e-Sports Diramalkan Bisa Menggeser Kompetisi Olahraga

Jum'at, 26 Januari 2018 - 18:52 WIB
e-Sports Diramalkan...
e-Sports Diramalkan Bisa Menggeser Kompetisi Olahraga
A A A
JAKARTA - Dunia digital secara perlahan tapi pasti mulai menggerus industri ritel. Tapi percayakah Anda jika ke depan, dunia olahraga juga ikut tergerus dengan kemajuan teknologi digital?

Melihat perkembangan teknologi sekarang, bisa jadi olahraga secara perlahan akan tergantikan dengan electronics sports alias e-Sport. "Eko sistem e-Sport membuat olahraga tak lagi fisik, tapi virtual. Di Indonesia sendiri banyak bermunculan kompetisi e-Sport dan di dunia hadiahnya sangat besar," ungkap Christian Suryadi, iCafe Manager Nvidia Indonesia, Jumat (26/1/2018).

Disebutkan Christian, eko sistem e-Sport terdiri dari pemain profesional, shoutcaster (komentator), coach atau analisis, owner team, EO, jurnalis, dan YouTuber. Pendapatannya pun tidak main-main. "Shoutcaster di luar sana punya honor USD 10.000 per event, pelatih digaji USD3.000 per bulan. Sangat menjanjikan sebagai karier," ujar Christian.

Dikatakan dapat menggeser olahraga secara fisik, kata dia, dikarenakan mulai bermunculan kompetisi dan itu bisa menyedot banyak penonton. Padahal untuk menonton kompetisi itu mereka harus membayar.

"Jadi di Amerika Serikat sudah banyak digelar kompetisi. Salah satunya kompetisi bola basket di Staples Center, markasnya Los Angeles Lakers. Dengan harga tiket Rp2 jutaan, penontonnya membeludak. Padahal mereka hanya menonton secara virtual melalui layar besar, sedangkan pemainnya adalah para gamers," tuturnya.

e-Sports yang sudah hadir sejak tahun 1990-an secara prize atau hadiah juga sangat menggiurkan dari tahun ke tahun. "Hadiahnya dalam satu kompetisi bahkan melebihi hadiah kejuaraan olahraga sebenarnya. Ada kompetisi The Professional yang menawarkan hadiah USD24 juta. Padahal kejuaraan golf di bawah USD10 juta," katanya.

Kompetisi e-Sports sendiri dimulai pertama kali di Jerman, yakni event ESL One. Saat itu hadiah yang ditawarkan USD1 juta.

Sekadar informasi, e-Sports akan menjadi salah satu cabang olahraga di Asian Games 2018 di Tanah Air. Ini untuk pertamanya kalinya e-Sports dikompetisikan secara formal di ajang resmi olahraga internasional. "Tahun ini dipertandingkan secara eksebisi dan Asian Games di Beijing akan dipertandingkan sebagai cabang olahraga resmi," ujarnya.

Sementara itu, Gisma, seorang komentator e-Sports mengakui bahwa eko sistem e-Sports bisa menghasilkan pendapatan cukup lumayan bagi mereka yang terlibat. "Saya sudah lima tahun di bidang ini. Satu hari bisa mengantongi Rp1,6 juta dan itu belum dari sponsor," katanya.

Di kesempatan yang sama, psikolog dari Universitas Muhammadiyah Malang, Yudi Suharsono mengatakan, e-Sports adalah bidang yang bisa dimanfaatkan sebagai sarana mengembangkan potensi diri anak. Khususnya anak-anak yang masuk generasi Y dan Z yang sangat dekat dengan dunia digital.

Menurut dia, nilai-nilai sportivitas dan kedisiplinan e-Sports yang harus dijiwai dan dipraktikan oleh pemainnya akan berdampak positif terhadap pembangunan mental dan karakter anak-anak. "Anak muda yang berkomitmen menjadi atlet e-Sports tangguh, mau tak mau harus disiplin dan pintar dalam memanajemen waktu," saran Yudi.

Dari sisi teknis, lanjut dia, tuntutan untuk terampil bermain dilandasi kecepatan gerak tangan, ketangkasan berpikir-menganalisa-membangun strategi juga bisa berdampak positif terhadap kecerdasan analitik ya.
(wbs)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8996 seconds (0.1#10.140)