstatus Decacorn, hanya ada beberapa kandidat kuat seperti Gojek, Tokopedia.
Soal akusisi tersebut, Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara, menilai hal tersebut lumrah terjadi. Menurutnya ini merupakan aksi korporasi yang menjadi bagian dari bisnis perusahaan.
"Itu bisnis, boleh-boleh saja. Di Indonesia misalnya perusahaan, dan ini kebetulan unicorn. Model pengembangannya melakukan akuisisi, sebetulnya itu kolaborasi," sebut Rudiantara di Jakarta, Selasa (18/12/2018).
Kemudian, Rudi mencontohkan, raksasa teknologi dunia sekelas Google pun berkembang dengan cara tersebut. "Contoh lainnya Google. Mereka berkembang bukan organik tapi anorganik. Ada karyawan Google resign terus bikin startup. Lalu, fiturnya nempel di Google, bagus lalu diakusisi. Itu sesuatu yang biasa," jelasnya.
Namun, saat disinggung mengenai kemungkinan Traveloka bisa menjadi Decacorn Indonesia, ia pun enggan memberikan komentar. Meskipun dirinya berharap akan ada perusahaan rintisan atau startup Indonesia menjadi Decacorn.
"Mudah-mudahan cepat ada Decacorn. Tahun depan Insya Allah ada, karena tinggal menunggu satu putaran pendanaan lagi," tuturnya.
Decacorn sendiri merupakan sebutan untuk perusahaan yang memiliki valuasi di atas USD 10 miliar. Saat ini sendiri di Indonesia belum ada startup yang berstatus Decacorn, hanya ada beberapa kandidat kuat seperti Gojek, Tokopedia.
(wbs)