Boothcamp Born To Protect Proses Sertifikasi Menuju Dunia Industri

Minggu, 30 September 2018 - 10:40 WIB
Boothcamp Born To Protect...
Boothcamp Born To Protect Proses Sertifikasi Menuju Dunia Industri
A A A
JAKARTA - Born To Protect (BTP) merupakan program dengan aktifitas terpadu menjaring para punggawa "gladiator-gladiator" muda di bidang cyber security. Program digagas oleh Xynexis International dan didukung sepenuhnya oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo).

Kompetisi ini adalah Kompetisi Cyber Security Nasional yang diharapkan setiap tahun bisa menjaring 10.000 kandidat talent Cyber Security Indonesia. Untuk menghimpun bakat-bakat tersebut, audisi Gladiator Cyber Security Born to Protect hadir di 10 kota di Indonesia.

Kegiatan diawali pada 19 Agustus 2017 tahun lalu, dan di akhiri rencananya pada tanggal 6 Oktober 2018 saat penutupan boothcamp. Pelatihan dan training khusus di selenggarakan mulai Tgl 24 September-Oktober 2018 di Diklat Kemenkominfo, Ciputat, Tangsel, Banten.

Peserta bothcamp yang terpilih dan terseleksi dalam audisi akan di training secara teknis maupun non teknis dalam bothcamp pelatihan. Dalam boothcamp dihadirkan pelaku industri untuk memberi pencerahan, baik industri telko maupun perbankan.

Sharing knowledge pelaku Industri dalam berbagi informasi ke peserta merupakan hal yang positif dilakukan agar peserta tahu seperti apa kebutuhan industri dalam dunia ICT, apa yang harus dilakukan, serta seperti apa yang mereka butuhkan. Hadirnya pelaku industri dalam bothcamp sangat penting guna mendapat wawasan dalam dunia industri riil yang ada.

“Dalam fase audisi BTP sudah selesai tentunya, saat ini proses pelatihan khusus dari 1.000 yang ditargetkan dan terseleksi 100 orang yang masukbothcamp untuk mengikuti pelatihan/training khusus,” kata Eva Noor, CEO PT Xynexis dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Minggu (27/9/2018).

Dalam acara Boothcamp BTP yang dibuka oleh Dirjen APTIKA, Kemenkominfo, Semmuel Abrijani Pangerapan mengatakan, saat ini transformasi digital menjadi sesuatu yang mutlak dilakukan bagi suatu organisasi untuk menjaga sustainability masuk pada era ekonomi digital. Digitalisasi itu dilakukan terhadap business process yang ada, baik proses internal maupun eksternal. Bahkan terjadi evolusi terhadap pemahaman dan kepercayaan masyarakat dalam menggunakan teknologi digital di Indonesia.

Perkembangan yang sangat pesat ini dalam dunia teknologi berbasis ICT berdampak munculnya sisi negatif. Maraknya ancaman dan kerawanan dari peningkatan pemanfaatan teknologi dalam rangka transformasi digital ini.

Berdasarkan Indonesia Cyber Security Report 2018 oleh ID-SIRTII, diperoleh data jumlah total serangan pada 2017 sebanyak 205.502.159. Ini artinya terjadi peningkatan lebih dari 50% dibanding 2016.

Dari jumlah total serangan itu, sebanyak 135.672.948 serangan tertuju kepada Port 53 (untuk mencari DNS). Jadi negara yang menjadi sumber serangan terbanyak sekaligus target terbanyak adalah Indonesia.

Ancaman siber tertinggi adalah malware, serangan paling banyak terjadi pada bulan april sebanyak 46.338.965, dan domain yang terbanyak mengalami penyerangan adalahgo.id (80,1%). Sepanjang tahun lalu terdapat sebanyak 2.260 laporan pengaduan publik yang masuk terkait insiden, dengan peringkat insiden terbanyak dilaporkan adalah Fraud (61%).

Segala ancaman dan insiden yang terjadi ini menyebabkan mutlak dibutuhkannya suatu keamanan informasi/cyber security untuk melindungi informasi serta infrastruktur yang dinilai sangat vital dan kritis bagi para pelaku ekonomi digital.

Di era digital ini, cyber security menjadi elemen yang sangat penting, karena dijadikan pusat strategi transformasi digital bagi semua instansi.

“Atas pertimbangan tersebut, maka beragam kegiatan pencarian bakat di bidang IT Security seperti Born to Protect ini diadakan. Melalui kegiatan-kegiatan pencarian bakat di bidang IT Security ini diharapkan dapat muncul bakat-bakat di bidang cyber security yang nantinya dapat mendukung transformasi digitalisasi melalui pengamanan terhadap sistem dan infrastruktur teknologi informasi yang ada," papar Semmuel saat membuka Boothcamp BTP di Pusdiklat TIK Kominfo di Ciputat Tangerang, Banten .

Program Boothcamp adalah program camp 14 hari penuh penggemblengan materi CND (Certified Network Defender) dan CEH (certified Ethical Hacker) berstandar internasional yang dipadukan simulasi real working experience dalam bentuk CTF (capture The Flag) challange perseorangan dan kelompok.

"Perseorangan dan kelompok untuk sertifikasi CND serta ditutup dengan industrial day guna menjembatani kebutuhan SDM IT security yang siap kerja dan tangguh,” timpal Raditya Iryandi, Program Director BTP .

Masuk ke Pasar Kerja

Raditya mengatakan, sebanyak 100 peserta yang terpilih dari 10 kota yang mengikuti bothcamp ini diharapkan mendapat sertifikasi Internasional. Tujuannya agar mereka dapat bersaing di luar negeri minimal di Asia Pasifik.

Dengan sertifikat standar internasional yang dimiliki, diharapkan mereka bisa menjadi pegangan mereka untuk maju bekerja di dunia industri. "Untuk mendapat sertifikasi itu tentu melewati sebuah ujian atau test yang di adakan oleh panitia penyelenggara," kata Eva Noor.

"Bukan cuma di kota besar saja minat akan IT ini ada. Di pelosok daerah ternyata Indonesia juga memiliki SDM yang cerdas dan siap menjadi SDM di dunia siber sekuriti. Ini pula yang menjadi antusiasme Kementerian Kominfo dalam audisi program pencarian bakat Born to Protect yang di gagas oleh Xynexis Internasional,” papar Eva Noor.

Setelah mendapatkan boothcamp di diklat Kominfo, mereka yang terbaik mendapat kesempatan magang dan bekerja pada industri industri yang membutuhkan. Tujuan akhir audisi BTP memang bertujuan agar generasi muda yang terjaring dan terpilih dalam booth camp dapat terserap kedalam industri industri kritis yang membutuhkan.

BTP diharapkan sebisa mungkin terus berlanjut melihat akan kebutuhan talent atau SDM didunia siber cukup banyak dibutuhkan dalam industri ataupun organisasi pemerintah guna mengatasi masalah siber sekuriti yang makin hari makin pesat tantangannya. “Misi audisi BTP dalam hal ini adalah membantu proses pencarian bakat atau talent dalam menyiapkan talent agar siap pakai untuk membantu industri didalam hal strategis menangani sistem siber sekuritinya,” ujar Eva .

China maupun Vietnam saat ini juga sedang mengembang program SDM di dunia siber sekuriti, Indonesia yang memeliki populasi penduduk terbesar kelima di dunia, tentu menjadi andalan pula kedepannya bila program ini terus berjalan. "Apalagi bila talent Indonesia ternyata memiliki kemampuan yang mumpuni bisa jadi SDM talent siber sekuriti yang ada bisa mendominasi dunia," katanya.
(wbs)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0900 seconds (0.1#10.140)