Buka Fakta Fraud, Sikap Berani Tokopedia Patut Diapresiasi
A
A
A
JAKARTA - Tokopedia baru saja membenarkan adanya fraud dalam salah satu transaksi flash sale-nya. Tindak kecurangan yang terjadi dalam program ulang tahun kesembilan Tokopedia itu membuat beberapa karyawannya dipecat.
Mereka yang dipecat terbukti melakukan kecurangan sehingga ada 49 item yang kesulitan dibeli oleh konsumen Tokopedia. Manajemen Tokopedia sudah membenarkan adanya pemecatan karyawannya yang terbukti ikut serta dalam kecurangan flash sale tersebut.
Peneliti Siber Sehat Indonesia, Renaldi Tambunan melihat praktik curang flash sale bisa terjadi di manapun. Dan kebetulan sistem dan organisasi di Tokopedia telah mampu mendeteksi hal ini.
“Awalnya ada banyak keluhan dari masyarakat, kenapa beberapa item sulit didapatkan. Ternyata pihak Tokopedia responsnya cukup cepat dan mengadakan audit ke sistemnya. Ini yang patut kita apresiasi,” ucap Renal, Rabu (29/8/2018).
Menurut dia, tidak semua e-commerce mau membuka diri ke publik terkait fraud yang terjadi pada sistemnya. Harusnya ini menjadi contoh baik bagi e-commerce lainnya ke depan.Seperti diketahui, kegiatan flash sale sangat sering dilakukan oleh e-commerce. Namun diwaktu bersamaan barang yang dijual seringkali habis dalam waktu yang sangat singkat.
“Di Indonesia ini ada UU Perlindungan Konsumen. Jadi berapa yang dijual harusnya jelas ya. Semisal ada pre-order 5.000 smartphone baru, tapi belum ada satu menit sudah habis, ini juga pasti mengundang pertanyaan masyarakat,” katanya.
Renaldi berharap peristiwa ini menjadi pembelajaran bagi e-commerce. Ke depan sebaiknya ada kewajiban bagi para penyelenggara flash sale untuk menyebutkan jumlah yang dijual. Selain sebagai pengontrol internal sistem mereka, konsumen juga bisa mengukur sejauh mana kesempatan mendapatkan barang tersebut. "Jangan sampai flash sale hanya dijadikan sebagai senjata menaikkan traffic web dan aplikasi," pungkasnya.
Terpisah, Ketua Umum Idea, Ignatius Untung menjelaskan, internal fraud merupakan risiko tak terhindarkan bagi perusahaan manapun. “Kecurangan oleh oknum internal yang tidak bertanggungjawab lumrah terjadi dari waktu ke waktu, baik di bisnis online maupun offline. Bahkan di industri-industri yang regulasinya secara ketat. Untuk kasus Tokopedia, analoginya ada toko offline sedang menggelar program diskon. Dari satu juta produk yang didiskon, 49 jenis dibeli oleh orang dalam dengan cara yang tidak benar. Nah, perusahaan tersebut lalu mengambil tindakan tegas,” kata Untung.
Selanjutnya, Untung mengakui bahwa sikap perusahaanterhadap internal fraud memang berbeda-beda. “Banyak juga yang mungkin memilih diam. Saya lihat tindakan tegas Tokopedia justru bagus. Pastinya ini pilihan yang sulit, apalagi sebenarnya dari jumlah barangnya kecil sekali. Tokopedia bisa saja memilih diam supaya tidak menimbulkan pemberitaan. Ini justru membuktikan komitmen mereka untuk melindungikepentingan konsumen, sekaligus menjaga kepercayaandari masyarakat,” tuturnya.
Ini bukan pertama kalinya kasus fraud di startup menarik perhatian publik. Sebelumnya, masyarakat sempat heboh dengan pemberitaan mengenai Grab melaporkan karyawan yang melakukan internal fraud hingga Rp1 miliar.“Lewat teknologi, justru masalah-masalah tersebut bisa lebih mudah terungkap dan dikelola dengan baik. Yang juga penting, harusnya kejadian ini memberikan efek jera bagi oknum yang tidak bertanggung jawab," katanya.
Dalam akun Instagram-nya, CEO Tokopedia, William Tanuwijaya menjelaskan pentingnya integritas bagi Tokopedia. “Memang jumlahnya kecil sekali dibanding puluhan juta produk yang terjual setiap bulannya, namun bagi kami ini bukan persoalan seberapa kecil pelanggarannya. Untuk pelanggaran sekecil apapun, ini adalah masalah kegagalan integritas dalam menjaga titipan kepercayaan yang diberikan kepada Tokopedia,” sebut William.
Mereka yang dipecat terbukti melakukan kecurangan sehingga ada 49 item yang kesulitan dibeli oleh konsumen Tokopedia. Manajemen Tokopedia sudah membenarkan adanya pemecatan karyawannya yang terbukti ikut serta dalam kecurangan flash sale tersebut.
Peneliti Siber Sehat Indonesia, Renaldi Tambunan melihat praktik curang flash sale bisa terjadi di manapun. Dan kebetulan sistem dan organisasi di Tokopedia telah mampu mendeteksi hal ini.
“Awalnya ada banyak keluhan dari masyarakat, kenapa beberapa item sulit didapatkan. Ternyata pihak Tokopedia responsnya cukup cepat dan mengadakan audit ke sistemnya. Ini yang patut kita apresiasi,” ucap Renal, Rabu (29/8/2018).
Menurut dia, tidak semua e-commerce mau membuka diri ke publik terkait fraud yang terjadi pada sistemnya. Harusnya ini menjadi contoh baik bagi e-commerce lainnya ke depan.Seperti diketahui, kegiatan flash sale sangat sering dilakukan oleh e-commerce. Namun diwaktu bersamaan barang yang dijual seringkali habis dalam waktu yang sangat singkat.
“Di Indonesia ini ada UU Perlindungan Konsumen. Jadi berapa yang dijual harusnya jelas ya. Semisal ada pre-order 5.000 smartphone baru, tapi belum ada satu menit sudah habis, ini juga pasti mengundang pertanyaan masyarakat,” katanya.
Renaldi berharap peristiwa ini menjadi pembelajaran bagi e-commerce. Ke depan sebaiknya ada kewajiban bagi para penyelenggara flash sale untuk menyebutkan jumlah yang dijual. Selain sebagai pengontrol internal sistem mereka, konsumen juga bisa mengukur sejauh mana kesempatan mendapatkan barang tersebut. "Jangan sampai flash sale hanya dijadikan sebagai senjata menaikkan traffic web dan aplikasi," pungkasnya.
Terpisah, Ketua Umum Idea, Ignatius Untung menjelaskan, internal fraud merupakan risiko tak terhindarkan bagi perusahaan manapun. “Kecurangan oleh oknum internal yang tidak bertanggungjawab lumrah terjadi dari waktu ke waktu, baik di bisnis online maupun offline. Bahkan di industri-industri yang regulasinya secara ketat. Untuk kasus Tokopedia, analoginya ada toko offline sedang menggelar program diskon. Dari satu juta produk yang didiskon, 49 jenis dibeli oleh orang dalam dengan cara yang tidak benar. Nah, perusahaan tersebut lalu mengambil tindakan tegas,” kata Untung.
Selanjutnya, Untung mengakui bahwa sikap perusahaanterhadap internal fraud memang berbeda-beda. “Banyak juga yang mungkin memilih diam. Saya lihat tindakan tegas Tokopedia justru bagus. Pastinya ini pilihan yang sulit, apalagi sebenarnya dari jumlah barangnya kecil sekali. Tokopedia bisa saja memilih diam supaya tidak menimbulkan pemberitaan. Ini justru membuktikan komitmen mereka untuk melindungikepentingan konsumen, sekaligus menjaga kepercayaandari masyarakat,” tuturnya.
Ini bukan pertama kalinya kasus fraud di startup menarik perhatian publik. Sebelumnya, masyarakat sempat heboh dengan pemberitaan mengenai Grab melaporkan karyawan yang melakukan internal fraud hingga Rp1 miliar.“Lewat teknologi, justru masalah-masalah tersebut bisa lebih mudah terungkap dan dikelola dengan baik. Yang juga penting, harusnya kejadian ini memberikan efek jera bagi oknum yang tidak bertanggung jawab," katanya.
Dalam akun Instagram-nya, CEO Tokopedia, William Tanuwijaya menjelaskan pentingnya integritas bagi Tokopedia. “Memang jumlahnya kecil sekali dibanding puluhan juta produk yang terjual setiap bulannya, namun bagi kami ini bukan persoalan seberapa kecil pelanggarannya. Untuk pelanggaran sekecil apapun, ini adalah masalah kegagalan integritas dalam menjaga titipan kepercayaan yang diberikan kepada Tokopedia,” sebut William.
(mim)