Hiroshi Mikitani Mengejar 2 Miliar Konsumen
A
A
A
TOKYO - Hiroshi Mikitani dikenal sebagai miliuner yang punya hobi membeli perusahaan atau berinvestasi pada startup raksasa yang dia prediksi akan sukses.
Tidak ada yang menyangsikan tangan dinginnya melihat kesuksesan Rakuten saat ini, termasuk ketika dia memutuskan memulai bisnis operator telekomunikasi di Jepang.
Mungkin banyak yang menyebutnya gila saat Mikitani mengatakan bakal mengguncang industri telekomunikasi Jepang dengan mendirikan operator telekomunikasi keempat di Negara Matahari Terbit tersebut. Sebelumnya Rakuten memang sudah mengoperasikan jaringan telekomunikasinya sendiri dengan menyewa frekuensi operator NTT Docomo.
Tetapi, sekarang Rakuten berencana mengikuti lelang frekuensi yang dihelat Pemerintah Jepang. Biaya yang disiapkan mencapai USD5,3 miliar hingga 2025 mendatang, dengan target bisa mengakuisisi 15 juta pelanggan setelah peluncurannya pada 2019.
Keputusan tersebut sedikit banyak mengguncang saham operator Jepang lainnya hingga turun 2%-3%, seperti SoftBank Group Corp, NTT Docomo Inc, serta KDDI Corp. Terakhir kali perubahan drastis pada industri telekomunikasi Jepang terjadi pada 2006 ketika SoftBank membeli Vodafone. Hingga kini tarif telekomunikasi di Jepang dianggap terlalu mahal dan memberatkan, tetapi operator yang ada sepakat dengan harga yang sama.
Karena itu, diharapkan kehadiran Mikitani dapat mengguncang tarif telekomunikasi di Jepang. Bahkan, Perdana Menteri Shinzo Abe juga berupaya menghadirkan lebih banyak operator telekomunikasi untuk meningkatkan kompetisi.
Di Jepang, Rakuten mendapat serangan berat dari Amazon.com Inc milik miliarder Jeff Bezos yang sukses lewat pengiriman gratis dan produk online streaming . Maka itu, mau tidak mau Mikitani berusaha mencari jalur bisnis lain selain bisnis utama Rakuten di e-commerce .
Mereka yang mengenal Mikitani sudah paham benar dengan sepak terjangnya. Sebab, walau bisnis utama Rakuten memang e-commerce, sebenarnya Rakuten sudah memiliki track record sukses di berbagai industri lainnya, termasuk di industri finansial seperti bank dan kartu kredit.
Bahkan, industri finansial mengakomodasi 35% total pendapatan Rakuten pada 2016. Rakuten adalah perusahaan kartu kredit terbesar di Jepang. Jadi, seharusnya memang tidak sulit bagi Mikitani untuk masuk ke telekomunikasi.
Pada era saat ini, masuk ke bisnis mobile memang membutuhkan modal yang sangat besar dan risiko yang sangat tinggi. Sebab, sepanjang sejarah tidak ada operator yang bisa menggoyahkan ketiga operator Jepang yang sudah ada. (Danang Arradian)
Tidak ada yang menyangsikan tangan dinginnya melihat kesuksesan Rakuten saat ini, termasuk ketika dia memutuskan memulai bisnis operator telekomunikasi di Jepang.
Mungkin banyak yang menyebutnya gila saat Mikitani mengatakan bakal mengguncang industri telekomunikasi Jepang dengan mendirikan operator telekomunikasi keempat di Negara Matahari Terbit tersebut. Sebelumnya Rakuten memang sudah mengoperasikan jaringan telekomunikasinya sendiri dengan menyewa frekuensi operator NTT Docomo.
Tetapi, sekarang Rakuten berencana mengikuti lelang frekuensi yang dihelat Pemerintah Jepang. Biaya yang disiapkan mencapai USD5,3 miliar hingga 2025 mendatang, dengan target bisa mengakuisisi 15 juta pelanggan setelah peluncurannya pada 2019.
Keputusan tersebut sedikit banyak mengguncang saham operator Jepang lainnya hingga turun 2%-3%, seperti SoftBank Group Corp, NTT Docomo Inc, serta KDDI Corp. Terakhir kali perubahan drastis pada industri telekomunikasi Jepang terjadi pada 2006 ketika SoftBank membeli Vodafone. Hingga kini tarif telekomunikasi di Jepang dianggap terlalu mahal dan memberatkan, tetapi operator yang ada sepakat dengan harga yang sama.
Karena itu, diharapkan kehadiran Mikitani dapat mengguncang tarif telekomunikasi di Jepang. Bahkan, Perdana Menteri Shinzo Abe juga berupaya menghadirkan lebih banyak operator telekomunikasi untuk meningkatkan kompetisi.
Di Jepang, Rakuten mendapat serangan berat dari Amazon.com Inc milik miliarder Jeff Bezos yang sukses lewat pengiriman gratis dan produk online streaming . Maka itu, mau tidak mau Mikitani berusaha mencari jalur bisnis lain selain bisnis utama Rakuten di e-commerce .
Mereka yang mengenal Mikitani sudah paham benar dengan sepak terjangnya. Sebab, walau bisnis utama Rakuten memang e-commerce, sebenarnya Rakuten sudah memiliki track record sukses di berbagai industri lainnya, termasuk di industri finansial seperti bank dan kartu kredit.
Bahkan, industri finansial mengakomodasi 35% total pendapatan Rakuten pada 2016. Rakuten adalah perusahaan kartu kredit terbesar di Jepang. Jadi, seharusnya memang tidak sulit bagi Mikitani untuk masuk ke telekomunikasi.
Pada era saat ini, masuk ke bisnis mobile memang membutuhkan modal yang sangat besar dan risiko yang sangat tinggi. Sebab, sepanjang sejarah tidak ada operator yang bisa menggoyahkan ketiga operator Jepang yang sudah ada. (Danang Arradian)
(nfl)